1. Alam bawah sadar
Freud menyatakan pikiran manusia dipengaruhi oleh alam bawah sadar daripada alam sadar. Ia menyatakan pikiran manusia seperti gunung es yang sebagian besar berada di dalam, yakni alam bawah sadar. Untuk meredakan tekanan dan konflik, manusia menyimpannya pada kehidupan mereka di alam bawah sadar. Oleh karena itu menurut Freud alam bawah sadar merupakan kunci untuk memahami perilaku seseorang (Eagleton, 1996:437)
Ia yakin perilaku seseorang dipengaruhi alam bawah sadar yang mencoba memunculkan diri dan tingkah laku itu tampil tanpa disadari. Freud meneliti sumber-sumber tak sadar dari gejala sehari-hari seperti salah ucap atau Lapsus. Tak sadar (unconsciouness) adalah apa yang tak terjangkau oleh sadar (Milner, 1992:78).
Endraswara jelaskan psikologi sastra penting karena:
- Proses penciptaan karya sastra terjadi dalam dua tahap yaitu meramu gagasan dalam situasi imajinatif, kemudian dipindahkan melalui penulisan karya sastra yang sifatnya konkritisasi apa yang sebelumnya dalam bentuk imaji.
- Karya sastra ditentukan bentuk proses penciptaan dari tingkat pertama, yang berada dalam keadaan sadar. Bisa jadi pada gagasan pertama sangat baik namun setelah berada pada situasi kedua kacau sehingga mutu karya jantung pada kemampuan penulis menata perwatakan dan menyajikannya dengan bahasa yang mudah dipahami. Jadi proses merupakan hal yang penting untuk penelitian dan analisis.
- Selain itu, yang perlu mendapat perhatian dan penelitian yaitu makna, pemikiran dan falsafah yang terlihat di dalam karya sastra.
Menurut Freud hasrat tak sadar selalu aktif dan siap muncul. Karya seni memberikan tempat perwujudan mimpi yang tak dapat diwujudkan. Freud meyakini bahwa Siko analisis dan karya sastra saling mengisi untuk saling memperkaya. Karya sastra memberikan hiburan dan kelegaan pada pembaca karena mereka menikmati pengalaman termasuk peristiwa mengerikan. hal ini bisa menjadi milik diri pembaca sendiri maupun diri orang lain.
2. Teori mimpi
Hubungkan karya sastra dengan mimpi. Keduanya dianggap memberikan kepuasan secara tidak langsung. Perbedaan antara karya sastra dan mimpi adalah karya sastra terdiri atas bahasa yang bersifat linier, sedangkan mimpi terdiri atas tanda figuratif yang tumpang tindih dan campur aduk. Mimpi dalam sastra adalah angan-angan halus (Endraswara, 2008:4).
Gagasan Freud banyak dianut oleh pemerhati psikologi sastra adalah teori mimpi dan Fantasi. Di saat mimpi kerap dipandang sebagai kembang tidur, dalam konsep Freud mimpi dianggap memiliki peranan khusus dalam studi psikologi sastra. Menurut pengamatannya sastra lahir dari mimpi dan Fantasi (Endraswara, 2008:200).
Bila Freud memberikan intensitas pada peranan libido seksual, bagi Jung lebih memperhatikan ketidaksadaran sebagai energi, gudang memori dan dengan sendirinya diperlukan proses kreatif (Endraswara, 2008:201).
Mimpi tampil dalam bentuk simbolisasi dan penyamaran sehingga membutuhkan Analisis untuk memahaminya. Â Terdapat persamaan tertentu antara mimpi dan keadaan tidak sehat misal keadaan psikosis halusinasi parah. Halusinasi timbul karena adanya suatu hasrat yang tidak bisa diwujudkan. Freud yakin kondisi ini terjadi pada mimpi dan menurut Freud menangkap makna mimpi orang dewasa lebih rumit daripada menangkap mimpi anak-anak, karena menyangkut hasrat tersamar. Mimpi adalah keinginan tersembunyi yang berbentuk gambar mimpi yang membingungkan.
Mimpi mempunyai dua isi:
- Isi manifest
- Gambar-gambar yang kita ingat dan muncul ketika kita mencoba mengingatnya.
- Isi laten
- Freud menyebutnya "Pikiran mimpi" adalah sesuatu yang tersembunyi bagaikan teks primitif dan harus disusun kembali melalui gambar yang diputarbalikkan mimpi manifest (Milner, 1992:27).