Mohon tunggu...
Lalu Aziz AlAzhari
Lalu Aziz AlAzhari Mohon Tunggu... Penulis - Orang Dalam

Dalam hal apapun kita semua masih dalam proses pembelajaran

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Animal Farm George Orwell: Kekuasaan yang memabukan

20 Maret 2024   00:00 Diperbarui: 20 Maret 2024   00:29 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Foto :https://seller.mizanmu.id/home/detail/animal_farm-new_56051

Tidak terduga betapa candunya sebuah kekuasaan. Animal Farm, karya klasik George Orwell, mengilustrasikan bagaimana kekuasaan bisa membuat seseorang kehilangan penglihatan, terutama bagi mereka yang sedang duduk di puncak kekuasaan.

Animal Farm adalah sebuah allegori yang mengilustrasikan dinamika antara Elit dan rakyat jelata, di mana rakyat sering kali acuh tak acuh terhadap permainan kekuasaan yang mengatur hidup mereka sehari-hari. Kepemimpinan yang diselenggarakan oleh manusia yang dikenal sebagai dengan nama pak Jones di peternakan, binatang-binatang digiring untuk terus bekerja tanpa menikmati hasil jerih payah mereka sendiri, menciptakan sebuah tirani yang hanya menguntungkan golongan yang berkuasa, dalam hal ini, si pemilik peternakan, Mr. Jones. Dari keadaan sosial yang tak seimbang ini, muncul seorang pemimpin revolusioner yang menuntut kemerdekaan dan keadilan bagi kaum binatang, mewakili aspirasi untuk kebebasan dan penguasaan atas nasib sendiri. Animal Farm menjadi cerminan kritis George Orwell terhadap masyarakat yang haus akan perubahan namun belum siap untuk menghadapi tantangan pemikiran dan pelaksanaannya.

George Orwell pada Perang Dunia ke II pernah ikut dalam Home Guard yang merupakan milisi untuk mempertahankan Inggris terhadap serangan dari luar, ia juga pernah bekerja untuk BBC Eastern Service mulai 1941 hingga 1943. Selaku redaksi sastra pada Tribune dia mengisi rubrik tetap komentar politik dan sastra, sambil menulis untuk observer, dan Manchester Evening News. Alegori politiknya yang unik, Animal Farm, terbit pada 1945, dan novel inilah yang bersama Nineteen Eighty-four (1949) membuat namanya terkenal ke seluruh dunia. Kemudian, buku tersebut di terjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Prof Bakdi Soetmanto dengan jumlah halaman iv+144 hlm, yang diterbitkan oleh PT Bentang Pustaka dengan ISBN: 978-602-291-282-8

Sebuah angan-angan sang revolusioner untuk mendirikan bangsa yang setara, adil dan makmur dengan kondisi Sumber Daya Manusia yang masih sangat rendah.

Setelah mempersiapkan masyarakatnya, seorang pemimpin revolusi bernama Major menyampaikan gagasan-gagasan tentang perlawanan dan kebebasan dengan visinya yang progresif, sebelum akhirnya meninggal sebelum dapat mewujudkan impian tersebut, hmmmm sayang sekali Kamerad. Namun, para intelektual cerdas seperti Napoleon dan Snowball kemudian mengelaborasikan pemikiran dari sang revolusioner dan melanjutkan perjuangan yang ditinggalkan oleh sang pemimpin revolusioner, di mana keduanya digambarkan sebagai babi dalam kisah tersebut, untuk merebut kandang dan alat produksi yang dimiliki oleh pak Jones, dengan doktrin yang dibangun.

Manusia adalah satu-satunya makhluk yang melahap apa saja tanpa menghasilkan apa pun. Dia tidak bisa menghasilkan susu, dia tidak bisa bertelur, dia terlalu lemah untuk menarik bajak, dia tidak bisa berlari cukup cepat untuk menangkap kelinci, tetapi dia menjadi yang dipertuan atas semua hewan. Dia menyuruh hewan-hewan bekerja, dan hanya memberikan balasan sekadarnya, hanya supaya mereka tidak mati kelaparan, sementara sisanya untuk dirinya sendiri.

Pemberontakan yang digalang oleh para babi mengembangkan doktrin Major menjadi sebuah sistem pemikiran yang mereka sebut Binatangisme, yang kemudian mengkristal dan melahirkan tujuh perintah yang harus ditaati oleh para binatang tanpa terkecuali, baik itu pimpinan yang akan terpilih nantinya dan masyarakatnya. Salah satunya adalah prinsip bahwa semua binatang adalah setara dan tidak ada binatang yang boleh tidur di atas ranjang. Namun, aturan ini kemudian dilanggar oleh para pemimpin mereka dengan dalih beban kerja pemimpin sangat berat dan mereka membutuhkan ketenangan untuk bekerja.

Napoleon merupakan figur sentral dalam Animal Farm, meraih kekuasaan dengan kecerdikan dan keculasannya, menggusur Snowball melalui intrik yang licik serta memanfaatkan perpecahan di antara tokoh-tokoh utama serta masyarakat luas yang telah di desain sedemikian apik oleh Napoleon. George Orwell, melalui pemilihan nama Napoleon dan menggambarkan tokoh tersebut sebagai seekor babi, secara cerdas menyampaikan kritiknya terhadap penguasa dengan dinamika politik yang kotor, menurut pembaca bahkan hingga zaman modern beberapa negara berkembang menggunakan cara-cara politik yang tidak bermoral untuk menjatuhkan lawan politiknya serta membodoh-bodohi masyarakatnya seperti yang dilakukan oleh Napoleon seorang pemimpin yang memimpin peternakan binatang setelah menggulingkan pak Jones.

Setelah mendapatkan kekuasaan, Napoleon memilih anjing-anjing sebagai penjaga pribadinya, gonggongan anjing akan memadamkan protes, bahkan gigitan mereka menjadi ancaman yang nyata bagai para kritikus yang berani menentang kepemimpinan Napoleon. Fenomena ini tidak jauh berbeda dengan realitas di beberapa negara berkembang hari ini, di mana pemerintah menggunakan kekuatan negara untuk membungkam bahkan menghapuskan suara-suara kritis, meskipun sebenarnya mereka hanya ingin memberikan perbaikan bagi sistem kekuasaan dan khalayak umum. Bahkan tujuh prinsip binatangisme dilanggar secara terang-terangan oleh Napoleon demi kepentingan golongannya.

Di peternakan tersebut, hewan-hewan seperti ayam, biri-biri, dan kuda adalah anggota masyarakat yang bekerja keras. Mereka terperdaya dengan janji-janji kemewahan yang belum pernah mereka rasakan, yang digaungkan oleh Napoleon. Salah satu contoh yang mencolok adalah Boxer, kuda yang hanya mengenal pekerjaan dan berjuang tanpa henti intinya kerja kerja kerja tanpa berpikir. Fanatisme buta terhadap Napoleon membuatnya bekerja tanpa henti bahkan di usia yang seharusnya sudah pensiun. Keyakinan teguh Boxer pada ucapan "Jika kamerad Napoleon mengatakannya, itu pasti benar" mirip dengan penghormatan terhadap firman ilahi. Di negara-negara berkembang, kita juga sering melihat fenomena fanatisme buta, yang mirip dengan yang terjadi di peternakan tersebut. Tidak peduli yang penting dia pemilik kebenaran yang hakiki walaupun belum tentu benar bagi sebagian orang.

Meskipun Animal Farm merupakan kritik terhadap pemerintahan Uni Soviet oleh George Orwell, namun karya tersebut disajikan dengan cara yang menarik dan mudah dipahami oleh para pembaca. Buku ini juga sangat relevan hingga hari ini, bahkan di negara berkembang seperti di Indonesia

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun