Mohon tunggu...
Laksmi Devi
Laksmi Devi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Ilmu Komunikasi UAJY 2019

Selamat membaca!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Satu Komunitas, Beribu Kasih Sayang, Rumah Aman: Masih Ada Masyarakat Adat yang Tidak Tahu Indonesia

9 Maret 2021   11:42 Diperbarui: 9 Maret 2021   12:23 362
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) adalah organisasi kemasyarakatan independen dengan visi untuk mewujudkan kehidupan yang adil dan sejahtera bagi semua Masyarakat Adat di Indonesia.

AMAN bekerja di tingkat lokal, nasional, dan internasional untuk mewakili dan melakukan advokasi untuk isu-isu Masyarakat Adat dengan beranggotakan 2.373 komunitas adat di seluruh Indonesia serta berjumlah sekitar 17 juta anggota individu.

AMAN dipimpin oleh Sekretaris Jenderal dan Dewan AMAN Nasional yang dipilih oleh Kongres Adat Nusantara. Dewan AMAN Nasional beranggota tujuh region AMAN, yaitu Sumatera, Jawa, Kalimantan, Bali-Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku, dan Papua. Setiap region diwakili oleh dua orang, yaitu satu laki-laki dan satu perempuan.

Pada Minggu, 7/3/2021, saya dan rekan saya melakukan wawancara secara daring dengan beberapa rekan dari AMAN, yaitu Rukka Sombolinggi (Sekretaris Jenderal), Rainny Situmorang (Direktur Operasional dan Manajemen), Firman nur Ikhwan (Staff Penggalangan Dana), Titi Pangestu (Direktorat Informasi dan Komunikasi), Chresly (Staff Informasi dan Komunikasi). Menjadi suatu kebanggaan bagi saya dan rekan saya dapat mewawancarai orang-orang dibalik organisasi yang menyejahterakan banyaknya Masyarakat Adat.

Membahas tentang luasnya Indonesia dan AMAN yang berkontribusi untuk Masyarakat Adat, banyak sekali tantangan yang dilalui oleh AMAN demi mewujudkan Kehidupan yang adil dan sejahtera bagi Masyarakat Adat di Indonesia.

Jangkauan AMAN terhadap Masyarakat Adat Indonesia mulai dari Masyarakat Adat yang tinggal di pinggir kota sampai jauh dari kota. 

Selama AMAN berkontribusi untuk Masyarakat Adat, AMAN merasa banyak sekali kesenjangan digital yang berpengaruh terhadap komunikasi antar anggota. 

Alat komunikasi digital dianggap "alien" oleh beberapa Masyarakat Adat, sehingga AMAN harus mengenalkannya sebelum menggunakannya sebagai alat komunikasi digital.

Kesenjangan tersebut tidak hanya berhenti pada kesenjangan digital, Masyarakat Adat bahkan ada yang tidak tahu bahwa mereka merupakan Masyarakat Adat Indonesia, negara yang mereka diami selama ini terasa begitu asing mereka dengar. Parahnya lagi mereka baru tahu mereka hidup di Indonesia setelah mereka ditangkap aparat karena melakukan tindak kriminal.

Saat pandemi seperti sekarang, mau tidak mau AMAN dan anggotanya harus menyesuaikan situasi, apalagi anggota tidak berubah sehingga tetap ada pekerjaan yang harus dilakukan. Terdapat tim tanggap darurat yang berguna saat situasi pandemi seperti ini yang memaksakan diri untuk bisa bekerja secara daring. Perlu waktu yang panjang untuk menyesuaikan semuanya karena terdapat cerita-cerita yang tak terbayang karena situasi ini.

Selama pandemi pekerjaan-pekerjaan dilakukan melalui aplikasi Zoom sebagai jembatan utama untuk mengumpulkan seluruh anggota. AMAN berusaha semaksimal mungkin agar tetap berkomunikasi dengan seluruh anggotanya. Walaupun sangat sulit untuk mengajak anggotanya yang jauh dari jangkauan untuk melakukan pertemuan secara daring tetapi hal tersebut harus dilakukan oleh AMAN agar COVID-19 tidak memasuki kawasan yang terpencil dan jauh dari fasilitas umum seperti rumah sakit.

AMAN yang sangat peduli dengan kondisi Masyarakat Adat, pada bulan Oktober 2020 mengirimkan alat penangkap jaringan ke kampung-kampung, lalu AMAN memberikan pelatihan terhadap Masyarakat Adat. Akhirnya semua pekerjaan dapat beralih secara online dan setiap unit dapat menjadi host. 

Seluruh koordinasi dilakukan menggunakan aplikasi Zoom dan berkabar melalui Whatsapp Group. Walaupun sudah terbiasan dengan beberapa platform yang digunakan, masih ada yang tiba-tiba susah jaringan dan terlihatlah kesenjangan pada digitalnya.

Selain berkontribusi menghadapi kesenjangan digital Masyarakat Adat, AMAN juga berkontribusi untuk memajukan ekonomi anggotanya. Sebelum pandemi, AMAN biasanya mengadakan festival dan anggotanya dapat membuka stand, dan penggalangan dana secara langsung untuk membantu ekonomi anggotanya. Namun saat pandemi, AMAN tidak patah semangat dan tetap berusaha membantu ekonomi anggotanya dengan mengadakan penggalangan dana secara daring.

Dapat disimpukan bahwa Masyarakat Adat di Indonesia masih sangat merasakan kesenjangan yang ada, mulai dari kesenjangan digital, bahkan sampai tidak tahu adanya Negara Indonesia. Tetapi AMAN hadir dengan merangkul seluruh Masyarakat Adat sehingga sedikit demi sedikit Masyarakat Adat mendapatkan keadilan serta kesejahteraan dan dapat merasakan menjadi manusia yang dimanusiakan. Walaupun memiliki jangkauan yang berbeda-beda, AMAN selalu berusaha semaksimal mungkin supaya semuanya memiliki hak yang sama, yaitu sama-sama menjadi Warga Negara Indonesia.

Daftar Pustaka

aman.or.id/. ALIANSI MASYARAKAT ADAT NUSANTARA. Diakses pada 9 Maret 2021, dari https://www.aman.or.id/profil-aliansi-masyarakat-adat-nusantara/ 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun