Berada di kabupaten Gunung Kidul sayang jika tidak mengekspolasi tempat tempat yang unik dan menarik. Hemmm maklum di kabupaten ini sangat banyak lokasi dan tempat yang bisa dijadikan wisata. Namun walaupun sedang pandemi begini jangan juga maksain diri untuk mengunjunginya. Lihat kondisi intinya dan tetap patuhi prokes wakaupun sudah divaksin.
Di Gunung Kidul bejibun wisata alam berupa pantai dan pegunungan. Atau wisata budaya bahkan wisata sejarah seperti situs situs peninggalan jaman purba kuno ataupun sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Serasa paket komplit kan ya?
Si sulung saya Sya suka sekali tentang sejarah...apalagi sejarah tentang bangsa Indonesia. Baginya Indonesia adalah negara yang penuh dengan sejarah dan drama, baik drama kolosal, romantis maupun drama yang berdarah darah dan bercucur airmata. Begitulah pendapat si sulung Sya.
Maklum lisaan saya kadang memberitakan tentang perkembangan negri ini. Yang melalui kacamata pengetahuan saya.. negri +62 para pejabatnya lebih suka mempertontonkan drama daripada eksyen tindakan memajukan negri.
Contoh ada pejabat yang sedikit disenggol oleh nitizen baperan dan langsung lapor. Ujung ujungnya merasa dizolimi oleh penguasa terus mewek mewek ngadu ke nitizen.
Ada yang cuek aja walaupun dihina habis habisan malah ia sibuk kerja tapi malah nitizen yang ribut gak terima.
Benar benar negri penuh drama..... inilah yang bikin prihatin. Kapan lagi sihh negri kita menjadi negri maju? Bagaimana jika para pejuang negri ini masih hidup dan melihat hal ini. Sungguh sesuatu yang sangat sangat mengecewakan mereka.
Ahhhh ....sudahlah yook kita kembali ke topik awal yaitu sebuah tempat wisata sejarah. Di kabupaten gunung kidul tepatnya di dusun Banaran, desa Playen kecamatan Playen. Disinilah berdiri sebuah monumen Radio AURI PC2.
Jalanan menuju ke lokasi sangat mudah jalananya utamanya juga sangat bagus beraspal dan mulus. Hanya ketika masuk kedalam jalanan sudah seperti biasa berlubang dan lumayan jelek heheh. Mungkin kedepanya pemerintah daerah bisa membuat jalanan lebih bagus lagi.
Sebelum dibangun monumen pada tahun 1982 dengan tinggi 5 meter panjang 1.5 meter dan lebar 60 cm. Dan diresmikan pada 10 juli 1984 oleh Sri Sultan HB IX Dulunya lokasi monumen ini merupakan rumah seorang petani yang bernama Prawirosetomo.
Rumahnya jika malam hari dikondisikan sebagai stasiun radio oleh bapak Budiarjo sejak Januari 1949 untuk menyiarkan berita berita tentang perjuangan Indonesia ke daerah daerah dan kemancanegara.
Maklum ketika Indonesia sudah menyatakan kemerdekaanya pada tanggal 17 Agustus 1945 negri kita masih harus berjuang melawan Belanda yang coba menguasai Indonesia.
Ketika Belanda pada tanggal 19 Desember 1948 melakukan agresi militer yang ke 2 dan menangkap Pak Soekarno serta Hatta. Dunia beranggapan bahwa pemerintahan Indonesia sudah tidak ada.
Namun ketika terjadi serangan umum 1 Maret 1949 di yogjakarta. Yang notabene Jogjakarta adalah ibu kota negara. Radio AURI PC 2 menyiarkan berita serangan tersebut hingga berita tersebut sampai ke Birma India dan terdengar oleh perwakilan RI dimarkas besar PBB Washington Amerika Serikat.
Berita inilah yang pada akhirnya membuat PBB mendesak Belanda untuk mengakui kedaulatan kemerdekaan Republik Indonesia. Karena mata dunia terbuka... "oh ternyata pejuang Indonesia masih ada"
Ada sebuah kalimat yang tertulis didepan pintu rumah pak Prawirosetomo
Saat ini semua peralatan telah dipindah Di Jogjakarta guna mengenang sejarah bangsa Indonesia. Di tempat ini hanya ada beberapa dokumentasi berupa foto foto dalam pigura yang menceritakan bagai4mana Radio AURI PC2 ini bisa mengudara.
Yup karena dulunya Belanda masih berupaya membrangus para pejuang kita. Tak heran saat itu peralatan radio dirumah pak Prawirosetomo jika pagi hari disembunyikan disebuah lumbung yang ditutupi anyaman bambu agar tidak diketahui dan dicurigai Belanda ketika mereka patroli.
Sementara pemancar radionya diletakkan diatas pohon kelapa yang berada disamping rumah berbentuk limasan tersebut. Jika malam hari mereka baru mengudara mengunakan alat ala kadarnya.
Hal tersebut dikarenakan agar tidak ketahuan oleh Belanda. Hemmm perjuangan yang sungguh membuahkan hasil.
Inilah yang membuat saya prihatin andaikan pejuang kita tahu bahwa warga negri baik pejabat maupun rakyatnya tidak memanfaatkan kemerdekaan ini untuk kebaikan negri sungguh menyedihkan sekali.
Mungkin tak ada lagi kalimat"andai saja waktu itu tidak ada PHB AURI maka eksistensi kemerdekaan pemerintah Indonesia mungkin tidak pernah diketahui dunia Internasional" -Syafruddin
Andai saja diganti menjadi "Biar saja waktu itu tidak ada PHB AURI maka para pejuang kemerdekaan Indonesia mungkin tidak pernah kecewa karena melihat dunia Internasional mentertawakan mereka"
Heeeem begitulah .... untungnya dilokasi yang sama dengan monumen berdiri sebuah TK Pembina. Hal ini agar kelak dari usia dini para penerus bangsa tidak pernah lupa akan sejarah bangsanya. Bahwa berdirinya negri Republik Indonesia itu tidak mudah banyak drama berdarah darah dan airmata yang menjadi korban untuk tegak berdirinya bangsa ini.
Salam Sya. 27.08.2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H