Mohon tunggu...
Lalang Gunawan
Lalang Gunawan Mohon Tunggu... Petani - Petani/mahasiswa/ Universitas Warmadewa

hobi yang paling saya gemari adalah berkebun/ kepribadian baik, percaya diri serta peduli terhadap lingkungan/ topik konten yang sering saya lihat adalah agricultur, bisnis,marketing, property, hukum, sosial, flora dan fauna. Semoga dengan konten yang saya upload bisa bermanfaat bagi para pembaca👍👍

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Pilihan

Pengelolaan Lahan Kering dengan Penerapan Implementasi Konservasi Tanah dan Air dalam Mendukung Pertanian Berkelanjutan

28 April 2023   19:18 Diperbarui: 28 April 2023   19:27 405
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penerapan sistem Irigasi Subak di Bali (Dokpri)

Lahan kering adalah lahan pertanian yang memiliki keterbatasan air dan kelembaban, sehingga mempengaruhi produktivitas dan kesuburan tanah. Lahan kering umumnya terdapat di daerah-daerah dengan iklim kering atau musim kemarau yang panjang, serta tanah yang kurang subur atau terdegradasi akibat erosi, penggunaan pupuk dan pestisida yang tidak tepat, atau pengolahan tanah yang berlebihan. Pengelolaan lahan kering yang tepat sangat penting untuk menjaga keberlanjutan pertanian dan lingkungan, serta memastikan ketersediaan pangan bagi masyarakat.

Pertanian berkelanjutan menjadi semakin penting dalam menjaga keberlanjutan sumber daya alam dan pangan di seluruh dunia. Namun, tantangan utama yang dihadapi oleh para petani adalah bagaimana mengelola lahan kering untuk meningkatkan produktivitas dan menjaga keberlanjutan lingkungan. Di Bali, penerapan implementasi konservasi lahan telah menjadi solusi untuk meningkatkan produktivitas dan menjaga keberlanjutan lingkungan.

Bali merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki lahan kering yang sangat terbatas. Lahan kering di Bali hanya sekitar 17% dari luas total wilayahnya, sedangkan 83% sisanya adalah lahan basah. Namun, lahan kering di Bali sangat penting bagi pertanian, karena mayoritas tanaman pangan di Bali ditanam di lahan kering. Oleh karena itu, pengelolaan lahan kering yang baik sangat penting untuk mendukung pertanian berkelanjutan di Bali.

Lahan kering perlu dikelola demi pertanian berkelanjutan karena lahan kering memiliki keterbatasan air dan kelembaban, sehingga mempengaruhi produktivitas dan kesuburan tanah. Dalam pengelolaan lahan kering, perlu dilakukan upaya-upaya yang bertujuan untuk mempertahankan dan meningkatkan produktivitas lahan serta menjaga keberlanjutan lingkungan.

Karena tantangan yang sulit ini, pengelolaan lahan kering menjadi sangat penting untuk memastikan pertanian berkelanjutan di daerah dengan keterbatasan air. Dalam permasalahan tersebut ada beberapa aspek-aspek yang sering diabaikan dalam pengelolaan lahan kering yaitu :

  • Tidak memperhatikan aspek sosial: Terkadang dalam pengelolaan lahan kering, aspek sosial seperti kesejahteraan petani dan hak-hak mereka diabaikan. Pengelolaan lahan kering yang berkelanjutan harus memperhatikan aspek sosial dengan melibatkan petani dan masyarakat lokal dalam proses pengambilan keputusan dan memberikan akses dan kesempatan kepada mereka untuk mendapatkan manfaat dari praktik-praktik pengelolaan lahan yang berkelanjutan.
  • Tidak berkelanjutan secara finansial: Beberapa praktik pengelolaan lahan yang berkelanjutan dapat memerlukan investasi yang tinggi dan tidak dapat diakses oleh petani di lahan kering yang hidup dalam kemiskinan. Pengelolaan lahan kering yang berkelanjutan harus berkelanjutan secara finansial dengan memperhitungkan biaya dan manfaat jangka panjang dari praktik-praktik pengelolaan lahan yang diterapkan.
  • Kurangnya dukungan dan akses terhadap teknologi: Petani di lahan kering seringkali kesulitan untuk memperoleh teknologi dan praktik-praktik pengelolaan lahan yang berkelanjutan karena kurangnya dukungan dan akses. Pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, dan sektor swasta harus berperan dalam memberikan dukungan dan akses terhadap teknologi dan praktik-praktik pengelolaan lahan yang berkelanjutan bagi petani di lahan kering.
  • Kurangnya koordinasi antara lembaga dan stakeholder: Terkadang kurangnya koordinasi antara lembaga dan stakeholder yang terlibat dalam pengelolaan lahan kering dapat menghambat implementasi praktik-praktik pengelolaan lahan yang berkelanjutan. Koordinasi yang baik antara lembaga dan stakeholder sangat penting untuk memastikan pengelolaan lahan kering yang berkelanjutan dan efektif.

Lahan kering menjadi tantangan sulit bagi petani di zaman sekarang karena adanya keterbatasan air dan kesuburan tanah yang mempengaruhi produktivitas pertanian. Beberapa faktor yang menyebabkan lahan kering sulit untuk dikelola antara lain:

  • Keterbatasan air: Lahan kering memiliki keterbatasan air yang menyebabkan produktivitas pertanian menjadi terbatas. Tanaman yang tumbuh di lahan kering seringkali mengalami stres air, yang dapat menyebabkan pertumbuhan dan produksi menjadi lambat atau bahkan mati.
  • Kesuburan tanah yang rendah: Lahan kering cenderung memiliki kesuburan tanah yang rendah karena kurangnya nutrisi dan bahan organik yang tersedia. Tanah yang kurang subur sulit untuk menopang pertumbuhan tanaman dan mempengaruhi produktivitas pertanian.
  • Erosi tanah: Lahan kering cenderung rentan terhadap erosi tanah, terutama ketika terjadi hujan lebat atau angin kencang. Erosi tanah dapat mengurangi kesuburan tanah dan mengurangi produktivitas pertanian.
  • Perubahan iklim: Perubahan iklim dapat mempengaruhi ketersediaan air dan kesuburan tanah di lahan kering. Perubahan iklim seperti peningkatan suhu, kekeringan, dan curah hujan yang tidak teratur dapat memperburuk kondisi lahan kering.
  • Kemiskinan: Banyak petani di lahan kering hidup dalam kemiskinan dan kesulitan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Hal ini dapat mengurangi motivasi dan kemampuan petani untuk melakukan praktik-praktik pengelolaan lahan yang berkelanjutan.

"Lahan kering adalah suatu tantangan, bukan hambatan" - Paul Wolfowitz

Makna dari kutipan tersebut adalah meskipun lahan kering memiliki keterbatasan dalam hal air, hal ini tidak berarti bahwa lahan tersebut tidak dapat dimanfaatkan untuk kegiatan pertanian atau pengelolaan sumber daya alam lainnya. Oleh karena itu, pengelolaan lahan kering harus dilakukan secara berkelanjutan dan terpadu dengan mempertimbangkan aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan untuk mencapai hasil yang optimal. Untuk mengatasi isu-isu permasalahan dalam pengelolaan lahan kering, diperlukan pendekatan yang holistik dan terintegrasi dengan memperhatikan faktor sosial, ekonomi, dan lingkungan. Selain itu, pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, dan sektor swasta juga dapat berperan dalam memberikan dukungan dan akses kepada petani di lahan kering untuk memperoleh teknologi dan praktik-praktik pengelolaan lahan yang berkelanjutan.

Banyak juga orang yang beranggapan bahwa lahan kering merupakan lahan yang memiliki keterbatasan air dan nutrisi. Lahan ini sering kali dianggap sebagai lahan yang tidak produktif dan tidak dapat dimanfaatkan untuk pertanian. Namun, lahan kering memiliki keunikan dan spesial karena adanya keterbatasan tersebut. Berikut ini adalah beberapa keterbatasan lahan kering yang menjadikan lahan itu spesial:

  1. Keterbatasan air Lahan kering memiliki keterbatasan air yang membuat pertanian sulit dilakukan di sana. Namun, keterbatasan air ini juga menjadikan lahan kering spesial karena memungkinkan pertanian dilakukan secara khusus dan terarah. Teknik pengelolaan air seperti sistem irigasi dan penanaman tanaman yang tahan kekeringan dapat digunakan untuk memaksimalkan penggunaan air yang tersedia di lahan kering.
  2. Keterbatasan nutrisi Lahan kering cenderung memiliki keterbatasan nutrisi yang dibutuhkan oleh tanaman untuk tumbuh dan berkembang. Keterbatasan ini dapat diatasi dengan penerapan teknologi konservasi lahan kering seperti pemupukan organik dan pengolahan tanah yang tepat. Teknik pemupukan organik dapat membantu mempertahankan kesuburan tanah dan meningkatkan kualitas tanaman.
  3. Keanekaragaman hayati Lahan kering seringkali dianggap sebagai lahan yang tidak memiliki keanekaragaman hayati. Namun, keterbatasan air dan nutrisi di lahan kering dapat menjadikan lahan ini sebagai habitat bagi tanaman-tanaman yang tahan kekeringan dan hewan-hewan yang telah beradaptasi dengan kondisi tersebut. Hal ini menjadikan lahan kering memiliki keanekaragaman hayati yang unik dan spesial.
  4. Potensi pengembangan Lahan kering memiliki potensi pengembangan yang besar, terutama dalam konteks pertanian berkelanjutan. Teknologi konservasi lahan kering dan teknik pertanian yang tepat dapat meningkatkan produktivitas lahan kering dan menjadikannya sebagai sumber penghasilan bagi petani. Selain itu, lahan kering juga dapat dimanfaatkan sebagai lahan perkebunan atau lahan konservasi alam yang memiliki nilai ekologis dan ekonomis yang tinggi.

"Jika kita tidak belajar mengelola lahan kering dengan baik, maka kita tidak bisa berbicara tentang pertanian berkelanjutan dan kemakmuran petani" - Dr. Mahmoud Solh

Dalam kutipan tersebut tersirat bahwa 

Dengan memahami keterbatasan lahan kering yang menjadikan lahan itu spesial, kita dapat mengembangkan teknologi dan praktik pertanian yang sesuai dengan kondisi lahan kering. Teknologi konservasi lahan kering, sistem irigasi yang efisien, pengolahan tanah yang tepat, pemupukan organik, dan penggunaan varietas tanaman yang tahan kekeringan dapat digunakan untuk mengoptimalkan produksi tanaman dan menjadikan lahan kering sebagai sumber penghasilan yang berkelanjutan.

Beberapa praktik pengelolaan lahan kering yang umum dilakukan antara lain penggunaan teknologi irigasi yang efisien, penggunaan pupuk dan pestisida yang tepat, pemilihan varietas tanaman yang toleran terhadap kondisi kering, penggunaan sistem pertanian berkelanjutan seperti agroforestri dan sistem pertanian organik, dan pemeliharaan keanekaragaman hayati.

Masyarakat Bali memiliki tradisi dalam mengelola lahan kering dengan cara yang berkelanjutan. Beberapa solusi praktik pengelolaan lahan kering yang dilakukan oleh masyarakat Bali untuk mendukung pertanian berkelanjutan antara lain:

  • Sistem irigasi Subak: sistem irigasi tradisional yang digunakan di Bali. Sistem ini mengatur distribusi air ke sawah-sawah dengan cara bergantian. Sistem irigasi Subak ini telah terbukti efektif dalam menjaga keberlanjutan pertanian di Bali.

Penerapan sistem Irigasi Subak di Bali (Dokpri)
Penerapan sistem Irigasi Subak di Bali (Dokpri)
  • Agroforestri: praktik menanam pohon di antara tanaman pertanian. Hal ini bertujuan untuk menjaga kelembaban tanah, mengurangi erosi, dan meningkatkan kesuburan tanah.

Penerapan Agrofestri pada lahan kering dengan tanaman kelapa dan pisang (Dokpri)
Penerapan Agrofestri pada lahan kering dengan tanaman kelapa dan pisang (Dokpri)
  • Penggunaan pupuk organik: penggunaan pupuk organik dapat meningkatkan kesuburan tanah dan mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia yang berbahaya bagi lingkungan.

Kombinasi subak, agroforestri, dan penggunaan pupuk organik merupakan praktik konservasi lahan yang efektif dalam menjaga konservasi tanah dan air serta lingkungan sekitar. Namun, untuk memastikan keberhasilan praktik ini, perlu dilakukan pendekatan secara holistik dan terintegrasi, yang melibatkan berbagai aspek seperti teknis, sosial, ekonomi, dan budaya.

Misalnya, implementasi praktik agroforestri perlu mempertimbangkan jenis pohon yang tepat, jarak tanam yang sesuai, dan cara pemeliharaannya. Selain itu, perlu dilakukan pendekatan partisipatif yang melibatkan petani dalam proses pengambilan keputusan dan implementasi praktik, sehingga mereka merasa memiliki dan bertanggung jawab terhadap keberhasilan praktik tersebut.

Dalam hal penggunaan pupuk organik, perlu diperhatikan sumber dan kualitas pupuk organik yang digunakan agar tidak menimbulkan masalah kesehatan dan lingkungan. Selain itu, perlu dilakukan pengelolaan limbah organik secara efektif untuk memperoleh pupuk organik yang berkualitas tinggi. Serta sistem irigasi Subak, perlu dilakukan pengelolaan air yang efisien dan efektif, serta menjaga keberlanjutan sistem irigasi Subak dengan melibatkan petani dan pihak terkait dalam pengambilan keputusan.

Dalam kesimpulannya, kombinasi subak, agroforestri, dan penggunaan pupuk organik merupakan salah satu cara yang dapat membantu dalam pengelolaan lahan kering dan menjaga konservasi tanah dan air serta lingkungan sekitar. Namun, perlu dilakukan pendekatan secara holistik dan terintegrasi dalam implementasi praktik tersebut. Solusi-solusi di atas dapat diterapkan secara terpadu dan berkelanjutan untuk mengelola lahan kering di Bali dengan lebih efektif, sehingga dapat meningkatkan produktivitas lahan, mengurangi risiko kekeringan, dan menjaga keberlanjutan sistem pertanian. Untuk meningkatkan implementasi praktik konservasi lahan di Bali, antara lain pendidikan dan pelatihan kepada petani, serta dukungan dari pemerintah. melalui Namun, perlu diingat bahwa keberhasilan pengelolaan lahan kering secara berkelanjutan tidak hanya bergantung pada satu praktik saja. Dibutuhkan kombinasi dari beberapa praktik yang saling mendukung untuk mencapai hasil yang optimal.

Penulis

I Putu Lalang Gunawan

Mahasiswa/Agroteknologi/Universitas Warmadewa

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun