Investasi sekarang bukan merupakan hal yang asing didengar oleh masyarakat umum saat ini, terutama bagi kaum muda. Bagaimana tidak? Dengan profit atau return yang dijanjikan sangat besar tentu saja akan menggiurkan bagi sebagian banyak orang.
Hal ini membuat mereka berbondong-bondong untuk memulai investasi tanpa mengetahui detail resiko dan cara menganalisanya.
Tidak banyak juga para investor pemula ini terjebak dalam bias kognitif yang membuat mereka melakukan kesalahan dalam mengambil keputusan dalam berinvestasi.
Pengambilan keputusan dalam berinvestasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, dan salah satunya adalah faktor psikologis. Faktor psikologis ini yang sering kali menyebabkan seorang investor pemula mengalami kekeliruan dalam mengambil keputusan, yang dapat menyebabkan portofolio mereka sering merah.
Dalam behavioral finance terdapat beberapa hal yang dapat mempengaruhi psikologis dalam pengambilan keputusan investasi, seperti emosi, sifat, pengetahuan, preferensi, dan lain-lain yang berhubungan dengan diri manusia.
Lalu, apa itu Cognitive Bias dan bagaimana hal ini dapat mempengaruhi dalam melakukan investasi?
Berikut beberapa penjelasan yang saya dapatkan dari webinar bersama “expanda” yang telah saya ikuti.
Pengertian Cognitive Bias
Bias kognitif merupakan kesalahan sistematis dalam berpikir yang disebabkan oleh kecenderungan otak manusia untuk memahami informasi melalui filter pengalaman dan preferensi pribadi. Bias kognitif ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, seperti :
Mental Shortcuts atau ‘Heuristics’
Emotion
Social Pressure
Limited Information
Tipe dari Cognitive Bias
Selain itu, ada beberapa tipe bias kognitif yang biasanya ada dalam pengambilan keputusan dalam Investasi. Seperti berikut :
Bandwagon Effect
Kecenderungan orang untuk meniru suatu perilaku atau sikap karena banyak orang melakukannya.
Confirmation Bias
Kecenderungan mencari, menafsirkan, dan mengingat informasi untuk mendukung keyakinan sebelumnya.
Hal ini sama dengan hakikatnya sifat manusia dimana mereka akan memiliki naluri untuk berkumpul dan bersama dengan orang yang memiliki kesamaan ciri khas tertentu dengan mereka. Sifat ini disebut sebagai Similarity Bias dimana manusia memiliki kecenderungan untuk memilih orang-orang yang mirip dengan kita.
Sunk Cost Fallacy
Kecenderungan untuk bertahan karena merasa sayang dengan usaha yang telah dikeluarkan. Hal ini dikarenakan sebagian besar manusia memiliki bias Loss Aversion, dimana manusia memiliki tendensi untuk tidak mau rugi dibandingkan mau untuk untung.
Authority Bias
Kecenderungan untuk lebih mudah terpengaruh atau mempercayai pendapat ahli atau tokoh publik. Karena dengan terpengaruh oleh bias itu, kita akan terkena dengan apa yang namanya Hallo Effect dan Parasocial Relationship. Halo Effect sendiri memiliki makna bahwa manusia memiliki kecenderungan kesan positif seseorang di satu area mempengaruhi opini atau perasaan seseorang di area lain.
Sementara Parasocial Relationship adalah ilusi kedekatan atau keakraban dengan tokoh publik yang kerap membagikan kehidupan pribadinya di media sosial.
Optimism Bias
Kecenderungan untuk melihat masa depan dengan semangat yang terlalu positif.
Overconfidence Bias
Kecenderungan untuk percaya diri dan terlalu optimis saat baru memulai suatu hal. Hal tersebut dapat menyebabkan manusia mendapatkan Dunning-Kruger Effect dimana manusia memiliki kecenderungan untuk melebih-lebihkan kemampuan saat baru mulai mempelajari satu hal.
Peak-End Bias
Kecenderungan menilai sebuah pengalaman berdasarkan apa yang dirasakan pada saat puncak dan/atau ketika pengalaman berakhir. Hal tersebut terjadi dikarenakan manusia memiliki Memory Bias dimana merupakan suatu kecenderungan manusia untuk lebih mampu mengingat hal yang memiliki kemampuan emosional mendalam.
Tentu saja hal tersebut merupakan sesuatu yang wajar dikarenakan manusia memiliki Representativeness Heuristic atau keterbatasan manusia untuk memanggil potongan-potongan memori yang mewakili ketika mengingat suatu kejadian. Dan Recency Bias atau kecenderungan untuk lebih mudah mengingat sesuatu yang baru saja terjadi.
Status Quo Bias
Kecenderungan untuk berada tetap pada kondisi default saat ini, dan enggan untuk berubah. Kecenderungan tersebut disebabkan oleh Bounded Rationality atau keterbatasan untuk dapat menyerap semua informasi yang datang secara cepat dan revolusioner.
Risk Perception Bias
Kecenderungan menilai secara subjektif tentang resiko atau dampak negatif yang sering terjadi.
Keragu-raguan atau sifat overthinking orang lah yang menyebabkan hal tersebut terjadi yang menyebabkan timbulnya Availability Heuristic atau kecenderungan untuk memperkirakan kemungkinan sesuatu terjadi berdasarkan contoh kasus yang segera muncul di pikiran.
Mental Accounting Bias
Kecenderungan menilai secara subjektif pendapat atau pos keuangan yang dimiliki.
Cara Mengatasi
Berikut beberapa hal yang dapat dilakukan untuk terhindar dari bias kognitif. Seperti dengan :
Delayed Gratification
Dengan memiliki pola pikir menunda imbalan yang bisa langsung dinikmati dengan harapan memperoleh imbalan yang lebih besar di kemudian hari.
Deliberate Practice
Menyisihkan waktu khusus untuk rutin belajar mengenai investasi. Dengan menyisihkan fokus dan energi secara rutin meskipun hanya sebentar, hal tersebut dapat membantu agar dapat maksimal ketika akan mengambil keputusan dalam berinvestasi nantinya.
Temptation Bundling
Kegiatan memberikan ‘reward’ dengan aktivitas kurang menyenangkan yang harus dilakukan untuk menambah motivasi. Dapat dilakukan dengan Habit Stacking dengan contoh mengkombinasikan waktu belajar investasi dengan hangout virtual bersama teman-teman atau sekedar ‘ngopi’ untuk membahas segala hal mengenai investasi.
Faktor psikologis merupakan hal yang lumrah dan terkadang tidak bisa di cegah tak hanya bagi para investor pemula, bahkan mereka yang telah berpengalam dalam berinvestai terkadang masih saja terkena dampak dari faktor psikologis ini dalam pengambilan keputusan.
Maka dari itu, dengan memahami berbagai macam bias dan cara mengatasinya, saya harap hal tersebut dapat membantu anda dalam mengambil keputusan dalam investasi nantinya. Terima kasih
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H