Untuk Edelweis.
Aku tak pernah menyuruhmu datang...
Tapi angin menerbangkan putikmu dan membuatmu
menetap padaku.
Untuk membuatku tampak ramai, tak sendiri dalam kekakuan.
Tapi ketahuilah, tasbih yang kubunyikan dalam keheningan
Adalah bentuk rindu dalam kepekatan malam.
Aku ingin mentasbihkan namanya sahaja, memeluk semesta,
dan menjadi salah satu ayat-ayat kauniyah...
tampak kokoh dari 2981 meter..dari muka lautan.
Tapi Pemilik semesta menyuruhmu untuk menetap,
Entah singgah lalu pergi saat angin musim kemarau datang.
Pun begitu, yang kutahu, kita sama-sama menginginkan ketaatan.
Menjadi bagian dari tasbih semesta alam.
Mengagungkan namaNya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H