Dalam suatu kelas pembelajaran ataupun suatu proses belajar di sekolah seorang pendidik akan dihadapkan dengan berbagai macam karakter peserta didik. Selain karakter, seorang pendidik juga akan dihadapkan dengan berbagai macam perkembangan anak yang yang berbeda -- beda.
Lalu bagaimana agar proses pembelajaran berjalan dengan seirama tanpa adanya suatu kesenjangan diantara peserta didik ?
Mengenal Pembelajaran Kooperatif
Dalam suatu kelas yang memiliki peserta didik dengan karakter dan perkembangan yang berbeda -- beda, peran guru sebagai fasilitator pun sangat dibutuhkan. Sebagai fasilitator, dalam hal ini guru berperan untuk memberikan kemudahan dalam proses pembelajaran dengan memberikan pelayanan ketersediaan fasilitas lingkungan belajar. Memberikan fasilitas lingkungan belajar yang menyengkan dan mendukung minat belajar akan berdampak baik dalam proses pembelajaran maupun dalam proses perkembangan anak.
 Proses pembelajaran yang seirama dengan tanpa adanya suatu kesenjangan dapat dilakukan dengan menggunakan proses pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang menekankan pada suatu kerja kelompok atau kerja sama. Dalam suatu kerja kelompok atau kerja sama perlu adanya suatu interaksi -- interaksi, baik antara peserta didik satu dengan peserta didik lainnya ataupun peserta didik dengan pendidik. Adapun tujuan dari pembelajaran kooperatif ini adalah sebagai bentuk saling menghargai antar sesama dan mengembangkan keterampilan sosial dengan berinteraksi.
Pembelajaran kooperatif  juga memiliki banyak manfaat dalam proses pembelajaran, selain membantu pendidik mempermudah dalam proses belajar peserta didik, pembelajaran kooperatif juga dapat membantu peserta didik untuk mengembangkan kemampuan dalam mengungkapkan ide -- ide disertai tanggung jawab atas dirinya, melatih kepercayaan diri dalam kemampuan berfikir, sebagai sarana untuk meningkatkan kemampuan akademik sekaligus kemampuan sosial yang baik dalam interpersonal yang positif, serta meningkatkan motivasi belajar dan memberikan rangsangan berfikir yang berguna dalam proses pendidikan jangka panjang.
Namun, disisi lain pembelajaran kooperatif juga terdapat beberapa kekurangan, seperti : memahamkan filosofis pembelajaran kooperatif pada peserta didik tidak hanya satu kali atau dua kali karena itu perlu adanya pembiasaan, perlu adanya peer teaching yang efektif agar pembelajaran dapat dicapai sesuai tujuan, penilaian pembelajaran kooperatif berdasarkan hasil kerja kelompok tetapi penting bagi guru untuk menyadari bahwasanya penilaian hasil belajar peserta didik diharapkan diambil dari setiap individu, memerlukan periode panjang dalam keberhasilan pembelajaran kooperatif, serta kemauan dalam diri individu yang bermacam -- macam.
Penelitian yang dilakukan Sukma Puji Nuratna di MTS Modern Al -- Azhary dalam pembelajaran kooperatif yang dilakukan di sekolah tersebut, menunjukan bahwasanya pelaksanaan pembelajaran kooperatif dalam mata pelajaran fiqih, memberikan pengertian bagi peserta didik bahwasanya mata pelajaran fiqih tidaklah membosankan dan penerapan pembelajaan kooperatif ini dapat membangkitkan motivasi peserta didik dan mengembangkan kemampuan sosial dengan bekerja sama.Â
Dalam pelaksanaan pembelajaran ini peserta didik dibagi menjadi beberapa kelompok dan diberi tugas berupa soal ataupun suatu permasalahan, yang mana nantinya peserta didik akan memecahkan masalah tersebut dengan bekerja sama. Adapun setiap peserta didik diharapkan mampu aktif dengan kemampuannya masing  - masing dalam mengerjakan tugas  yang telah diberikan.
Adapun hasil dari pembelajaran kooperatif di MTS Modern Al -- Azhary dalam mata pelajaran fiqih peserta didik mampu mewujudkan interaksi sosial antara teman dalam mencapai tujuan pembelajaran, meningkatnya harga diri yang berkaitan dengan motivasi peserta didik untuk berpartisipasi dalam proses pembelajaran, dan pengetahuan peserta didik semakin luas dengan mengemukakan ide -- ide yang dimilikinya serta dapat mandiri dalam berbagai hal.Â
Manfaat pembelajaran kooperatif juga dirasakan oleh pendidik, yakni memudahkan dalam penyampaian pelajaran, karena fungsi kerja kelompok yang menjadikan peserta didik aktif dan memiliki banyak pengetahuan dengan berinteraksi antar sesama teman.
Hubungan Teman Sebaya
Selain pendidik pun, interaksi sesama teman juga berpengaruh pada perkembangan kognitif anak, salah satu jalannya adalah dengan menerapkan pembelajaran kooperatif yang penjelasanya telah berlalu.Â
Pembelajaran kooperatif juga menitik beratkan kepada faham sosial, karena dengan kerja kelompok, dengan berinteraksi antar sesama teman, anak akan dapat berpendapat dengan bebas serta menerima pendapat -- pendapat tersebut dengan lapang dada. Gagasan kerja kelompok diperluas lagi menjadi pengajaran pribadi oleh teman sebaya (peer tutoring). Peer tutoring dapat diartikan, bahwasanyanya seorang anak yang memiliki kemampuan mumpuni memberi suatu pengajaran kepada temannya yang agak tertinggal dari suatu pembelajaran. Â
Peer tutoring atau biasa disebut dengan tutor sebaya juga memiliki banyak manfaat, yang mana manfaat tutor sebaya tidak jauh berbeda kaitanya dengan pembelajaran kooperatif, yakni : dapat membantu anak lain yang kurang mampu memahami atau menerima pelajaran dari guru, anak dapat mengeluarkan pendapat dengan bebas serta dapat terbuka dengan teman atau lingkungannya, dan dapat menimalisir kesenjangan yang terjadi antar anak yang memiliki kemampuan tinggi dan yang memiliki kemampuan yang kurang.
Dalam hubungan teman sebaya pada dasarnya memiliki dua sisi, sisi pertama adalah sisi saling menguntungkan antar teman yang berkaitan dengan kesetaraan, dan sisi kedua adalah sisi akibat dari tidak setaraan yang menyebabkan hambatan untuk perkembangan moral anak. Saat ini tidak jarang anak -- anak menjadi pelaku ataupun korban yang berkaitan dengan masalah moral. Karena anak adalah berperan sebagai penerima, yakni penerima sikap negatif ataupun positif dari suatu kelompok.Â
Dampak dari suatu kelompok tidak hanya dalam lingkup keluarga, namun anak juga bereksplor dengan lingkuangan yang lainya yang akan berpengaruh terhadap karakter yang dimilikinya. Anak akan membentuk kategori di awal kehidupanya dengan berkontribusi dalam suatu kelompok dan evaluasi terhadap interaksi dengan teman sebaya.
Pernyataan tersebut sejalan dengan teori Vygotsky bahwasanya keterampilan --keterampilan dalam keberfungsian mental berkembang melalui interaksi sosial langsung. Vygotsky percaya bahwasanya anak akan jauh lebih berkembang melalui interaksi dengan orang lain, serta anak tidak akan pernah mengembangkan pemikiran operasional formal tanpabantuan orang lain. maka dari itu, komposisi lingkungan keluarga, guru disekolah dan teman sebayanya yang seimbang sangat penting bagi perkembangan anak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H