Mohon tunggu...
Laksita Darda Hazza
Laksita Darda Hazza Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi UMY

Mahasiswa aktif jurusan Ilmu komunikasi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dari Suka ke Ketergantungan: Bahaya Kecanduan yang Tak Disadari

7 Januari 2024   13:12 Diperbarui: 7 Januari 2024   13:12 790
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar ilustrasi penggunaan Smartphone Sumber: shutterstock free image

Pada saat ini, tidak dapat dipungkiri bahwa media sosial telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari kita. Platform seperti Twitter, Facebook, Instagram, dan TikTok telah menjadi rumah kedua bagi banyak orang di seluruh dunia. Tanpa kita sadari, kita sering kali terjebak dalam kebiasaan "scrolling" atau menggulir konten tanpa henti dalam jangka waktu yang lama. 

Media sosial hadir di mana-mana, dapat diakses melalui ponsel atau komputer, dan telah menjadi bagian penting dari rutinitas harian kita. Baik saat kita sedang sibuk atau pun saat kita memiliki waktu luang, media sosial mampu memikat perhatian kita. Kita menggunakannya untuk berbagai kegiatan, mulai dari berbincang-bincang dengan teman, membagikan postingan menarik, mengikuti gosip terbaru, hingga mendengarkan apa yang dikatakan orang lain. Salah satu daya tarik utama media sosial adalah ragam konten yang ditawarkannya. 

Mulai dari foto, video, berita, opini, hingga hiburan, semua dapat ditemukan di platform tersebut. Hal ini membuat kita tergoda untuk terus menghabiskan waktu dalam menelusuri konten yang menarik minat kita. Dalam prosesnya, kita mungkin mengalami kehilangan waktu yang berharga dan mengabaikan tugas atau kewajiban yang lebih penting.

Data Daily Spent With Media and Essential Digital Headlines Sumber: andi.link/hootsuite-we-are-social-indonesian-digital-report-2023
Data Daily Spent With Media and Essential Digital Headlines Sumber: andi.link/hootsuite-we-are-social-indonesian-digital-report-2023
Media sosial telah menjadi bagian penting dari kehidupan sehari-hari banyak orang, dan angka pengguna media sosial yang terus meningkat menyoroti betapa signifikannya pengaruhnya dalam masyarakat saat ini. Namun, di balik kepopuleran dan keberhasilannya, perlu diperhatikan bahwa media sosial juga memiliki dampak negatif yang perlu kita perhatikan.

Data dari We Are Social menunjukkan bahwa pengguna internet di Indonesia pada tahun 2023 mencapai angka yang mengesankan, yaitu sekitar 212,9 juta orang atau sekitar 77% dari total populasi. 

Lebih dari separuh populasi ini, sekitar 167 juta orang atau sekitar 60,4%, aktif menggunakan media sosial. Ini menunjukkan betapa luasnya penggunaan media sosial di masyarakat kita. Tak hanya itu, penggunaan rata-rata internet per harinya juga mencapai angka yang signifikan, yaitu sekitar 7 jam 42 menit. 

Jumlah waktu yang cukup lama ini menunjukkan betapa banyaknya waktu yang dihabiskan oleh orang-orang dalam mengakses konten di internet, termasuk media sosial. Dengan begitu banyak waktu yang dihabiskan dalam penggunaan media sosial, penting bagi kita untuk menyadari dan mengendalikan cara kita menggunakan platform ini.

Di satu sisi, media sosial memungkinkan individu untuk terhubung secara virtual, membentuk ikatan sosial, dan memperlihatkan diri mereka kepada orang lain. Namun, di sisi lain, terdapat kecenderungan untuk menggunakan media sosial secara berlebihan, yang dapat menimbulkan berbagai masalah. Salah satu faktor yang memicu penggunaan media sosial secara berlebihan adalah FOMO (Fear of Missing Out), yaitu ketakutan untuk melewatkan informasi atau peristiwa yang sedang terjadi (Eijnden, dkk., 2016). 

Orang yang mengalami FOMO cenderung merasa cemas dan terus berpikir tentang hal-hal yang mereka lewatkan. Mereka merasa penting untuk selalu mengikuti kehidupan orang lain dan memperoleh informasi terbaru melalui media sosial. Namun, ketergantungan pada media sosial juga dapat menyebabkan kegelisahan dan ketidaknyamanan pada individu (Eijnden, dkk., 2016).

Prokrastinasi adalah kecenderungan untuk menunda-nunda tugas secara berulang hingga menjadi kebiasaan atau pola perilaku yang tetap. Ketika seseorang dihadapkan pada suatu tugas, mereka cenderung menunda penyelesaiannya dengan keyakinan yang tidak rasional terhadap tugas tersebut (Nurahmawati & Muarifah, 2022).Salah satu bentuk prokrastinasi yang sering terjadi adalah penundaan waktu tidur, yang juga dikenal sebagai bedtime procrastination. Hal ini terjadi ketika individu secara tidak perlu menunda waktu tidur mereka, yang pada akhirnya berdampak pada keesokan harinya dengan timbulnya rasa mengantuk dan kelelahan (Kroese et al., 2014). 

Bedtime procrastination dapat menyebabkan berbagai masalah, termasuk kelelahan, kurang semangat, dan mudah mengantuk akibat kurangnya waktu tidur yang cukup. Seiring dengan kemajuan teknologi, penggunaan internet telah menjadi bagian tak terpisahkan dari gaya hidup modern. Banyak orang memanfaatkan layanan internet setiap hari, seperti bermain game online, menonton film streaming, dan aktif di media sosial.Namun, penggunaan media sosial secara berlebihan dapat berkontribusi pada bedtime procrastination. 

Penelitian yang dilakukan oleh Khairunnisa (2023) menunjukkan adanya hubungan antara kecanduan media sosial dan bedtime procrastination saat ini. Ketika seseorang kecanduan media sosial, mereka akan mengalami kesulitan untuk menghentikan penggunaan media sosial atau mengendalikan waktu penggunaannya terutama saat waktu tidur mendekat. Hal ini dapat mengakibatkan peningkatan tingkat penundaan tidur dan berdampak pada durasi tidur yang lebih singkat, yang pada gilirannya dapat mengganggu kualitas tidur seseorang.

Media sosial bisa menjadi sumber kesenangan dan kenyamanan bagi mereka yang kecanduan. Namun, penggunaan media sosial yang berlebihan dapat menyebabkan gangguan kesehatan, seperti sakit kepala, kram tangan, dan sulit tidur (Muhamad, 2022). Untuk mengatasi dampak buruk ini, diperlukan tindakan nyata, salah satunya adalah melakukan detoks sosial media.

Detoks sosial media tidak berarti berhenti total menggunakan media sosial. Detoks dilakukan ketika seseorang merasa stres dan resah dengan kehidupan sosial orang lain. Tujuan detoks adalah mengurangi penggunaan media sosial untuk sementara waktu agar dapat fokus pada kehidupan nyata dan mengurangi stres. Detoks sosial media dapat dimulai dengan mengurangi waktu penggunaan media sosial, misalnya dari lebih dari tiga jam menjadi satu jam per hari.Detoks sosial media memiliki manfaat seperti peningkatan kewaspadaan, penurunan kecemasan, dan penghargaan yang lebih baik terhadap lingkungan sekitar (Oxford Dictionary). Berikut adalah beberapa metode yang dapat dilakukan untuk melakukan detoks media digital:
1. Buat daftar gadget yang digunakan.
2. Tetapkan batas waktu penggunaan media digital.
3. Tetapkan target yang sesuai dengan kemampuan.
4. Berkomitmen untuk mengubah satu kebiasaan pada satu waktu.
5. Hindari menyimpan smartphone di ruang tidur.
6. Berikan perhatian kepada orang lain dan interaksi sosial di dunia nyata.
7. Cari teman untuk melakukan detoks bersama.
8. Tinggalkan gadget di rumah saat bepergian.
9. Beri tahu orang lain tentang niat melakukan detoks.
10.Nonaktifkan pemberitahuan push pada ponsel.
11. Gunakan jam sebagai alarm dan hindari penggunaan ponsel.
12. Matikan ponsel ke mode pesawat.
13. Matikan ponsel selama satu hari.
14. Bisa mencoba untuk tidak menggunakan ponsel selama 24 jam dalam seminggu.
15. Bersiap menghadapi godaan selama proses detoks.
16. Identifikasi media sosial yang digunakan dan pertimbangkan untuk mengurangi atau menghapus beberapa dari mereka.
17. Tetapkan tekad untuk melakukan detoks dengan mengulanginya secara berkala.

Dengan melibatkan diri dalam detoks sosial media, kita dapat mengurangi ketergantungan digital, menemukan keseimbangan antara kehidupan online dan kehidupan nyata, serta meningkatkan kualitas interaksi sosial dan koneksi dengan lingkungan sekitar.

DAFTAR PUSTAKA

https://andi.link/hootsuite-we-are-social-indonesian-digital-report-2023/

Aisafitri, Lira, and Kiayati Yusriyah. 2021. "KECANDUAN MEDIA SOSIAL (FoMO)
PADA GENERASI MILENIAL." Jurnal Audience 4(01): 86--106.


Astuti, Sri Wahyuning, and Dyah Sri Subandiah. 2020. "Detox Media Digital (Sikap Milenial Terhadap Detox Media Digital)." Promedia (Public Relation Dan Media Komunikasi) 6(2): 335--64.


Febrian Akbar, Muhammad, and Sarah Afifah. 2023. "Social Media Addiction and Bedtime Procrastination in Students." Psikostudia : Jurnal Psikologi 12(3): 309. Solihin,(2015).SOSMED ADDICT Kecanduan Yang Tak Perlu.Jakarta:Gema Insani


Yusuf, Ahmad, Haslinda Haslinda, and Hasbahuddin Hasbahuddin. 2019. "Implementasi Teknik Self Control Terhadap Kecanduan Media Sosial Siswa." JURKAM: Jurnal Konseling Andi Matappa 3(1): 28--32. https://journal.stkip-andi- matappa.ac.id/index.php/jurkam/article/view/335.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun