Menghatamkan Al-QuranÂ
Saya hanya manusia biasa dengan kadar iman yang sangat kecil, selalu fluktuatif naik turun kadar keimanannya hingga berjuang keras untuk kembali naik atau normal.Â
Maka dari itu, di bulan Ramadan kali ini saya selalu berdoa dan usaha untuk mengembalikan kesalahan yang saya perbuat. Menghatamkan Al-Quran merupakan tombak terbesar penyemat untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama di waktu yang berbeda.
Berulang-ulang kali berdoa, berulang-ulangi kali pula berbuat salah.
Menjemput Malam Lailatul Qadar
Malam yang akan turun pada malam ganjil sepuluh hari terakhir bulan Ramadan. Malam yang lebih baik dari seribu bulan. Di malam ini dosa mahkluk hidup akan di ampuni oleh Allah, di malam ini pula keberkahan akan disebarkan oleh Allah, pada malam ini juga malaikat turun ke bumi.
Indah bukan jika di malam itu saya dapat bermesraan dengan Allah lewat ibadah-ibadah yang saya jalankan. Begitu nikmat, seakan tidak ingin diganggu dengan siapapun. Salat malam, mambaca Al-Quran, berzikir, bersholawat uhhhh... Sungguh ingin segera sampai di malam itu agar dosa saya yang sebanyak lautan dan setinggi gunung ini diampuni oleh-Nya, dan berdoa agar wabah ini cepat berlalu.
Istiqomah dan Menjadi Pribadi yang Lebih Baik
Istiqomah, hal tersulit untuk saya saat ini. Apalagi jika setalah Bulan Ramadan berlalu. Sungguh miris, tak mampu mempertahankan dengan apa yang diperbuat di Bulan Ramadan. Selalu berdoa di setiap sujud pada bulan ini, bahwa berharap dapat tetap istiqomah menjalankan hal-hal baik.
Dan pribadi yang lebih baik untuk diwaktu itu dan setalah Ramadan. Pribadi yang tidak emosional, pribadi yang tidak berlebihan ambisiusnya dan pribadi yang mampu menghilangkan penyakit hati yang ada dalam diri saya.
"Sekarang setalah berjumpa lagi dengan Ramadan, saya meminta sungguh-sungguh agar Allah memberikan kesempatan kepada saya untuk bersapa dengan bulan suci ini kembali di tahun berikutnya."