Mohon tunggu...
Lalan Rojulan
Lalan Rojulan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa/pendidik/ lalan rojula

Volli boll/membaca/artikel pertumbuhan peserta didik

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pandangan Socrates Tentang Logika

10 Oktober 2024   11:38 Diperbarui: 10 Oktober 2024   11:42 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Tujuan filosofi Socrates adalah mencari kebenaran yang universal. Di sini berbeda pendapat dengan guru-guru sofis, yang mengajarkan bahwa segalanya relatif dan subyektif serta harus dihadapi dengan sikap skeptis. Socrates berpendapat bahwa dalam mencari kebenaran, ia tidak memikirkan sendiri, tetapi selalu berdua dengan orang lain melalui dialog tanya jawab. Orang kedua tidak dianggap sebagai lawan, tetapi sebagai teman yang bekerja sama mencari kebenaran. Kebenaran harus berasal dari dalam diri individu yang berbicara. Ia membantu untuk mengeluarkan apa yang tersimpan di dalam jiwa orang, bukan mengajarkannya. Oleh karena itu, metode ini disebut sebagai maieutik. Socrates mencari kebenaran yang tetap melalui proses tanya jawab, kemudian mencapainya melalui metode induksi dan definisi. Keduanya saling terkait. Metode induksi yang digunakan Socrates adalah membandingkan secara kritis. Ia tidak berusaha mencapai dengan contoh dan persamaan,
dan diuji pula dengan saksi dan lawan saksi.

Socrates adalah seorang pemikir hebat yang mencari kebenaran dan menantang pemikiran yang lazim. Kehadirannya dalam ranah filsafat Yunani klasik memberikan kontribusi besar bagi perkembangan sejarah filsafat Yunani klasik. Ia tidak pernah menulis sebuah karya pun,
bahkan satu kalimat pun tidak. Segala informasi tentangnya hanya bisa diperoleh dari berbagai sumber, seperti Platon, Aristofanes, dan Xenophon, yang dapat mengalami perubahan. Ia adalah seorang filsuf dan non-filsuf, sehingga ia mengajar dan tidak mengajar. Pengajaran ini memberikan warna baru bagi perkembangan dunia filsafat. Manusia adalah objek dan subyek dalam filsafat. Tujuan hidup manusia adalah mencari kebaikan dan kebenaran hidup.

Dia menekankan pentingnya mempertanyakan lingkungan sekitar dan mencari pemahaman yang lebih dalam tentang kehidupan.
 Bagi Anda, pria muda, kisah hidup Socrates menunjukkan bahwa Anda tidak perlu takut untuk menantang status quo dan mencari jawaban yang lebih baik.
 Socrates mengajarkan Anda untuk bersikap kritis terhadap dunia sekitar Anda, serta menegaskan bahwa Anda harus selalu mencari kebenaran dan menjaga integritas diri.
 Anda harus mempertahankan sikap kritis terhadap lingkungan sekitar dan terus mencari pemahaman yang lebih dalam tentang kehidupan.
 Dengan demikian, Anda dapat mengikuti jejak Socrates dan mencapai kebenaran dan keadilan yang lebih besar dalam hidup.
Socrates terkenal dengan metode dialektikanya, yang dikenal sebagai "metode Sokratik". Metode ini melibatkan bertanya dan menjawab, dengan tujuan mencapai pemahaman yang lebih dalam tentang masalah filosofis. Socrates mempertanyakan keyakinan dan pandangan yang dipegang oleh orang lain, bahkan para ahli dan tokoh penting pada zamannya. Socrates juga dikenal karena kontroversi yang dihasilkan dari metodenya. Dia kerap menimbulkan ketidaknyamanan bagi mereka yang merasa bahwa keyakinan mereka dipertanyakan. Akibatnya, dia dianggap sebagai "penyusup" dan "pengacau" oleh para elit politik dan intelektual pada zamannya.

Ia menerapkan pendekatan kritis dalam bidang filsafat, terutama dalam hal etika. Sokrates meyakini bahwa banyak pengetahuan dan pendapat manusia bersifat semu, namun digunakan dalam menyelesaikan permasalahan kehidupan. Kemunculan Sokrates diawali kemunculan kaum sofis. Sokrates hadir untuk menantang pemikiran yang sudah mapan dalam konstruksi pemikiran kaum Sofis. Kaum sofis sejak zaman Yunani Kuno sudah tidak baik. Dengan kemampuan argumentasi yang baik, Sofis sering dianggap menggunakan segala cara untuk meraih kemenangan demi mendapatkan dukungan dan akhirnya uang. Keberadaan kaum sofis dalam sejarah filsafat memiliki arti penting. Kaum Sofis menempatkan manusia sebagai pusat pemikiran filsafat mereka. Pandangan relativisme kaum Sofis menyatakan bahwa tidak ada pengetahuan yang bersifat mutlak atau objektif. Dampak dari pemahaman tersebut adalah ukuran kebenaran menjadi relatif dan subjektif. Oleh karena itu, tidak mungkin untuk memisahkan kemunculan Sokrates dari keberadaan kaum sofis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun