Mohon tunggu...
Nabila Aulia Hasrie
Nabila Aulia Hasrie Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswi

BA (Hons) - Queen's University of Belfast, the UK MA - Columbia University, the US

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Membaca Peta Permainan Kekuasaan pada Pilkada 2024

27 November 2024   18:51 Diperbarui: 27 November 2024   18:59 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Indonesia mengadakan pemilihan regional secara serentak pada hari ini (27/11/24). Ini adalah ajang untuk memilih para pemimpin lokal yang akan berperan penting dalam mendorong ekonomi terbesar di Asia Tenggara dan merupakan yang terbesar dalam sejarahnya.

Sebanyak 545 posisi diperebutkan dan warga Indonesia akan memilih 37 gubernur, 93 walikota, dan 415 bupati. Dari 38 provinsi di negara itu, hanya Yogyakarta yang tidak akan memilih gubernur mengingat tugas tersebut yang diberikan kepada sultan.

Sementara pemilihan regional bisa dibilang lebih rendah di radar internasional daripada pemilihan presiden dan legislatif pada Februari lalu, mereka masih layak untuk ditonton; terutamanya untuk bintang politik yang sedang naik daun serta permainan kekuasaan oleh faksi politik utama yang dipimpin oleh presiden baru Prabowo Subianto dan mantan presiden Joko Widodo dan Megawati Soekarnoputri.

Para pemimpin regional mengatur nada hubungan kerja antara pemerintah nasional dan provinsi, kabupaten, dan kota masing-masing. Selain itu, mereka memiliki pengaruh dalam menarik investasi asing dan menjalin kemitraan lintas perbatasan.

Pemilihan regional juga dipandang sebagai ujian demokrasi Indonesia di bawah Prabowo Subianto, yang menjabat sejak 20 Oktober 2024 lalu.

Permainan Kekuasaan

Pemberantasan kemiskinan dan distribusi kesejahteraan yang adil adalah isu-isu yang kerap dijanjikan para kandidat untuk 280 juta orang Indonesia.

Masalah-masalah ini, yang meliputi akses ke pendidikan, perawatan kesehatan, dan infrastruktur, seringkali 'sangat melokal'. Ada juga masalah yang unik untuk daerah tertentu - kemacetan lalu lintas, polusi udara dan banjir di Jakarta, misalnya.

Kota metropolitan, yang menyaksikan persaingan ketat untuk gubernur antara dua kandidat terkemuka, juga akan kehilangan statusnya sebagai ibu kota negara ke Nusantara di Kalimantan Timur, meskipun tanggal pastinya belum ditentukan.

Di daerah kaya mineral seperti Sumatra, Kalimantan, Sulawesi dan Papua, para pemimpin lokal harus mengelola sumber daya dengan baik dengan mengatasi penambangan ilegal, degradasi lingkungan, dan masalah lainnya.

Jawa, sementara itu, adalah lokasi padat pabrik. Ini berarti kepentingan bisnis dan pemilihan regional di wilayah tersebut tidak dapat dipisahkan.

Di daerah yang kaya akan sumber daya alam, ada persaingan antara pebisnis yang mendukung kandidat tertentu mengingat kepentingan mereka dalam mengamankan investasi dan bisnis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun