Mohon tunggu...
Nabila Aulia Hasrie
Nabila Aulia Hasrie Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswi

S1 HI dan Politik - Queen's University of Belfast, Britania Raya S2 Studi Regional - Columbia University, Amerika Serikat

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Kemenangan Prabowo-Gibran: Bagaimana Masa Depan Jokonomics?

26 April 2024   07:10 Diperbarui: 26 April 2024   15:32 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Anomali ini sebenarnya dapat dipahami dengan memahami konteks politik internasional. Pasalnya, mengingat ketergantungan ekonomi Indonesia terhadap Tiongkok, Amerika Serikat pantang memberikan Indonesia akses terhadap Inflation Reduction Act (IRA) milik AS. Selain itu, economic boom juga mustahil terjadi karena uda problematika yang masing-masing berkenaan dengan isu ketenagakerjaan. Pertama, terdapat proses impor buruh WNA dari Tiongkok dan dua, bahkan jika suatu regulasi pelarangan masuknya buruh tambang asing dikeluarkan, industri pertambangan tetap tidak bisa menyerap banyak tenaga kerja. Hal ini dikarenakan oleh sifat fundamental dari sektor pertambangan itu sendiri yang cenderung capital-intensive dan bukan labor-intensive. Tentu saja, konsentrasi pemerintah yang berlebih dalam kebijakan sejenis ini tidak cocok dengan keadaan lapangan. Pengembangan ekstrim sebuah sektor yang capital-intensive jelas tidak pantas dengan fakta akan banyaknya penambang lokal (baik pengusaha besar maupun UM) yang mengalami financial constraints. Keterbatasan modal mempersulit para pelaku usaha dalam negeri untuk berkompetisi dengan raksasa-rakasasa Tiongkok baik konglomerat swasta maupun BUMN backingan PKC. Apalagi dengan tingginya tingkat pengangguran di Indonesia (terutama di kalangan para pemuda) serta kemiskinan dan kesenjangan sosial-ekonomi, ada pentingnya bagi negara untk lebih fokus dalam mengembangkan suatu industri yang labor-intensive. 

Kesimpulan

Calon Presiden Prabowo Subianto dan Calon Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka sudah dapat dipastikan akan melanjutkan jokonomics. Seperti kebijakan pada umumnya, jokonomics sukses di beberapa bidang yang tentunya dapat dilanjutkan oleh paslon terpilih. Namun begitu, garis besar kebijakan ekonomi Jokowi sebenarnya juga menunjukkan berjibun kecacatan. Lantas mengingat kekurangan-kekurangan yang ada, patut bagi paslon pemenang untuk fokus dalam mempelajari data historis untuk mengantisipasi serta meminimalisir dampak negatif dari kebijakan-kebijakan yang sudah dieksekusi selama beberapa tahun kebelakang agar penerapan jokonomics di era kepresidenan kali ini dapat dipraktikan dengan optimal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun