Karena kelalimannya sang raja memisahkan Sayyidah Sharoh dan Nabiyullah Ibrahim. Rupanya dia tertarik dengan kecantikan Sayyidah Sharoh.
Pada saatnya raja hendak menghinakan Sayyidah Sharoh, atau bahasa gaul sekarang berbuat asusila terhadap Sayyidah Sharoh. Sayyidah Sharoh yang pedih hatinya mendapati peristiwa semacam itu dalam kehidupannya, berdoa kepada Allah, kurang lebihnya sebagai berikut : " Ya Allah, sebagaimana yang engkau ketahui aku beriman kepada-Mu, kepada Nabi-Mu, juga telah menjaga kemaluanku demi beriman kepada-Mu, terkecuali kepada suamiku, oleh karena itu Ya Allah jangan biarkan raja lalim ini menghinakan aku."
Sayyidah Sharoh adalah seorang perempuan dengan keimanan yang luar biasa kepada Allah dan Nabi-Nya. Yang secara otomatis hebat dalam menjaga kehormatannya. Oleh karena itu Allah menjawab secara langsung doa beliau, raja lalim itu tak mampu menyentuhnya sedikitpun, malah selain hal aneh yang dia lihat pada Sayyidah Sharoh, yang terjadi tubuhnya kejang-kejang seperti terkena penyakit yang tidak pernah terjadi sebelumnya. Lalu, dia berjanji tidak akan melakukan hal buruk itu jika Sayyidah Sharoh mau menyembuhkannya. Kemudian Sayyidah Sharoh pun berdoa kepada Allah untuk kesembuhan raja lalim.
Setelah keadaannya baik-baik saja, raja lalim berbuat hal yang sama, dan mendapatkan hal yang sama lagi, tubuhnya kejang-kejang hebat. Lalu sekali lagi ia meminta Sayyidah Sharoh untuk menyembuhkannya. Sayyidah Sharoh pun berdoa kembali dan sembuhlah raja lalim. Kali ini setelah kesembuhannya, raja melepaskan Sayyidah Sharoh, memberinya hadiah berupa emas permata dan memberikan Sayyidah Hajar, sebagai asisten pribadi bagi Sayyidah Sharoh, bahasa kerennya begitu.
Kemudian beliau menemui Sang Nabi, dengan membawa harta dan Sayyidah Hajar. Mereka bertiga kini kembali Baitul Maqdis Palestina. 20 tahun kemudian beliau dinikahkan oleh Sayyidah Sharoh dengan Sayyidah Hajar. Lalu lahirlah Ismail dari pernikahan itu.
Tidak lama setelah kelahiran Ismail. Nabiyullah mengajak Sayyidah Hajar pergi menuju Mekkah. Setelah sampai di tujuannya, Nabiyullah karena kedukaannya beliau tidak bicara ketika meninggalkan dua keluarganya di tempat itu, hanya meninggalkan bekal berupa kurma dan  air dalam wadahnya. Sayyidah Hajar yang terkejut ketika ditinggalkan di daerah yang tak dikenalnya itu, memberondong sang Nabi dengan pertanyaan-pertanyaan.
"Kemana engkau hendak pergi?"
"Kenapa engkau tinggalkan kami di tempat tandus yang tak ada seorangpun disini?"
"Apa ini perintah Allah, kalau demikian yang terjadi tak mungkin kami disia-siakan?"
Hal itu, memberitahu kita bahwa Sayyidah Hajar, bukan perempuan sembarang, kisahnya yang abadi mengajari kita bahwa Barangsiapa bertaqwa, Allah keluarkan ia dari kesulitan, Allah kabulkan doa-doanya.
Sang Nabi menjawab : "Ya" , lalu berdoa, seperti doa yang diabadikan dalam dalam Qur'an, kurang lebihnya sebagai berikut : " Wahai Tuhanku, aku tinggalkan sebagian keturunanku, tanpa seorangpun disana, tapi disamping rumah Engkau, maka karuniakan kepada mereka buah-buahan agar mereka bersyukur kepada-Mu, dan jadikan condong hati siapa saja yang bertemu dengan mereka."
Bayi Nabiyullah Ismail ditinggalkan dekat Rumah Allah, ini mengisyaratkan kepada kita selaku orang tua, berilah atau tempatkan anak-anak kita pada lingkungan yang baik.
Hingga datanglah saat perbekalan telah habis, air susu telah kering. Dimana hal itu membat Sayyidah Hajar sedih dan tergeraklah beliau Sayyidah Hajar, berlari-lari kecil dari bukit Shofa ke Marwa sebanyak 7X. Saat kesedihan yang luar biasa itu, Allah memerintahkan Malaikat Jibril untuk menghentak-hentakkan kakinya agar air memancar, saat Sayyidah hajar melihat air di tempat putranya dibaringkannya, oleh beliau air itu diciduk-ciduk atau tanahnya dikeruk-keruk dengan tangannya, hingga membentuk sumur. Yang terkenal dengan nama sumur zam-zam. Untuk hal ini, Rosulullah Muhammad pernah menyampaikan, "Allah merahmati Ibunda Nabi Ismail yang telah mencidhuk-cidhuk air zam-zam itu, andai Ibunda Nabiyullah Ismail tidak mencidhuk-cidhuknya niscaya menjadi sungai Mekah itu."
Beberapa tahun kemudian menjelmalah Nabiyullah Ismail sebagai anak yang sehat cerdas dan karena didikan Ibundanya yang mulya, mulyalah, kuatlah aqidah dan akhlaq beliau. Doa Nabiyullah Ibrahim dikabulkan Allah, tiap ada yang bertemu mereka berdua merasa sayang bahkan bersyukur dan berterima kasih tersebab air zam-zam yang melegakan kehausan mereka, kini tempat itu tidak lagi tak berpenghuni. Namun ramai oleh para pemukim.
Hingga datanglah waktu yang mendebarkan hati Sang Nabi, seperti yang kita ketahui bersama dengan kedukaan yang sama seperti saat beliau(sang Nabi) meninggalkan Ismail dan Ibunya waktu itu, Sang Nabi mengajak Nabiyullah Ismail ke suatu tempat untuk disembelih. Namun ternyata itu hanyalah ujian dari Allah untuk hamba berduanya yang mulya. Itu menunjukkan kepada kita bahwa jangan bersedih atas ujian Allah, karena tidak akan datang ujian Allah kecuali akan datang kebahagiaan. Ya salaaam.
Nabiyullah Ibrahim dan Nabiyullah Ismail adalah hamba istimewa yang apa kata Allah saja atau bertawakkal kepada Allah, dan Allah tidak pernah mengecewakan hambanya yang berserah diri kepadanya, maka DIA ganti Nabiyullah Ismail dengan Seekor domba berwarna putih, bermata cemerlang dan bertanduk. Sebagian menceritakan bahwa domba pengganti Nabiyullah Ismail adalah domba kurban milik putra Nabiyullah Adam, Habil. Konon katanya domba itu terikat di suatu pohon.
Cerita berikutnya, usia Sayyidah Sharoh 99 tahun dan Nabiyullah Ibrahim 120 tahun saat datangnya 3 malaikat, yakni Jibril, Mikail, dan Isrofil mengkhabarkan berita gembira mengenai kelahiran Nabiyullah Iskha' dan Yaqub. Maksudnya Putra Nabi Iskha' adalah Nabi Yaqub. Dan, tentu saja Sayyidah Sharoh terheran-heran mengingat usianya pun usia Nabiyullah Ibrahim yang telah lanjut. Namun, malaikat menjawab keheranannya, dengan menyampaikan " Apakah kalian merasa heran dengan perkara yang diputuskan Allah?"
Ya, selama engkau beriman kepada Allah, apapun hajatmu pasti dikabulkan.