Berakhirlah pernikahan mereka. Si perempuan naif mendatangi supirnya menyampaikan maaf sebesar-besarnya karena dia dilibatkan dalam hal perceraian dirinya dan suaminya, karena mereka tahu semua tuduhannya kebalikan dari kenyataan sebenarnya. Rupanya perempuan itu dan supirnya sudah lama tahu perselingkuhan lelaki itu selama masih menjadi suaminya. Dia mengiyakan saja tuduhan itu, karena ia tahu sifat suaminya yang tak mau dipandang rendah oleh siapapun.
Menikahlah lelaki itu dengan selingkuhannya, tak lama kemudian istrinya melahirkan anak.
Hari berganti pekan. Pekan berganti bulan. Ada yang hampa dihati lelaki itu. Ia merasa menjadi lelaki yang bodoh telah memisahkan diri dari perempuan yang sangat dia cintai. Bukan tentang anak, bulan pula tentang istri barunya yang kurang sempurna dimatanya. Kehidupannya sempurna, harta yang banyak, istri yang memikat dan sangat mencintainya, anak yang sehat dan lucu. Namun ia baru menyadari ia merindukan perempuan itu, istri yang telah diceraikannya, semakin lama, ia merasa semakin gila saja. Kebahagiaanya berbalik menjadi duka tak terperi, hari-harinya berantakan.
Maka ia pun menyusun rencana untuk membuat perempuan yang telah diceraikannya kembali lagi padanya. Namun halangannya adalah ia telah mentalak 3 perempuan itu. Artinya tidak boleh lagi menikah dengannya kecuali si perempuan selesai menikah lagi dengan orang lain.
Terciptalah siasat tak kalah licik dari sebelumnya.
Ia datangi perempuan naif yang belumlah selesai dari dukanya. Ia menyampaikan panjang lebar tentang kerinduannya. Tentang keinginannya untuk bisa berumah tangga lagi. Tentang rencananya agar niatnya tercapai.
Dengan mantan supirnya yang telah ia tuduh sebelumnya, ia meminta, memohon seperti layaknya lelaki kanak-kanak yang memohon akan mainan yang sangat diidamkannya. Ya, ia memang menganggap lelaki mantan supirnya yang lugu itu hanya sebagai mainan saja. Tak mendapati dia siapapun selugu mantan supirnya itu. Oleh karena itu ia mempercayakan rencana itu hanya padanya, lelaki mantan supirnya.
Dia menyampaikan rencananya, agar mantan supirnya itu  menikahi perempuan yang telah diceraikannya, dengan syarat tanpa melakukan pergaulan semestinya dan segera menceraikannya karena dia akan menikahinya.
Pernikahanpun terjadi. Lelaki yang dengan niat buruk itu selalu mengancam tentang hal yang pernah disampaikannya kepada lelaki mantan supirnya.
Tibalah saat untuk meminta si lelaki mantan supirnya untuk menceraikan perempuan itu. Dia mendatangi rumah lelaki mantan supirnya ketika dia tak ada ditempat dan hanya ada istrinya yang adalah mantan istri lelaki jahat itu.
Bergolaklah hati lelaki jahat itu melihat perempuan yang sangat dicintainya. Dan berniat melakukan niat keji padanya. Perempuan itu melawan. Tak lama lelaki lugu, si mantan supir sampai di rumah. Tak segera ia masuk ke dalam rumah. Dan cukup lama ia mendengarkan keributan dari dalam rumahnya. Tak tahan akhirnya ia memberanikan diri mendobrak pintu rumahnya sendiri, mendapati istrinya yang kepayahan melawan lelaki jahat itu dan berkata : "Tak akan kubiarkan siapapun menyakiti istriku."