Sebelum saya memulai tulisan ini tak ada salahnya jika saya mengucapkan selamat hari guru di Indonesia dan selamat juga atas terpilihnya mentri pendidikan kita yang baru Mas Nadiem.
Semoga dengan mas Nadiem terpilih sebagai mentri ada perubahan yang sangat berarti untuk kemajuan pendidikan di Indonesia. Aamiin
Dulu saat saya masih kecil saya suka menemani ibunda tercinta mengajar. Ibu saya bukan guru di sekolah tapi guru membaca bagi para orangtua yang buta huruf.
Ya saat jaman dimana para orangtua masih banyak yang buta huruf. Ibunda tercinta didapuk sebagai tenaga pengajar untuk ibu ibu buta huruf dikampung saya.
Setiap habis solat isya dimusholah ibu ibu yang buta huruf diajarkan membaca dan menulis oleh ibu saya. Jika ditanya dibayar tidak mengajarnya? Jawabanya enggak. Tapi ibu saya senang sekali kala itu.
Ibu saya suka ikut penataran P4 agar punya pedoman untuk mengajar untuk para orangtua tersebut. Nah disitulah baru ibu saya dapat bayaran nasi kotak yang biasanya dibawa pulang agar bisa dimakan saya wkwkwk
Kala menemani ibunda tercinta dalam hati saya keheranan, saya saja yang masih kecil sudah bisa membaca kok ibu ibu itu belum ya? Mereka baru belajar membaca Ini Budi, Ini Ibu Budi ..........
Dari kejadian waktu kecil itu terbersit dalam hati bahwa jika besar nanti saya ingin menjadi guru.
Terbukti setelah lulus kuliah dan sempat 1 tahun bekerja di laboratorium saya memutuskan untuk menjadi guru saja. Walaupun kuliah saya bukan keguruan saya diterima mengajar menjadi guru SMA untuk pelajaran Kimia.
Dari sekian banyak anak yang saya ajar awalnya hanya beberapa yang menyukai pelajaran Kimia. Wajar sih karena pelajaran Kimia sudah dianggap sulit oleh mereka padahal enggak juga.
Menjadi guru sebenarnya mengasikkan buat saya walaupun hanya sempat mencicipinya 2 tahun. Karena menikah dan harus mengikuti suami tinggal dinegaranya jadilah dengan iklas saya memutuskan untuk berhenti, walaupun berat meninggalkan anak-anak didik.