Ingatkah kalian masa dimana dunia panik saat virus Corona menyebar? Virus ini membuat ketar-ketir dunia dengan gejala yang awalnya tak tentu dan nulai muncul pada tahun 2019 di Wuhan, China. Ga kebayang betapa bingungnya kita di awal pandemi melanda. Apalagi informasi  yang minim terkait virus ini menyebabkan kurangnya informasi yang jelas nih tentang virus Corona. Lambat laun ditemukanlah salah satu cara mengurangi penyebaran virus ini dengan vaksinasi. Namun sayangnya, tersiar kabar jika ada kasus korban meninggal usai diberi vaksinasi.
Dilansir oleh Ketua Komisi Nasional Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (Komnas KIPI), ada 30 kasus orang meninggal usai diberi vaksinasi COVID-19. Informasi ini telah tersebar di media massa. Namun ada beberapa pihak yang salah menafsirkan berita ini. Alhasil malah menjadi informasi yang salah. Mereka membagikan informasi atau berita yang palsu itu kepada orang lain. Sangat merugikan bukan? Apakah kalian pernah membaca hoaks tersebut? Nah, hal inilah yang kita kenal dengan istilah hoaks.
Hoaks
Banyaknya muncul berita palsu (hoaks) terkait fakta yang ada membuat masyarakat berspekulasi negatif terhadap penerimaan vaksin. Apa sih itu hoaks? Mengapa bisa membuat kita berspekulasi yang tidak benar terhadap suatu informasi?
Hoaks adalah Informasi yang tidak benar dan tidak mempunyai verifikasi kebenarannya, sehingga diperlukannya pengetahuan bagi masyarakat lebih mengetahui ciri dari hoaks tersebut.
Nah, kalau kita simak dari penjelasan sebelumnya, hoaks juga lekat dengan penyebaran informasi yang diterima bukan? Nah, penyebaran informasi ini adalah bagian dari interaksi sosial. West & Turner mengatakan bahwa penyebaran informasi adalah bagian dari interaksi dimana kita bangun lewat proses komunikasi yang kita lakukan loh, dengan tujuan untuk berbagi.
Tanpa kita sadari, beberapa orang dengan niat untuk berbagi informasi malah ga sadar kalo dirinya menyebarkan informasi yang salah. Kalian pernah ngalamin hal yang sama tidak? Padahal seharusnya sebelum membagikan informasi, harus ditelusuri terlebih dahulu. Apakah informasi itu benar atau tidak? Nah, hal ini marak terjadi di awal pandemi melanda. Apalagi penyebaran informasi tentang vaksinasi yang akhirnya membuat persepsi masyarakat terhadap vaksin COVID-19 itu memtaikan dan enggan untuk diberi vaksin.
Contohnya saja, banyak informasi yang berseliweran di akun media sosial. Apalagi informasi konyol bahwa COVID-19 adalah rekayasa kaum elit, konspirasi, bahkan tersebar informasi bahwa vaksin mengandung chip yang membuat masyarakat tak percatya virus Corona itu ada.
Fenomena sosial ini membuat persepsi masyarakat terhadap vaksin COVID-10 menjadi buruk akibat misinformasi. Informasi yang salah dan tidak akurat itulah yang memicu munculnya persepsi. Sudah tidak asing nih istilah persepsi di telinga, tetapi defisini persepsi apa? dan hal apa saja sih yang mempengaruhi terjadinya persepsi ini? Mari kita baca penjelasan setelah ini.
Persepsi
Persepsi adalah proses menggabungkan informasi yang kita terima dan alat penginderaan sangat berperan dalam menerima informasi ini. Menurut Bimo Walgito, faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi dapat dipengaruhi dari aktivitas yang sedangkita lakukan loh. Selain itu lingkunga sekitar, pengalaman, kejadian yang pernah kita alami.
Eitss, berdasarkan penjelasan tadi nih, lantas apa sih pengaruh penyebaran hoaks vaksinasi COVID-19 dengan persepsi masyarakat?
Informasi yang diterima baik saat kita membaca atau mendengar adalah dimana indera kita bekerja sebagai penerima stimulus. Persepsi yang terjadi dapat dipengaruhi oleh bagaimana berita yang dilihat ataupun sebelum dilihat, saat kita masih membayangkan beritanya. Contohnya saat kita membaca judul berita saja atau tidak menerima semua informasi secara keseluruhan dapat menghasilkan persepsi yang berbeda pada setiap individu loh. Selain itu, bagaimana perhatian kita terhadap objek, seuasana hati, minat, dan pengalaman mempengaruhi persepsi kita.
Alhasil jadilah tindakan atau perilaku yang berasal dari apa yang kita maknai sebelumnya. Tindakan terjadi dimulai dengan adanya persepsi, kemudian respon terpimpin, Tindakan tersebut dapat berupa oversharing (berbagi berlebihan). Seperti membagikan berita yang dianggap benar padahal adalah hoaks. Kalian pernah mengalaminya tidak? Hal inilah yang membuat maraknya penyebaran hoaks, menyesatkan persepsi masyarakat. Persepsi masyarakat yang salah terhadap vaksin COVID-19 salah satunya karena faktor menerima informasi yang salah (melalui berita palsu).
Semoga kita lebih paham mengapa bisa terjadi salah persepsi ya..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H