Mohon tunggu...
Laily Punya
Laily Punya Mohon Tunggu... -

Kesetaraan itu Indah

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mengaplikasikan Potensi Akal dalam Produktivitas Menulis

1 Mei 2013   15:16 Diperbarui: 24 Juni 2015   14:18 573
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kreativitas Output dapat diimplementasikan dengan berbagai macam cara. Termasuk di antaranya adalah menulis. Dr. Said Ramadhan Al Buthy (Argumentator sunni) berkata :

“Saya bertanya pada diri saya sendiri. Apa yang membuat saya tetap menulis dan menulis???... Jika untuk kemasyhuran, saya telah mendapatkan lebih dari pada yang saya harapkan. Kalau untuk kesejahteraan dan kekayaan, Allah telah menganugerahi saya lebih dari yang saya butuhkan. Dan kalau ingin dihormati orang, saya sudah memperoleh dari yang layak saya terima. Pada akhirnya, saya menyadari bahwa keinginan yang telah saya sebut tadi akan sia-sia dan hambar. Kecuali seuntai doa yang dihadiahkan kepada saya dari seorang muslim yang tidak saya kenal, karena tulisan saya…”

Jika kita tahu apa ganjaran dengan esensi sebenarnya yang akan kita peroleh nanti dengan menulis, mindset kita tidak akan kemana-mana lagi selain hanya karena satu tujuan utamanya itu. Anjuran untuk menulis bahkan terkandung dalam surat Al-Alaq yang pertama turun, yaitu perintah untuk membaca dan menulis. Dulu, para sahabat yang hidup di masa Rasulullah SAW juga menulis. Meskipun terbilang kuat hafalannya, dengan alat seadanya seperti pelapah kurma, mereka menuliskan wahyu dan terpencar-pencar di tangan mereka masing-masing. Kemudian pada masa khalifah Usman bin Affan, tulisan ini dikumpulkan dan disempurnakan sehingga terbentuklah mushaf usmani yang dikepalai oleh Zaid bin Tsabit. Dan pada masa kholifah Umar bin Abdul Aziz (Dinasti Umayyah), karya tulis juga berjalan dan berkembang. Terbukti dengan rekomendasi beliau kepada Imam Az Zuhri untuk menulis dan membukukan hadits nabawi karena kekhawatiran beliau akan hilangnya hadits nabi bersamaan dengan wafatnya para periwayat hadits.

Bercermin pada masa golden history of Islamic di zaman kejayaan Dinasti Umayyah dan Abbasiyah, kita dapat menggugah diri dan bangkit dalam menumbuhkan semangat untuk menulis. Karena zaman keemasan tersebut sebagian besar juga dipengaruhi oleh besarnya perhatian mereka terhadap perkembangan pemikiran dan ilmu pengetahuan serta kecintaan terhadap budaya membaca dan menulis. Sehingga, lahirlah para pemikir-pemikir besar yang berpengaruh terhadap terangnya cahaya zaman malalui penuangan ilmu dalam sebuah karya tulisnya. Seperti Ibnu Sina (Ahli kedokteran), Ibnu Nafs (Ahli Biologi), Imam Al-Ghazali (Ahli Filsafat), Umar Khayyan (Ahli Kimia), Ibnu Malik (Ahli Sastra arab) dan masih banyak lagi.

Sebenarnya dalam dunia tulis menulis, panulis tidak harus mempunyai intelektual yang tinggi. Akan tetapi yang paling inti adalah kemauan dan kontinuitas dalam menulis. Jika kita terbiasa menulis, sedikit demi sedikit kualitas tulisan kita akan meningkat. Jika tulisan kita tidak bisa sebaik para cendekiawan muslim zaman dahulu, minimal kita bisa memproduksi sebuah karya maskipun mutunya tidak sama. Jangan katakan bahwa kita tidak bisa berkarya, karena kegagalan datang bagi mereka yang tidak menyadari betapa dekatnya mereka dengan kesuksesan saat mereka akan menyerah. Keahlian menulis bukan tumbuh sejak seorang penulis dilahirkan. Akan tetapi keahlian lahir sebab kerja kerasnya sendiri. Dengan karyanya, seseorang telah ikut menyumbang bagi kemajuan ilmu pengetahuan dan perkembangan zaman. Sekarang, Sudah berapa banyak produk dan jasa yang engkau tinggalkan nanti untuk generasi yang akan datang???... Selamat menulis…!!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun