Peran Orang Tua dalam Membentuk Karakter Anak
      Sekolah merupakan tempat dimana individu meperoleh pendidikan dalam mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki, sehingga menjadi pribadi yang lebih baik. Pendidikan yang dimaksud bukan hanya terkait dengan ilmu pengetahuan saja (akademik), melainkan juga membentuk karakter setiap individu. Ki Hajar Dewantara menjelaskan bahwa keluarga merupakan tempat utama dan paling baik untuk melatih pendidikan dan karakter individu anak.  Artinya, untuk membentuk karakter seorang anak, guru memerlukan adanya dukungan dari keluarga anak tersebut. Peran orang tua sebagai guru, penuntun dan pemberi teladan menjadi sangat penting dalam pertumbuhan karakter anak.Â
      Mengoptimalkan peran orang tua dalam membentuk karakter anak dapat menciptakan nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga anak dapat berperilaku baik dalam kehidupan sehari-harinya. Individu yang berkarakter akan memiliki sikap disiplin, hormat dan santun, peduli, kasih sayang, bisa mengendalikan diri, sabar, berjiwa pemimpin, rendah hati, serta cinta damai. Dengan memiliki sikap tersebut, diharapkan tidak akan terjadi tindakan kekerasan yang dilakukan oleh anak tersebut.Â
Nilai-nilai Luhur Ki Hajar Dewantara
      Pendidikan karakter menurut Ki Hajar Dewantara disebut sebagai pendidikan budi pekerti. Dalam pendidikan karakter menurut pemikiran Ki Hajar Dewantara, terdapat system among yang memiliki arti mengasuh. Penanaman karakter yang berbudi pekerti luhur dapat dilakukan dengan memberikan contoh dan pembiasaan, keteladanan, bercerita, diskusi terkait dengan nilai sopan santun, tanggung jawab, disiplin dan patuh pada aturan. Dapat disimpulkan bahwa guru memiliki peran penting dalam membentuk karakter peserta didik yang berbudi pekerti luhur. Tugas guru bukan hanya mentransfer ilmu akademik yang dimiliki, tetapi juga harus bisa memberikan contoh dan teladan yang baik untuk peserta didik. Seperti semboyan Ki Hajar Dewantara yang berbunyi:
"Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani".
      Artinya, didepan harus memberi teladan, ditengah harus membangun ide dan gagasan, dibelakang harus memberikan dororonga.Â
      Kasus kekerasan di Demak juga menjadi bukti bahwa masih rendahnya karakter suatu individu. Sehingga diperlukan pendidikan yang membentuk karakter individu yang berbudi pekerti luhur. Pembentukan karakter tesebut meliputi, nilai moral dan etika, tanggung jawab, disiplin, toleransi dan empati, sopan santun, serta berkebhinekaan global.Â
Memupuk Nilai-Nilai Luhur Ki Hajar Dewantara
Dengan memupuk nilai-nilai ki hajar dewantara, terhindar dari tindakan asusila seperti bullying, kekerasan fisik atau verbal, dan lain sebainya. Salah satu upaya yang bisa kita lakukan untuk menindaklanjuti adanya kekerasan di sekolah adalah dengan menanamkan nilai-nilai karakter yang berbudi pekerti luhur dalam setiap pembelajaran. Pendidikan karakter merupakan fondasi penting untuk mencegah terjadinya kekerasan.Â
Menjadi tugas kita bersama untuk memupuk nilai-nilai Ki Hajar Dewantara dalam pendidikan di Indonesia. Salah satunya yaitu dengan mengimplementasikan nilai-nilai luhur Ki Hajar Dewantara ke dalam kurikulum pembelajaran. Dengan seperti itu, akan tercipta individu yang berkarakter dan berbudi pekerti luhur.