Siapa sih yang gak kenal dengan negara Kamboja? Mungkin banyak dari orang Indonesia yang melakukan wisata keluar negri ke negara ini, selain ingin melihat langsung keajaiban dunia berupa candi yang bernama Angkor Wat ada juga yang penasaran seperti apa sih negara khmer merah itu?
Mungkin jika bukan karena suami sedang mencari sesuap nasi di negri ini sayapun tidak mempunyai kesempatan datang, maklum saja saya kan cari tiket gratisan ^_^ Siapa yang mau kasih tiket gratisan kalau bukan karena jatah bertemu suami tercinta ^_^
Ini kali kesekian saya menginjakkan kaki di Kamboja tepatnya di Ibu kota Phnom Penh, yupp negara yang sebenarnya baru membangun karena dimana-mana terlihat pembangunan disegala bidang. Mulai pembangunan jalanan sampai gedung-gedungnya, Jalanan di sini lumayan lebar hanya saja dipinggirnya masih tanah belum beraspal ataupun jarang yang ada trotoarnya. Jadilah kalau berjalan-jalan diluar disarankan memakai masker karena jalanan berdebu
Melangkah keluar dari bandara saya perhatikan suasana kehidupan masyarakat Kamboja yang sungguh bersahaja, penuh kesederhanaan dan tak jarangpun saya boleh merasa iba. Banyak anak-anak kecil yang menjajakkan daganganya, entah itu jualan minuman ataupun makanan dan banyak juga yang berjualan cedramata. Melihat becak yang unik karena hanya muat satu orang kalau mau dipaksain 2 orang yang satu anak-anak. Orang Kamboja terlihat banyak yang langsing daripada yang gembrot. Entah kenapa atau karena orang di Kamboja lebih banyak mengkonsumsi banyak buah dan sayur jadilah mereka terlihat banyak yang langsing dimata saya.
Kamboja tepatnya di ibu kota Phnom Penh tidak lebih bersih dari Indonesia dan tidak juga lebih kotor dari Indonesia budaya membuang sampah pada tempatnay belum membudaya seperti halnya orang Indonesia. Mencari tempat sampah jelas sama sulitnya melihat orang yang mengamankan sampah bekas ia pakai. Sepedah ontel masih banyak kita lihat namun orang yang memakai motor juga sama banyaknya. Sulit menemukan taksi tidak seperti di Vietnam, Kamboja alat transportasi yang banyak di minati adalah tuk tuk. Tentang tuk tuk banyak di ulas di mbah google ^_^. Saran saja hati-hati jika naik tuk tuk sebaiknya bertanya dulu harganya baru naik karena jika naik dulu baru bertanya harganya jangan salahkan jika ketemu tukang tuk tuk yang usil karena bisa saja nanti tercengak biaya yang harus dibayarkan.
Begitu banyak makanan yang dijual di pasar malam sulit sekali menemukan makanan halal satu-satunya yang bisa kami nikmati adalah makanan dari negri india arab yang memang ada satu kedai di pasar malam tersebut. Makannya boleh lesehan diluar dengan beratapkan langit dan bintang, boleh juga duduk di kursi yang telah disediakan. Setelah pesan beberapa menu yang terlihat cocok dimata, kamipun menikmati makanan tersebut. Sayangnya saya tetap lebih merindukan tempe goreng dan sambal terasi daripada harus makan ala india arab ini.
Saya yang melihat pemandangan tersebut sangat kaget, “Ya ampun anak-anak itu pap mereka menyerbu makanan sisa para pembeli!”ucap saya memberitahukan suami. “kasihan banget”
“Ya udah kalau kasihan mama beli beberapa makanan terus kasih ke mereka.”
Sayapun beranjak membeli beberapa makanan dan menghampiri mereka “mereka senang sekali menerimanya, salah seorang dari mereka mengucapkan sebuah kata mungkin ucapan terimakasih dan yang lainnyapun mengikuti.
Sayapun kembali duduk bersama suami namun pikiran saya masih tentang anak-anak tersebut. Mereka tidak meminta makanan pada pengunjung tapi mereka menunggu para pengunjung yang selesai makan. Ya ampun sungguh di tanah Allah yang begitu kaya ini masih ada anak-anak yang terlantar mengharapkan makanan yang enak ….
Saya jadi ingat jaman kecil saya dulu, dimana keluarga saya pun tergolong susah walaupun untuk makan sehari-hari masih bisa terpenuhi namun urusan jajan jelas sangat jarang saya dapatkan. Kebetulan tetangga punya warung saya suka membantunya menjaga warungnya ataupun ikut bantu bungkusin gula atau pun kopi. Ujung-ujungnya pekerjaan saya membantu tetangga tersebut saya diberi jajanan. Nah kalau pingin makan jajanan saya jadi sering membantu tetangga tersebut.
Melihat anak-anak di Kamboja yang menunggui makanan sisa tersebut membuat saya berfikir apakah dinegri ku ada yang seperti itu?
Salam Sya, 2016.09.15
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H