Menteri Keuangan Sri Mulyani, Bank Dunia, IMF, OECD mengatakan kalau tahun depan, dunia akan kena resesi global!
Lalu apa kabar investasi saham, reksa dana, dan emas? Apakah masih aman?
Baik, dilansir dari CNN Indonesia kemungkinan terjadi resesi global pada tahun 2023 adalah sebesar 98%. Dan dari sumber yang sama, Menteri Keuangan Sri Mulyani juga mengatakan “Bank dunia menyampaikan kalau bank sentral di seluruh dunia melakukan peningkatan suku bunga secara cukup ekstrem dan secara bersama-sama, maka dunia akan mengalami resesi pada 2023.” dalam konferensi pers, Senin (26/09).
Berdasarkan catatan, suku bunga acuan bank sentral Inggris sudah mengalami kenaikan 200 basis poin selama tahun 2022. Dan bunga acuan AS pun sudah menyentuh angka 3,25%, dan naik 300 bps. Begitu juga dengan Bank Dunia, yang memprediksi kemajuan ekonomi melalui laporan ‘Poverty and Shared Prosperity’
Lalu Presiden Bank Dunia, David Malpass mengatakan bahwa dalam laporan tersebut menunjukkan penurunan sebesar 4% dalam pendapatan median global. Penurunan pertama sejak Bank Dunia mulai mengukur indikator itu pada tahun 1990. Menurut David Malpass, untuk mengatasi the perfect storm pada ekonomi saat ini, Bank Dunia memerlukan pendekatan makro dan mikro yang baru, termasuk penganggaran keuangan bulanan.
Dan menurut Investopedia, resesi adalah kondisi penurunan PDB (Produk Domestik Bruto) atau pertumbuhan ekonomi riil yang bernilai negatif dalam dua kuartal berturut-turut. Jika suatu negara mengalami resesi, maka akan berdampak pada perdagangan yang melambat, bisnis yang lesu, dan pengangguran yang meningkat. Kemudian akhirnya masyarakat kekurangan daya beli.
Lalu bagaimana dengan Indonesia?
Secara data pertumbuhan GDP, Indonesia masih bisa kita katakan stabil dan mengalami sedikit kenaikan. Bahkan, Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan cukup percaya diri dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Pertumbuhan tersebut diharapkan berada di antara 5,4%, bahkan sampai 6%.
Lalu apa dampak resesi pada instrument investasi?
Emas memiliki korelasi yang rendah bahkan negatif dengan kinerja pasar modal yang ada di Amerika. Hal ini berarti emas masih bisa dimanfaatkan sebagai alternatif diversifikasi portofolio investasi di kala resesi benar terjadi.
Kemudian, apakah emas akan mengalami kenaikan selama resesi nanti?
Pada resesi dua tahun yang lalu (2020) yang terjadi dalam kurun waktu 2 bulan, yang dimana pada saat itu perubahan harga emas sebesar 5,60%, dengan perubahan indeks S&P hanya -1,40% saja.
Pada tanggal 10 Agustus 2020, harga emas sempat mencapai Rp965 ribu per gramnya. Dan kemudian, emas terus mengalami penurunan sampai harga terendah di angka Rp815 ribu-an per gram.Lalu, ketika perang Rusia dan Ukraina terjadi pada 24 Februari 2022 lalu, harga emas mulai mengalami kenaikan.
Nilai kenaikannya mencapai Rp860 ribu per gram, dengan harga tertinggi mencapai Rp 931.500 per gram pada 8 Maret 2022 silam. Sementara itu, sekarang, harga emas berada pada kisaran Rp822 ribuan.
2. Dampak Resesi pada Saham
Kebanyakan dari kita menganggap bahwa resesi global akan otomatis berpengaruh pada seluruh emiten di pasar saham. Kita terkadang berasumsi bahwa pasar saham akan benar-benar jelek dan tidak bernilai. Padahal pada kenyataannya, yang terjadi tidaklah seperti itu.
Salah satu teori Dow mengatakan, “The Market Discounts Everything”. Pergerakan harga saham naik turun di bursa, menggambarkan kondisi ekonomi suatu atau banyak negara. Dan biasanya, harga saham akan lebih dulu bergerak daripada kondisi ekonomi suatu negara.
Lalu, bagaimana dengan kondisi saham di Indonesia?
Menurut saya, Indonesia bisa dibilang full recovery, tapi tetap hati-hati ada awan gelap di market, karena market global sudah berada di fase early recession. Dan bisa disimpulkan bahwa resesi tidak sepenuhnya membawa dampak buruk pada pasar saham.
3. Dampak Resesi pada Surat Utang
Selanjutnya dampak resesi global pada surat utang.
Sebelum itu, mari kita pahami terlebih dahulu satu keadaan, yang di mana saat negara mengalami kenaikan harga atau inflasi, maka Bank Sentral akan menaikkan suku bunga. Seperti halnya yang terjadi di Amerika, Bank sentral Amerika atau The Fed sudah menaikkan suku bunga beberapa kali, dari 0,25 hingga sekarang menjadi 3,25.
Lalu, bagaimana dengan keadaan di Indonesia?
Mari kita lihat rangkuman dari Bank Indonesia, BI7DRRR BI Seven Days Reverse Repo Rate.
Bank Indonesia juga sudah menaikkan suku bunga acuan kita. Sampai akhir tahun nanti, Luhut Binsar Panjaitan, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi RI memprediksikan suku bunga acuan akan mencapai 4,75%.
Lalu apa yang akan terjadi jika suku bunga meningkat?
Didalam dunia investasi, hal ini akan mengakibatkan harga obligasi mengalami penurunan. Maka, seharusnya tidak perlu terlalu terkejut apabila investasi Surat Utang mengalami penurunan.
4. Dampak Resesi pada Reksa Dana
Kita bahas soal dampak resesi pada reksa dana.
Disini Reksa dana akan terkena dampak resesi, Mengapa seperti itu?
Hal ini terjadi karena di dalam Reksa dana terdapat aset yang berisi saham dan surat utang. Akantetapi, ini tidak akan terasa begitu signifikan untuk Reksa Dana Pasar Uang. Kemungkinan masih ada penambahan keuntungan dari kenaikan bunga deposito.
Lalu, instrument investasi apakah yang cocok pada saat resesi?
Beberapa instrument investasi yang bisa diakatakan berada dalam zona aman:
- Reksa dana pasar uang (100% penempatan di deposito dan obligasi jangka pendek)
- Reksa dana pendapatan tetap dengan dominan yang fokus pada obligasi swasta
- Obligasi Negara Ritel dengan tenor yang pendek, seperti ORI22 yang memberikan return sebesar 5,95% pertahun
- Deposito
Perlu dipahami sebenarnya pada saat memilih instrumen investasi sebaiknya pilihlah instrumen investasi berdasarkan tujuan keuangan masing- masing.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H