Mohon tunggu...
NUR LAILI FITRIANI
NUR LAILI FITRIANI Mohon Tunggu... Guru - Guru Kelas

Mencintai murid sepenuh jiwa,, menjadikan profesi guru sebagai panggilan hati...

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pengambilan Keputusan memerlukan Kompetensi Sosial Emosional yang Matang

15 Februari 2023   22:14 Diperbarui: 15 Februari 2023   22:21 595
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah yang terbaik"
(Teaching kids to count is fine but teaching them what counts is best).
Bob Talbert

Dari kutipan di atas dapat diartikan bahwa dalam pendidikan, seorang pemimpin pembelajaran perlu memahami jika materi pelajaran atau pengetahuan bukanlah satu-satunya hal penting yang harus dicapai oleh anak. Sekolah menjadi lembaga dalam proses pembentukan karakter anak baik dari segi kognitif, afektif maupun psikomotorik. Anak perlu diajarkan dan dilatih dalam mengasah sisi emosional mereka sebagai bekal dalam menghadapi kehidupan bermasyarakat. Mereka kelak akan dihadapkan pada pilihan dalam hidup, maka seorang pemimpin pembelajaran perlu mengajarkan hal-hal yang berharga atau menjadi prioritas dari diri dan lingkungannya.

Sesuai dengan Semboyan Ki Hajar Dewantara " Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani", hal-hal atau prinsip yang kita terapkan selama berinteraksi dengan anak-anak di sekolah baik melalui proses belajar mengajar, bergaul di dunia nyata maupun dunia maya. Cara kita mengambil keputusan dalam setiap interaksi dengan anak, sangat berdampak dan mempengaruhi mereka dalam bertindak dan merespon sesuatu. Misal saat kita memberikan teladan penerapan budaya positif untuk berangkat tepat waktu, membuang sampah pada tempatnya, selalu mendukung dan mengarahkan dengan santun dan sepenuh hati kepada anak saat melakukan kesalahan melalui proses restitusi tanpa berteriak-teriak, membentak atau menghakimi akan dijadikan teladan bagi anak-anak dalam bersikap dan mengambil keputusan baik di masa sekarang maupun di masa yang akan datang dalam menghadapi sebuah masalah.

Menjadi seorang pemimpin pembelajaran, tentunya pengambilan keputusan tidak bisa serta merta dilakukan begitu saja tanpa pertimbangan. Kita perlu memahami 4 Paradigma Dilema Etika yaitu ; Individu Vs Kelompok, Keadilan Vs Kasihan, Kejujuran Vs Kesetiaan, Jangka pendek Vs Jangka Panjang. Hal tersebut perlu dikenali dan dikaji lebih dalam agar kita bisa menentukan 3 prinsip pengambilan keputusan yang akan diambil apakah berbasis pada hasil akhir, berbasis peraturan atau berbasis peduli. Sesuai dengan dasar pengambilan keputusan, seorang pemimpin hendaknya berpihak pada murid dan mempertimbangkan nilai-nilai kebajikan yang diyakini sehingga keputusan yang diambil dapat dipertanggungjawabkan. Proses diskusi dan kolaborasi dengan pihak-pihak terkait juga penting untuk dilakukan agar keputusan yang diambil dapat sesuai dengan dasar pengambilan keputusan. Misalnya saat kita akan melakukan supervisi akademik, keputusan dalam memilih metode, model, media dan proses pembelajaran yang akan dilakukan hendaknya melalui proses Coaching. Dalam proses coaching yang menggunakan prinsip kemitraan, seorang pemimpin pembelajaran mampu mengeluarkan potensi dan mengambil keputusan dalam mendesain pembelajaran yang berpihak pada murid dengan lebih maksimal. Begitupun dalam menghadapi permasalahan di luar pembelajaran yang berkaitan dengan semua elemen dalam sekolah baik itu permasalahan tentang murid, orang tua, teman sejawat, ataupun masyarakat, proses coaching sangat berkaitan dengan 9 tahap pengambilan keputusan.

Kaitan tersebut terletak pada tahapan Coaching yang kita kenal dengan alur TIRTA yaitu Tujuan, Identifikasi, Rencana Aksi dan Tanggung Jawab. Untuk lebih jelasnya dapat dicermati pada tabel berikut :

Alur TIRTA

9 Tahap Pengambilan Keputusan

Keterkaitan

Tujuan

1. Mengenali nilai-nilai yang bertentangan dalam situasi

Kemampuan dalam menemukan tujuan dapat membantu kita dalam mengenali nilai-nilai yang bertentangan dalam dilema etika

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun