Mertua sebenarnya memiliki 3 orang anak. Anak pertama seorang perempuan dan sudah berkeluarga. Anak kedua paksu sendiri dan anak ketiga sudah meninggal tahun lalu karena menderita sakit.
Jika di Indonesia kebanyakan orangtua pasti dirawat oleh anak perempuanya, tapi tidak dengan Korea.
Selama kami tidak berada di Korea sebenarnya mertua tinggal bersama adik laki laki paksu yang belum menikah. Namun sejak ia meninggal, ibu mertua atau kami menyebutnya halmeoni tinggal seorang diri di apartemen miliknya.
Saat kami kembali ke Korea mertua tetap tidak mau tinggal bersama kami. Menurut penuturanya ia tidak mau menjadi orangtua yang serakah.
Dengan tinggal bersama putranya jelas ia pasti akan menyusahkan hidup keluarga putranya. Dan itu tidak baik.... Haduhhh pemikiran yang keliru sekali halmeoni.
Duhh dengarnya sedih banget.... dari kecil anak dirawat disekolahkan banting tulang memenuhi kebutuhan hidup anaknya. Ketika anak sudah besar orangtua malah dilupakan. Bakti anak pada orangtua rasanya barang langka di Korea.
Saya dan paksu sebenarnya tidak tega membiarkan ibu tinggal sendiri, kami ingin beliau tinggal bersama kami. Sekalipun kami memaksanya, beliau bersi keras tidak mau. Akhirnya kami yang mengalah tinggal bersama beliau. Tapi beliau menolaknya....disisa usianya ia lebih senang hidup sendiri.
Beliau hanya ingin kami sekali waktu menengoknya, jika sakit boleh lah merawatnya. Namun selagi sehat biarkan ia tinggal sendiri. Katanya ia ingin seperti teman temanya yang juga tinggal sendiri seperti dirinya.
Ya disekitar lingkungan beliau tinggal ada banyak lansia seperti dirinya. Karena lansia tinggal sendiri sudah menjadi fenomena di Korea.
Beliau hanya kesulitan untuk beres beres apartemenya yang lumayan luas. Ibu mertuapun mempekerjakan pengurus rumah yang datang setiap tiga hari sekali untuk membersihkan rumah.
Suatu hari ketika kami sedang mengunjunginya dan halmeoni sedang bersama putra dan cucunya ditaman. Saya diapartemen bertemu dengan pengurus rumah ibu mertua yang berusia setengah abad.