Lalu apa kelanjutannya?
Tentu saja, perempuan naif hidup berbahagia dengan lelaki lugu. Namun sayangnya lelaki jahat itu kecelakaan. Ooohh....
Begitulah ada rahasia besar yang ingin ditutupi oleh semua empunya mulut sampah. Rahasia yang mungkin diyakininya bisa mem**bunuh**nya bila tersebar, oleh karena itu bersegera menyusun tipu daya. Tipu daya yang dipercayai oleh hati-hati 'rusuh'. Seakan dengan tingkahnya itu, dia mengendalikan para pemirsahnya yang seneng rusuh. Ia terlupa ada orang-orang berhati bersih yang akan tampil membela, meski kadang tak serta merta, yang bukan hanya tak banyak bicara, tapi juga tak banyak jumlahnya. Meski yang segitu cukup saja. Bahkan mungkin Ia terlupa atau tak punya agama yang harusnya dia tahu ada Allah yang Maha Menyaksikannya.
Lalu, masihkah 'he*eh' dengan para empunya mulut sampah. Atau mengikhlaskan diri  menjadi pemirsah hobi 'rusuh'? Menjadi persatuan pendukung gretoong?
Namun bagi korban mulut sampah; kalau saya sih iyakan saja. Toh tanpa berbuat apapun telah menolongnya dari pem**bunuh**an, bukan? Apalagi terbuka sendiri aibnya pasti terasa lebih syahdu, eehh....
Semua terserah kita.
Bangil, 16 Juli 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H