Mohon tunggu...
Lailya aries tantya
Lailya aries tantya Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswi

mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengkomunikasikan Emosi dengan Anak

22 November 2022   01:28 Diperbarui: 22 November 2022   01:34 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bisa gak sih anak megekspresikan berbagai emosi yang sedang dialaminya ?

Pertanyaan ini mungkin jarang sekali untuk difikirkan, namun begitu pentingnya bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Mengapa ?

Anak sama halnya dengan orang dewasa 

Sama halnya dengan orang dewasa, anak juga memiliki emosi -- emosi ketika ia menghadapi berbagai kondisi lingkungannya, emosi marah, sedih, takut, senang, malu, jijik dan lain sebagainya. 

Namun apakah anak -- anak dapat mengekspresikanya ?. Pada umumnya anak akan sulit untuk mengidentifikasi dan mengekspresikan emosi -- emosinya, bagaimana ekspresi ketika marah ?, ekspresi ketika senang ?, ketika takut, dan ekspresi yang lainnya, karena anak juga belum memiliki kosa kata dan pengetahuan yang lebih bagaimana mengeksresikan emosinya. 

Begitu sebaliknya anak akan mengekspresikan emosinya dengan hal lain seperti menangis, hingga tatrum. Maka dari itu, peran orang tua dan lingkungan sekitarnya harus dapat mendukung perkembangan dan pertumbuhan emosi anak, dengan memberikan stimulasi yang tepat sesuai perkembangan anak dan dalam perkembangan emosinya. 

Dalam perkembangan emosi anak, peran orang tua dan lingkunganya sangatlah berpengaruh, baik buruknya stimulasi yang diberikan juga akan mempengaruhi perkembangan emosinya. Anak perlu ditunjukan bagaimana mengelola emosi yang dimilikinya dengan cara memahami perasaan dan perilaku mereka. Lalu bagaimana cara memenuhi kebutuhan perkembangan emosi anak ?

Bahasa dan Kesadaran Diri Sebagai Tonggak Perkembangan Emosi Anak

Sebagai makhluk sosial, manusia tidak lepas dari interaksi dengan lingkungannya. Ketika berinteraksi dan memberikan reaksi atau respon pada situasi yang dihadapinya secara tidak langsung setiap individu akan mengeksperikan emosi pada situasi tertentu dengan bahasa. 

Dapat dilihat bahwasanya hubungan bahasa dengan emosi saling berkaitan. Dengan bahasa, emosi dapat diekspresikan dan dapat menjadi alat sebagai pengontralan emosi yang dimiliki setiap individu untuk memberikan respon terhadap lingkungannya. 

Semakin baik kemampuan berbahasa yang dimilikinya, semakin baik pula pengontrolan emosi yang akan di ekspresikan. Adapun kemampuan bahasa yang baik yang dimaksud adalah seorang individu yang memiliki pengetahuan yang cukup dan pembendaharaan kosa kata yang mumpuni serta dapat menyampaikan informasi -- informasi dengan baik dan dapat dipahami dengan baik. Ketika kemampuan bahasa yang dimiliki baik, pengontrolan emosi juga sangat baik, contohnya : ketika anak sedang berlarian dilapangan, sang ibu berkata, " jangan lari -- lari nak!" denagn membentak dan membuat anak takut untuk mengambil keputusanya sendiri,hal tersebut dirasa kurang baik pada anak, dan situasi tersebut dianggap tidak baik dalam hubungan ibu dan anak, namun ketika orang tua atau pengasuh memiliki kemampuan berbahasa yang baik, maka pernyaaan yang benar adalah " jalannya pelan -- pelan saja ya ", maka anak akan luluh dan menjadikan situasi baik bagi hubungan anak dan orang tua. 

Baik buruknya kemampuan bahasa juga berkaitan dengan pengasuhan. Pola asuh dengan kelekatan yang aman akan memberikan dampak pada strategi dalam berorientasi yakni orientasi pada keluarga, namun sebaliknya pola asuh dengan kelekatan tidak aman, maka akan berdampak pada strategi berorientasi mengarah pada diri sendiri.untuk mengatur tekanan.  

Tumbuhnya Kesadaran Diri pada Anak 

Beberapa penelitian menyatakan bahwasanya pada tahun ke 2 anak akan muncul kesadaran diri pada anak. Kesadaran diri yang muncul diahun ke 2 ini berkaitan dengan pengontrolan emosi pada anak dan dianggap sebagai langkah pertama yang dapat membantu dalam regulasi emosi. 

Regulasi emosi membutuhkan kesadaran diri, fungsi dari kesadaran diri adalah untuk mengetahui dan memahami peristiwa yang terjadi dalam kehidupan agar dapat menghadapinya sesuai dengan yang seharusnya. 

Seperti ketika seseorang mengalami masalah maka hal yang harus dilakukan yang pertama adalah memahami masalah tersebut, dengan begitu seseorang tersebut akan dituntut untuk bertanggung jawab atas emosi dan reaksi -- reaksi yang akan diberikan atas keadaanya. Hal tersebut menunujukan seseorang telah memiliki kesadaran diri yang akan membantunya dalam menangani beberapa keadaan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun