Mohon tunggu...
Lajma Khanie
Lajma Khanie Mohon Tunggu... Lainnya - Happy Writing

Freedom jurnalism

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

1/2 Ramadhan: Cek Lagi Ibadahmu

31 Mei 2018   03:23 Diperbarui: 31 Mei 2018   03:52 601
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Angin laut menuju darat

Meniup jilbab bersegi empat

Setengah Ramadhan telah lewat

Adakah kita tergolong yang taat?

Ramadhan di Ibu Kota

Jakarta, setengah Ramadhan telah terlewat di Ibukota. Ada banyak cara menyemarakkan Ramadhan tahun ini. Di mulai dengan euforia Tarhib Ramadhan yang digelar oleh beberapa Masjid di Ibukota, misalnya Masjid Agung Sunda Kelapa, Menteng, Jakarta Pusat, dan masjid-masjid lainnya. Tentu saja, euforia ini disambut baik oleh warga karena memang, acara Tahrib dikemas semenarik mungkin untuk membawa kesan suka cita kita menyambut bulan penuh Rahmat, bulan penuh keberkahan, bulan yang amat mulia, yang lebih istimewa dari seribu bulan, Yaitu Bulan Ramadhan.

Jakarta, menjadi salah satu kota yang pastinya diliput banyak media untuk memberitakan banyak hal seputar Ramadhan. Mulai dari aktivitas jelang ramadhan, kuliner, fashion, termasuk aktivitas para artis dan juga pejabat yang mengisi Ramadhan. Tapi, terlepas dari sorotan lampu kamera dan semua liputan media yang sudah masuk meja redaksi, sebenarnya yang tahu Ramadhan di Jakarta adalah penduduk Jakarta itu sendiri. Ya, masyarakat Jakartalah yang lebih tahu banyak bagaimana euforia Ramadhan Tahun ini.

Jika Ramadhan Tahun dulu, ada pawai obor sepanjang jalan yang membuat suasana 'desa' pindah ke 'kota', maka tahun ini, tidak saya temukan tu lagi. Sedikit heran tapi..sudahlah, yang paling penting adalah suasanan hati kita. Em..bagi anak perantau, moment satu Ramadhan menjadi moment penting, why? Karena di saat yang lain berkumpul bersama keluarga dan sanak keluarga, si perantau ibukota harus 'pintar-pintar' cari suasana kekeluargaan menyambut Ramadhan pertama, slaah satunya dengan berbuka puasa bersama di masjid/komunitas.

Namun, beranjak ke hari-hari berikutnya, Ramadhan di ibukota terasa masih belum menemukan ghirohnya, kecuali di tempat-tempat tertentu yang memang membuat semangat ramadhan dan ibadah semakin meningkat. Maka, jangan heran jika di busway (baca: transjakarta), suasananya masih seperti biasa pada hari kerja. Hampir tidak ada perubahan, hampir tidak ada kekhawatiran jika mendengar adzan namun kita masih berada di tengah kemacetan Jakarta, hampir tidak merasa rugi jika tidak mengisi waktu di dalam bus dengan membaca (qur'an), dan hampir-hampir, Ramadhan dianggap biasa. Namun begitu, kita harus husnuzon. Harus berpikiran positif bahwa para pekerja insyaa Allah tetap menempatkan Ramadhan sebagai bulan mulia. Bisa jadi, diamnya kita adalah berdzikir kepada Allah, bisa jadi macetnya kita di jalanan merupakan ikhtiar kita untuk buru-buru agar bisa berbuka bersama keluarga, dan bisa jadi semua 'kecuekan' di bulan Ramadhan ini hanya kasat matanya saja, bukan berarti kita mengabaikan bulan yang teramat mulia ini. Semua itu bisa kita alihkan ke pemikiran yang lebih positif, sembari berdoa di sisa 15 hari ramadhan kita masih bisa memanfaatkan semua potensi diri kita untuk memaksimalkan Ramadhan yang hanya  datang setahun sekali.

Ramadhan Goal?

Memasuki awal Ramadhan, sebagian dari kita mungkin mempunyai goal-goal atau tujuan yang mau dicapai. Yang paling populer adalah goal meng-khatamkan Al-qur'an. Ya, itu hampir menjadi harapan sebagian muslim di Indonesia jika ditanya perihal goal di bulan Ramadhan. Maka, setelah mencatat goal-goal tersebut, ada baiknya kita mencek ulang, apakah goal-goal itu telah terlaksana? Apa saja goal-goal itu, berikut sebagai kindly reminder untuk kamu yang masih semangat buat memaksimalkan diri menjalani bulan Ramadhan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun