Mohon tunggu...
Lalu Aziz AlAzhari
Lalu Aziz AlAzhari Mohon Tunggu... Penulis - Orang Dalam

Dalam hal apapun kita semua masih dalam proses pembelajaran

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Wujudkan Net-Zero Emissions dengan Mengubah Kebiasaan dan Konsumsi Pangan Lokal

22 Oktober 2021   19:08 Diperbarui: 22 Oktober 2021   19:16 287
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Isu lingkungan merupakan hal yang sangat menarik untuk dibahas dikarenakan isu lingkungan merupakan isu yang sangat strategis di era modern ini. Baik secara global maupun sektoral. Membahas isu lingkungan yang ada di Indonesia merupakan hal yang paling kompleks, Indonesia merupakan negara dengan luas hutan primer dan sekunder yang begitu besar dan memiliki keanekaragaman hayati terbesar setelah Brazil, disamping itu Indonesia merupakan negara agraris, rata-rata penduduknya bekerja sebagai petani dan nelayan. Tentunya perubahan iklim memiliki dampak signifikan bagi masyarakat Indonesia yang bekerja sebagai petani dan nelayan.

Kemudian Indonesia salah satu negara dari 171 negara yang menandatangani Paris Agreement, yang berlangsung di markas besar PBB pada 2016 lalu,  171 negara tersebut berkomitmen untuk menghadapi perubahan iklim yaitu dengan cara menekan Green House Gases (GHC) Emissions yang kita kenal dengan menekan emisi CO2, CH4, N2O, O3 dan CFC pada setiap kegiatan baik itu teknologi, energi, pangan, penggunaan lahan dan industri-industri yang menghasilkan Green House Gases pada setiap proses produksinya. 

Paris Agreement bertujuan untuk menekan suhu rata-rata permukaan bumi tidak lebih dari 2 Celcius, dengan segala usaha yang dilakukan jika itu tidak mampu dilaksanakan setidaknya peningkatan suhu permukaan bumi paling tinggi antara 1,5 Celcius tetapi kenyataannya hari ini kita menuju peningkatan suhu bumi sebesar 3 Celcius. Pada tahun 2018, Harvey (2019), mencatat Global Greenhouse Gas sebesar 37,100 MT CO2eq (Daniela J. Schulman, 2021).

Dampak perubahan iklim bagi negara tropis seperti Indonesia yaitu seperti peningkatan suhu permukaan bumi, perubahan curah hujan, kenaikan muka air laut dan gelombang ekstrem meningkat yang akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi Indonesia. 

Jika negara-negara yang sudah menandatangani Paris Agreement termasuk Indonesia tidak berkomitmen terhadap perjanjian tersebut yang tertuang pada Nationally Determined Contribution (NDC)  maka bisa diperkirakan kerugian perekonomian Indonesia akibat perubahan iklim mencapai 115 Triliun pada tahun 2024 (Medrilzam, 2021). 

Untuk mengantisipasi hal tersebut Indonesia berencana melakukan pembangunan rendah karbon (Net zero) dan ketahanan iklim demi terwujudnya Sustainable Development Goals (SDGs) salah satunya tercapainya Net-Zero Emissions selambat-lambatnya  pada 2060 dan Indonesia emas 2045.

Bentuk komitmen Indonesia untuk mencapai pembangunan rendah carbon dengan mandataring biodiesel, confiring PLTU, pemanfaatan refuse driver fuel, penggantian biodiesel dengan pembangkit listrik, penggunaan energi berbasis hayati, non biofuel dan biogas. Salah satu implementasi program tersebut dengan pemberhentian pengoperasian PLTU sebesar 53 GW antara tahun 2025-2045.

Untuk mewujudkan Net-Zero Emissions Indonesia pada tahun 2060 tidak bisa hanya dilakukan oleh pemerintah saja, melainkan terjalinnya sinergi antara pemerintah dan masyarakat. Pemerintah mungkin sudah berkomitmen untuk mengurangi emisi karbon dengan cara menekan penggunaan energi berbasis fosil walaupun itu masih dibilang sangat lamban, partisipasi masyarakat sangat dibutuhkan untuk mempercepat terwujudnya pembangunan rendah emisi walaupun melakukan hal-hal kecil, itu sebagai bentuk dukungan bahkan protes. 

Karena bukan hanya menekan penggunaan  energi untuk dapat mewujudkan net zero Indonesia pada tahun 2060. Akan tetapi perilaku seperti mobilitas, bangunan, makanan, kebiasaan memiliki potensi yang sangat besar untuk mengurangi emisi karbon. Lebih dari 37% sistem pangan global berkontribusi terhadap peningkatan emisi karbon (Daniela J. Schulman, 2021), dan kebiasaan manusia sebesar 29% (Crippa M, 2021).

Adapun partisipasi yang bisa dilakukan oleh masyarakat khususnya kaula muda untuk mendukung pembangunan rendah emisi atau net-zero emissions 2060, seperti mengubah kebiasaan menggunakan smartphone. Dibenak kalian mungkin itu hal yang tidak relevan untuk bisa mendukung pembangunan rendah emisi Indonesia, "hanya mengubah kebiasaan menggunakan smartphone sudah dapat berpartisipasi?" bukan hanya berpartisipasi mewujudkan Net-Zero Emissions mengubah kebiasaan menggunakan smartphone juga dapat mempengaruhi kesehatan mental yang lebih baik. 

Mari kita bedah bersama-sama kenapa hal itu penting, sumber energi yang digunakan pada smartphone kita berasal dari baterai yang dimana sumber energi baterai tersebut berasal dari pembangkit listrik untuk mengisi dayanya, sedangkan pembangkit listrik yang ada di Indonesia rata-rata masih menggunakan pembangkit dengan bahan baku batu bara. 

Dari segi ekonomis, Harga batu bara bermacam-macam berkisar $USD 40-80/ton, kita ambil acuan keputusan Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) per Oktober 2021, harga batu bara berkisar $USD 161,3/ton atau setara dengan Rp. 2.286.873/ton atau Rp. 22.869/kg dengan densitas kalor 6322 kcal/kg (Mineral, 2021). 

Kemudian saat menggunakan smartphone, misalnya smartphone yang saya gunakan saat ini memiliki daya sekitar 9,88 Wh ketika saya menggunakan smartphone tersebut selama 3 jam/hari saya membutuhkan energi listrik sebesar 0,02964 kwh atau setara Rp. 8.121 yang diisi dengan menggunakan listrik PLN subsidi dengan daya 451-900 VA. 

Bagaimana kalau saya tidak berbenah, kebiasaan tersebut akan berkontribusi sekitar 2,5 kg/7hari batu bara, secara tidak langsung saya telah berkontribusi terhadap peningkatan emisi karbon menggunakan energi kotor yaitu bahan baku utama batu bara, bayangkan jika kebiasaan tersebut dilakukan oleh 10, 100 atau bahkan ratusan juta orang diseluruh penjuru tanah air. 

Berapa kuintal batu bara bahkan ribuan ton yang akan kita butuhkan hanya untuk memenuhi kebiasaan kita, dengan smartphone canggih. Dengan perubahan-perubahan kecil yang saya lakukan yaitu menekan penggunaan smartphone dari 3 jam/hari ke 1,5 jam/hari saya harap bisa mewujudkan cita-cita Indonesia.

Bukan hanya dari kebiasaan, sistem pangan dan gaya hidup yang Eco Friendly juga bisa kita lakukan untuk mewujudkan Net-Zero Emissions Indonesia 2060. Sistem ketahanan pangan yang tidak Eco Friendly merupakan salah satu tindakan yang mendorong terjadinya percepatan perubahan iklim. 

Untuk mewujudkan ketahanan pangan Indonesia yang sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk yang begitu pesat, berbagai tindakan dilakukan seperti halnya alih fungsi lahan dari hutan menjadi lahan pertanian dan perkebunan padahal sebuah penelitian menyatakan penggunaan dan alih fungsi lahan berkontribusi paling besar terhadap perubahan iklim. 

Alih fungsi lahan dan penggunaan lahan secara besar-besaran untuk mewujudkan ketahanan pangan berkontribusi sekitar 71% terhadap perubahan iklim secara global (Crippa M, 2021).

Menerapkan sistem Circular pangan dan memanfaatkan halaman rumah untuk mewujudkan ketahanan pangan keluarga diharapakan mampu berkontribusi terhadap perubahan iklim. Hal kecil ini juga bisa kita lakukan bersama-sama khususnya masyarakat yang berada didaerah perkotaan, kegiatan tersebut juga bisa mengurangi Food Loss and Waste atau kehilangan dan pemborosan pangan sebelum sampai ke tangan konsumen.

Sepertiga metrik milyar ton makanan yang layak makan terbuang sia-sia yang dikenal dengan istilah Food Loss and Waste setiap tahunnya (Yumei Wang, 2021) yang diakibatkan oleh beberapa faktor salah satunya adalah transportasi ekspor dan impor bahan pangan, bahan pangan tersebut rusak diakibatkan proses transportasi yang memakan waktu ber jam-jam sehingga bahan pangan tersebut terkadang belum sampai ke tangan konsumen. Untuk meminimalisir Food Loss and Waste kita bisa memanfaatkan halaman rumah untuk ketahanan pangan keluarga yang lebih sehat dan ramah lingkungan.

Menciptakan ketahanan pangan keluarga dengan sistem Circular memiliki dampak positif bagi lingkungan, kesehatan bahkan ekonomi. Misalnya dari limbah makanan yang sudah tidak layak konsumsi bisa dijadikan kompos untuk kesuburan tanaman yang dalam tahap pertumbuhan hal tersebut bisa dilakukan oleh siapa saja. 

Menciptakan ketahanan pangan keluarga juga bisa menekan angka pencemaran lingkungan oleh gas methane (CH4) yang tidak baik untuk lingkungan dan kesehatan. Karena gas CH4 merupakan penghasil emisi gas rumah kaca sebesar 16% urutan ke-2 setelah CO2 yang diproduksi melalui kegiatan-kegiatan seperti pertanian dan manajeman pengelolaan limbah organik yang masih jauh dari kata ramah lingkungan termasuk limbah rumah tangga (EPA).

Reference

Crippa M, S. G. (2021). Food System Are Responsible for A Third of Global Anthropogenic GHC Emissions. National Food , 198-209.

Daniela J. Schulman, A. H. (2021). Supply Chains (Scope 3) Toward Sustainable Food System: Analysis of Food & Bverage Processing Corporate Greenhouse Gas Emissions Disclosure. Cleaner Production Letters , 1-14.

EPA. (n.d.). www.epa.gov. Retrieved 10 19, 2021, from EPA United States Enviromental Protection Agency. 

Medrilzam, D. (2021). Pembangunan Rendah Karbon Indonesia & Net Zero Emission Menuju Ekonomi Hijau. Jakarta: Kementerian PPN/Bappenas.

Mineral, K. E. (2021, 10 21). minerba.esdm.go.id. Retrieved 10 21, 2021, from Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. 

Yumei Wang, Z. Y. (2021). Enhancing food security and environmental sustainability: A critical review of food loss and waste management. Resources, Environment and Sustainability , 1-13.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun