Finally after sekian purnama jadi silent reader, tetiba gatel lagi tangan buat nulis keresahan-keresahan diri.
Terakhir kemarin baca artikel tentang harga laptop TKDN yang dibanderol dengan harga 28 juta pada tayangan produk ekatalog. Sungguh SANGAT TIDAK MASUK AKAL MEMANG.
Duluuuuuu, duluuuuuuu banget aku pikir jadi pelaku pengadaan dipemerintah as pejabat pengadaan atau POKJA itu posisi paling adem ayem tentrem. Kenyataannya adalah sungguh sangat DI LUAR NALAR, ......PP (pejabat pengadaan) dan POKJA ternyata justru jadi SHOT ON TARGET PALING PERTAMA DALAM HAL GAGAL BANGUN (missal dalam pekerjaan konstruksi) pun yang pertama jadi "tersangka" dalam pengadaan e-katalog barang.
Namanya juga eksekutor, orang luar melihat langsung ke HASIL bukan ke proses. Padahal bisa jadi kesalahan ada di part perencanaan, tapi ketika ada hal yang dirasa ABSURD yang pertama jadi tertuduh tetaplah eksekutor. Back to topic, kan dari kemaren ruameeeeeee banget ya gaessss ya, netijen ngebahas tentang LAPTOP TKDN yang HARGANYA dibanderol di angka yang tidak masuk akal itu. Gak bermaksud langsung menyalahkan komentar mereka, karna yaaaaaaa bisa jadi mereka memang BELUM PAHAM dengan apa-apa yang ada di dalamnya, but setidaknya sebelum menyuarakan pendapat kan ada baiknya pahami dulu konteksnya bagaimana.
mau bahas dari mana dulu ya?
TKDN dulu kali yaaaaa, karna ini nyambung sama harga LAPTOP TKDN yang dibanderol gila-gilaan di e-katalog (meski g semua penyedia pasang harga se-enggak masuk akal itu).
Knapa pelaku pengadaan baik PP ataupun PPK (untuk pengadaan diatas 200 juta lewat e-purchasing) lebih milih barang TKDN dari pada barang impor yang memang secara brand kita uda familiar sama merk dan kualitasnya.
Here the reason: