Mohon tunggu...
Laksita Anaura
Laksita Anaura Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Ilmu Komunikasi - Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

"Jangan membaca sampai koma, tetapi bacalah sampai titik."

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Artikel Utama

Kisah Mbah Prapto Bertahan Jadi Kusir Andong Selama 60 Tahun

9 Desember 2021   00:46 Diperbarui: 26 Mei 2024   05:20 2192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mbah Prapto Suhardjo duduk diatas andong miliknya di Jalan Malioboro, Kota Yogyakarta, Rabu (24/11/2021). (Foto: Laksita Anaura)

Kondisi tersebut mengakibatkan menurunnya penghasilan kusir andong sebesar 70%.

Sebelum terjadi pandemi, pendapatan kusir andong rata-rata Rp 150 ribu per hari. Kini, untuk memperoleh nominal uang yang sama, tidak semudah membalik telapak tangan.

“Selama pandemi ya tidak bisa keluar rumah, karena pengunjung juga enggak ada jadinya sepi tidak ada pemasukan, mau tidak mau untuk memenuhi kebutuhan ya saya memakai sisa tabungan yang ada. Belum lagi perawatan untuk kuda,” ujar Mbah Prapto ketika ditemui di kawasan Malioboro pada Rabu (24/11/2021).

“Dalam sehari satu ekor kuda bisa menghabiskan biaya Rp 75ribu, terutama untuk membeli kebutuhan pakan, seperti bekatul dan daun kacang," katanya.

"Jika kuda sakit dan butuh obat, biaya perawatan otomatis bisa membengkak. Karena saat ini sedang sepi penumpang, maka terpaksa mencari rumput dengan dibantu anak saya di sawah untuk pakan alternatif,” sambung Mbah Prapto kemudian.

Warga kecamatan Pleret, Kabupaten Bantul ini akhirnya memutuskan untuk menarik andong kembali satu bulan setelah Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level 3 turun menjadi level 2 dilaksanakan. 

Beliau mulai menarik andong pukul 9 pagi hingga pukul 4 sore, berangkat dari rumahnya yang berada di Pleret tersebut.

Mbah Prapto menceritakan jika dirinya tidak setiap hari menarik Andong, mengingat umurnya sudah tua dan kalau capek juga membutuhkan istirahat. 

Ketika menarik, beliau bisa mendapatkan empat hingga lima penumpang jika ramai, namun jika sepi bisa satu atau dua penumpang saja.

“Penghasilan yang saya dapatkan dari menarik andong ini, biasanya juga saya berikan kepada cucu untuk membelikan jajanan ataupun buku. Jika melihat cucu senang, Saya juga jadi ikutan senang”, ucap Mbah Prapto.

“Walaupun sekarang penghasilannya tidak sebanyak seperti dulu sebelum pandemi, saya masih bersyukur karena saya masih diberi kesehatan diumur saya yang sudah tidak muda ini”, imbuhnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun