Napasku berat
Menarik pelan luka
untuk dikeluarkan ke udara
kupejamkan mata sejenak
tapi panas menguasai tempurung kepala
aku tak tahu
ini akhir ataukah awal
dari panas
dari dingin
yang berkeringat
kukabarkan pada malam,
bahwa aku mungkin akan terlambat berjumpa pagi
kukabarkan pada corong adzan
bahwa maghrib ini aku tak datang mengaji
suara tercekat
seperti ada bara yang tertelan
amboi...ini luka dunia
belum akhirat
malah, aku tak boleh menyapa lelah
ini sudah waktunya
kunikmati aroma yang akan menggugurkan dosa-dosa
tinggalkan dzikir
di kepalaku saja
napasku kini berat
juga suara yang tertahan
memanggil robbi dengan dalam
Allah...ada apa gerangan?
Beri aku napas
untuk kembali menyapa doa-doa
atau beri aku luang
untuk sekedar terjaga.
untuk tak menyerah
dari panas tempung kepala
karena..aku masih ingin melihat langitNya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H