Mohon tunggu...
Maeshela Reyan Anggita
Maeshela Reyan Anggita Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

kinda talkative girl

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

August

16 November 2023   09:55 Diperbarui: 16 November 2023   10:46 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Berjalan keluar rumah dengan wajah sumringah saat Arga mengabari kalau ia sudah berada di depan rumahku. Aku berjalan mendekati mobil hitam yang terparkir di halaman rumah, itu mobil Arga. Aku segera membuka pintu mobil “Hai!” ucapku dengan senyum yang tidak tertinggal, “Hai!” jawab Arga dengan senyum yang tak kalah manis. Aku masuk ke dalam mobil dan langsung menutup pintu mobil. “Lo nggak bawa hoodie?” pertanyaan pertama yang keluar dari mulut Arga saat melihatku hanya menggunakan kemeja, “Hmm nggak, gue juga nggak kedinginan sih” mendengar jawabanku Arga hanya menggeleng heran, ia segera membuka hoodie yang digunakan lalu memberinya kepadaku, “Nih lo pakai aja” ucapan Arga sambil memberikan hoodie-nya, aku menerimanya dengan tawa. Kemudian aku langsung menggunakan hoodie itu, “Udah?” tanya Arga tepat setelah aku selesai menggunakan hoodie, aku mengangguk sebagai jawaban.“Kita berangkat nih?” tanya Arga, “Iya!” jawabku antusias.

Arga mengendarai mobil dengan hati-hati, mobil berjalan dengan lancar diiringi musik yang bergema memenuhi seisi mobil, sesekali Arga memotong lagu untuk bertanya hal-hal aneh kepadaku, terlalu banyak pertanyaan aneh yang ia lontarkan, tanpa sadar kita sudah sampai di area parkir. “Here we go, ayo turun!” ucap Arga setelah memberhentikan mobil, aku mengangguk tersenyum dan membuka pintu mobil untuk keluar, kemudian di susul oleh Arga. 

Kami berjalan menelusuri jembatan yang menghubungkan area parkir dan pantai. Suasana pantai malam ini terbilang bagus, terangnya bulan dan bintang menambah indahnya pantai yang riuh berisik menunjukkan ombaknya. Angin yang berderu kencang membuat suasana pantai menjadi jauh lebih dingin, aku menyilangkan tanganku dengan tujuan agar tidak terlalu dingin. Melihat gerakan tubuhku, Arga langsung berucap “Oh ini yang bilang gak kedinginan?” Aku menatap sinis kearahnya “Ya tadi gak dingin Ga, sekarang baru kerasa dinginnya” jawabku sinis. “Mau cari coklat panas?” Ajak Arga, aku mengangguk mendengar ajakannya “Ayo!” Jawabku semangat. Tanpa basa basi Arga menarik lenganku, dan membawaku mendekati cafe yang terletak persis di pesisir pantai. Setelah mendapati coklat panas dan beberapa jenis snack, Arga mengajakku untuk duduk di atas pasir. Menikmati dinginnya udara malam ditemani segelas coklat panas adalah suatu kombinasi indah yang diciptakan Tuhan. Aku mengaku sangat menyukai suasana seperti ini. 

“Apa nyokap lo nggak marah kalo anak gadisnya keluar malem malem gini?” tanya Arga di sela heningnya suasana, “Kalo dimarahin pun gue bisa ngadu ke nyokap, dan bilang kalo lo nyulik gue” jawabku meledek Arga. Mendengar itu Arga tertawa lembut, “Gue rasa nyokap lo gak akan marah kalo tau ternyata gue yang nyulik lo” jawab Arga. “Dih pede banget lo!” jawabku sambil mencubit pinggangnya, namun ia malah tertawa. Suasana kembali hening, aku sibuk dengan pikiranku, dan Arga sibuk dengan pikirannya. 

“Bosen banget duduk doang daritadi” ucap Arga tiba-tiba, kemudian ia berdiri. Mataku mengikuti arah geraknya lelaki di depanku ini, dengan tiba-tiba tangannya menepuk keras bahuku, sambil berkata “Kena!” lalu ia berlari meninggalkanku yang masih bingung. Tak lama mencerna, kemudian aku langsung berdiri dan berlari mendekati Arga. Ia berada jauh di ujung, aku mengejarnya dan berusaha mengenai bagian tubuhnya, "Kena!" akhirnya aku dapat menjangkau badannya yang sedari tadi lincah berlari kesana kemari. 

Kemudian aku berlari kencang menjauhi Arga, diikuti Arga yang tak kalah cepat mengejarku. Lelah berlari kesana kemari akhirnya aku berhenti sebentar, mengangkat tangan dengan isyarat bahwa aku ingin berhenti sejenak, namun berhentinya aku justru menjadi celah Arga untuk mengenai tubuhku. Saat ia berhasil menjangkau tanganku, ia membopong tubuhku tanpa izin, aku tertawa geli karena Arga mengenai bagian perutku dimana aku sangat lemah di daerah tersebut. Aku berontak meminta Arga untuk menurunkanku, dengan keseimbangan minim tanpa sengaja ia menjatuhkan tubuh kami di pasir. Aku tertawa puas saat tubuhku dan Arga bersampingan di atas pasir. "Hahaha! Sakt badan gue Ga!" Tawaku puas, diikuti Arga yang tawanya tak kalah nyaring. "Badan lo berat banget, Kei!" ledek Arga, aku lagi lagi menatapnya sinis "Lo yang lemah!" jawabku sambil meremas rambutnya. 

Kini kami menatap indahnya langit dengan tubuh yang terlentang bebas diatas pasir, aku tak berhenti tersenyum dengan segala keindahan yang terjadi di malam ini. "Kei" Panggil Arga. Aku menoleh ke samping, menatap mata Arga, "Kenapa?" jawabku dengan muka bingung. Arga bukannya menjawab malah diam hanya menatap mataku, aku yang kesal dengan diamnya Arga kemudian berdecak "Ck! Apa sih Ga? Manggil doang lo mah" ucapku kesal. "Nggak, mata lo cantik banget. Kayaknya bulan kalah cantik deh" ucap Arga tanpa memalingkan wajahnya. Aku yang salah tingkah langsung mengalihkan pandanganku ke arah lain, "Apa sih lo, klasik" jawabku ketus untuk menutupi salah tingkahku. "Hahahaha apasih cringe banget ya gue" jawab Arga dengan tawa paksaan. Yang tanpa Arga sadari ucapan Cringe-nya itu membuat jantungku berdetak tak karuan. “Cape nggak lari larian?” tanya Arga, “Lo liat sekarang gue ngos-ngosan. Dan lo masih bisa bisanya nanya? Aneh emang lo Ga” jawabku. Arga tertawa, kemudian ia bangkit dari tidurnya. Aku menatap kearahnya, “Kali ini lo mau ngapain lagi?” jawabku yang sudah malas dengan sikap tiba-tiba Arga. Arga hanya tertawa mendengar ucapanku, “Apa sih kei, negatif thinking aja ya lo” jawabnya dengan nada malas. “Ya abisnya lo suka tiba-tiba gitu sih” jawabku. “Iya, contohnya suka tiba-tiba buat lo baper ya?” ucap Arga dengan senyum jahilnya, aku hanya menatapnya sinis. Kemudian ia berdiri, dan menjalurkan tangannya di depan wajahku, ”Ayo bangun!” ucapnya Lalu aku segera menerima aluran tangannya. Saat badanku sudah berdiri sempurna di depan Arga, ia tak kunjung melepaskan genggaman tangannya justru ia malah menarik kencang tanganku yang membuat badanku secara terpaksa terhempas ke dada bidangnya, dengan jahil ia memelukku. Badanku membeku, mataku berkali-kali mengkerjap, yang ku rasakan saat ini ialah jantungku berdetak tanpa tempo yang pasti, aku takut Arga menyadari salah tingkahku yang kian parah ini. Arga mengeluskan tangannya di puncak kepalaku, “Makasih ya untuk malam ini, gue seneng bisa ngabisin waktu sama lo Kei” ucap Arga halus. Aku tersenyum dibalik dada bidangnya, “Sama sama Ga, gue juga seneng bisa ngabisin waktu sama lo” ucapku sambil melepaskan pelukan yang menautkan kami berdua. “Pulang yuk? Gue takut di cabik nyokap lo kalo sampe jam 10 belum juga balikin anaknya” ucap Arga yang membuatku tertawa, kemudian aku mengangguk sebagai jawaban. Lalu Arga menarik tanganku dan menuntunku menuju mobil. 

Sekiranya 20 menit menulusuri jalan, kini mobil Arga sudah berhenti tepat didepan rumahku. Aku pun segera turun dari mobilnya, “Hati-hati ya, Bye Ga!” Ucapku sambil melambaikan tangan, yang dibalas lambaian tangan oleh Arga. Saat mobil Arga Sudah hilang dari pandanganku, aku langsung masuk ke dalam rumah.

~ Beberapa hari kemudian ~

Kini aku sedang duduk berdua bersama Ara, temanku sejak 2 tahun lalu tepatnya saat menduduki bangku sekolah menengah atas. Ara memang sering ke rumahku tanpa tujuan yang jelas, contohnya sekarang, kami hanya duduk diatas kursi panjang yang tersedia di halaman rumahku. Tanpa kegiatan yang benar benar serius. 

“Minggu kemaren gue ada jalan sama Arga, tau Ra.” ucapku ditengah obolan kita berdua, mendengar ucapanku Ara pun tersentak kaget “Hah? Serius lo Kei?”. Melihat reaksi Ara yang tak sesuai harapan membuatku bingung, “Iyalah? Emangnya kenapa sih? Kok kayaknya lo kaget banget Ra?” tanyaku bingung. “Wait wait, Minggu kapan? Kemarin?” tanya Ara balik. Aku mengangguk “Iya, baru banget seminggu kemarin” jawabku. “Kei, sumpah ini bercanda” ucap Ara yang membuatku semakin bingung, “Ada apa sih Ra? Kok lu kaget gitu?” tanyaku lagi dan lagi. Ara mengambil nafas panjang, lalu menatap mataku intens “Ini beneran bakal bikin lo kaget. Gue juga baru tau kalo ternyata, Arga itu udah punya cewe sejak 3 Minggu lalu Kei!” jelas Ara pelan, mendengar itu spontan aku berteriak sambil menutup mulutku. Aku mengkerjapkan mataku berkali-kali, “Ra, lo serius kan?” tanyaku sekali lagi. Ara mengangguk dengan wajah kecewa, sama halnya dengan wajahku yang menunjukkan wajah kecewa. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun