Hari itu pernah kutemui, wanita manis yang jelita dan mempesona. Dalam bilik kaca awalnya aku tak menyangka dia akan tersenyum padaku, tak kuduga ternyata benar. Namanya Hesti, gadis yang baru pertama kulihat itu senyum memanja kearahku dengan ekspresi tersimpu malu aku balas dengan lambaian tanganku.
Aku sendiri kala itu sedang bersama sahabat karibku Gilang, hanya merasa ini adalah lelucon tapi siapa sangka. Sore itu kami diajak join ke mejanya, niatku datang ke mal ini adalah hanya untuk melihat barang dan membandingkannya untuk nanti aku beli di bulan depan. Maklum aku hanya pegawai biasa yang dengan gaji sebulan sekali baru bisa membeli suatu barang yang ku ingin, hari itu aku ingin sepasang sepatu sport yang cukup mahal bagiku.
Setelah itu kami diajak berkenalan dengan Hesti yang bersama dua temannya Resti dan Hani. Mereka adalah mahasiswi yang sedang nongkrong untuk menunggu waktu senja, kami semeja berjam-jam hanya bersendau gurau. Hesti dari tadi hanya melihatku tersipu, aku bingung dengan sikapnya kupikir apa ini hanya triknya untuk mengelabuiku atau hanya sebatas pertemanan dan aku yang terlalu baper melihatnya.
Kami berbicara masalah pergaulan, keseharian yang suka ini itu, Hesti tiba-tiba merangkul tanganku dan meninggalkan yang ada disitu. Meminta untuk mencari tempat yang tenang dengan ditemiku. Aku semakin bingung, terlolong karena sikap hesti yang menurutku ujug-ujug, padahal kita baru kenal dijalan aku hentikan dia dan berkata. Aku pegang tangannya dan berkata "hesti, kau ada apa? Kau nggak takut ngajak aku pergi begini? Padahal kita baru kenal?".
Sesaat aku bingung banyak sekali cerita yang harus aku tuai di kehidupan ini sebelumnya ada lagi orang yang sebelumnya menangis dibahuku ini bersandar dan penuh ratapan kosong karena galau terhadap dunia ini. Aku tak tahu kenapa dari dahulu ada saja wanita yang dengan raut muka menggalau dengan ratapan pupus pasti selalu mengahmpiriku. Seakan membutuhkan charge untuk semangat baru dan akulah orang yang terpilih sebagai charge itu.
Hesti lalu merintih dan memelukku, dia berkata " aku memang sering dibuat sakit hati, tapi kulihat darimu aku takan pernah rasakan itu!" aku tertegun mendengar kata-kata Hesti, kucoba tanya padanya sebenarnya apa yang terjadi dengan semua ini? Bingung dibuat bingung karena kita baru bertemu namun Hesti seakan tahu siapa dan bagaimanaku, aku hanya bilang pada Hesti "kalau memang, kau tahu akan begitu... Tapi kau juga harus tahu bahwa orang baikpun akan pergi dengan cepat, karena banyak yang membutuhkannya." sambil kupeluk erat dirinya pula.
Malam telah larut, aku mengajak Hesti untuk pulang. Tak disangka teman kami tadi ternyata menunggu kami ditempat parkir, aku dan Hestipun tertawa kencang dan minta maaf sudah menunggu lama. Resti teman Hestipun menyeletuk "yah semoga kalian langgeng deh, kalian mesra banget tuh padahal baru kenal" kami semua langsung tertawa mendengar ucapan cemburu Resti.
Pagiku bangun dan bergegas mandi, tak tahu ternyata Hesti menelfonku 3 kali dari tadi, aku buka juga sms darinya yang berbunyi "Selamat pagi harapanku, semoga hari ini tetep ceria buatku..." lalu kubalas "iya, hesti kenapa tadi telfon?" selang beberapa menit dia tak membalasku namun langsung menelfonku, lalu kuangkat. "Hallo..?" hesti menjawab "baru bangun yah? Jalan yuk?", dalam hati aku hanya bergumam kenapa lebih cepat dari sarapanku dia mengajakku pergi?. Kubilang padanya " Hes, aku sarapan dulu yah..." lalu Hesti menjawab "ntar aja deh di cafe ntar sarapan disana? Yah?" dalam hati kubergumam padahal aku belum gajian kok udah ngajak cafe lagi, duit juga tinggal gomban lagi, aku hanya menjawab "lebih enak sarapan dirumah deh hes, hehe.."
Lama dia diam dan berkata "ya udahdeh, yang cepet yah honey... Ntar kita jalan-jalan lagi" aku berkata "iya, hes... Udah yah,t tutup gih telfonnya"... Sahut Hesti dengan nada tak sabar " iyaa, bye... Kutunggu yah..." Sejak saat itu aku seakan melihat Hesti sudah bisa ceria denganku, 2 bulan berselang aku harus bicara pada Hesti kalau aku sebenarnya sudah punya pacar... Aku merasa berat, Hesti semakin hari semakin sayang denganku... Aku tak tahu bagaimana harus berujar... Ya sudahlah, semoga apa yang kali ini menderaku bisa terselasaikan dengan baik...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H