Mohon tunggu...
lailiyati .
lailiyati . Mohon Tunggu... Guru - GURU

GURU

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Role Model: Chef

13 Maret 2022   16:49 Diperbarui: 13 Maret 2022   17:25 334
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Semakin ke 'sini' tentu saja saya semakin tahu, bahwa profesi 'ini' bukan hal biasa. Bahkan ibarat jalan 'kehidupan', begitu menantang, penuh liku, perlu bekal yang memadai, kelihaian dalam 'menyetir', kesabaran, ketangkasan, kekuatan. Ahh...sangatlah kompleks.

Setiap saya mendapati siswa atau siswi saya yang saya rasa memenuhi syarat-syarat itu saya mendekatinya, mempengaruhi pikirannya, entahlah dikata apa itu lebih pantasnya. Saya berkata :
"Cita-citamu apa sih!"
Macam-macam jawaban mereka.
Lalu. Saya coba pengaruhi mereka.
"Jadi guru, kamu cocok lho."
Jawaban mereka beraneka ragam pula, namun kebanyakan mereka menyambut seruan saya, ciee. MISAL :
"Masa sih bu, tapi saya bukan mau jadi guru Matematika ya...." atau ;
"Baik, bu. Saya juga ingin bisa jadi guru Matematika." Atau ;
"Saya memang ingin jadi guru, tapi maaf saya ingin jadi guru Kimia."
....
Begitulah rangkuman saya terhadap jawaban mereka.
Dan, pada umumnya saya pun menjawabnya,
"Kalian, silahkan menjadi guru apa saja, terserah minat kalian. Pokoknya guru. Saya mendukung kalian. Semoga kalian bisa menjadi guru, menjadi guru yang guru."

So, yang saya maksud profesi yang penuh syarat kompleks itu 'Guru' ya, bukan yang lain.

Namun, suatu hari saya mendapati jawaban yang mengejutkan.

Saat itu, saya di tahun ke-4 mengabdi di Madrasah kami, jadi kira-kira kejadiannya tahun 2008 an.

Sudah menjadi target saya selama minggu-minggu terakhir itu. Setelah puas menimbang, menganalisa dan menemukan jawaban yang valid dari analisa saya. Siang itu saya mendekati target.

Seorang siswi, tentu saja, menurut pengamatan saya menyoal bibit, bobot, eh...bukan sih, kalau asal-usulnya, swer saya tak tahu menahu. Emang mau kawin, harus tahu bibit, bebet, bobotnya.

Seorang siswi saya ini, mumpuni dalam pelajaran yang saya ampu. Menurut pengamatan saya, seorang yang lihai dalam pelajaran Matematika, maka ia lumayan juga untuk pelajaran yang lainnya. Eh, masa sihh?? Gak setuju SKIP aja ....

Itu tadi menyoal tentang IQ, baik sudah terjawab menyoal IQ tersebut. Lalu EQ??, akhlaq, akhluq nya keren banget. Pergaulannya dengan teman sekelas, wow, sepengetahuan saya gak ada cacatnya. Wajahnya?? Siswi saya ini anak yang tinggi semampai, wajah manis cerah ceriah. Pokoknya target saya kali ini, masyaAllah 'perfect', insyaAllah.

Saya sudah mendekati target saat itu, sedikit berbasa-basi apa dia sudah menyelesaikan tugas yang saya berikan, melihat-lihatnya, dan 'manthuk-manthuk' karena seperti biasa, tulisannya rapi dan logikanya 'good looking'.
Saya mendekatinya, dengan lagak 'sok ceria' mengimbangi keceriaan dirinya [ padahal aslinya suntuk, memikirkan jalan hidup yang kelokannya aduhai.] dan tak lupa melancarkan rayuan, ehh harapan saya.
Saya : "Kamu punya cita-cita apa sih?"
Siswi : "Chef, bu"
Dengan ringan dia berkata, sebaliknya, itu terasa berat oleh saya. Untuk saya perkataannya meruntuhkan harapan saya. Namun saya masih belum 'mati',  semangat masih 'tumpah ruah'. Belanda masih jauh guys.
Saya : " Kamu Matematikanya bagus lho, eman lah kalau itu tidak dimanfaatkan."
Siswi :  "Maaf bu, tapi saya ingin jadi Chef, bukan yang lain."
Saya : "Emang, kenapa sih ko gitu."
Siswi : " Jadi Chef ituu, keren gitu lho bu."
Saya : (WOW) dalam hati.

Lalu, bagaimana keadaan saya, setelah penolakan mentah-mentah itu. Apa saya patah hati?? Demi bangsa saya terus 'bergerilya' mencari target yang tepat, mendekatinya dan mempengaruhi 'pikirannya'.

Saya dapati, Hasil gerilya saya akan berhasil, insyaAllah. Kenapa saya katakan 'akan'?? Jawabnya : Bukankah kita akan tahu keberhasilan itu, bertahun-tahun kemudian. Menjadi seorang guru, bukan mendapatkan hasil yang instan bukan?
Saya kata berhasil, karena tidak sedikit ketika saya menlonjak kegirangan dan berteriak "berhasil, berhasil." Persis Dora, Ketika target seiya sekata dengan saya.
Hingga, sampailah hari itu, hari dimana saya mendapatkan penolakan yang sama. Eh, jawaban yang sama "Tidak bu, saya ingin menjadi seoarng Chef"

Sayapun mundur menjauhi target setapak-demi setapak. Harapan tentu masih ada di tempatnya, karena insyaAllah saya melakukannya lillah, untuk melakukan hal besar, nonsense tanpa ikhlas bukan?

Memang bukan harapan itu yang hilang, namun rasa percaya diri tentang 'Apa saya kurang keren??',  kidding. Meski jawabnya, IYA sihh

Saya 'menengok ke belakang'. Apa gerangan hingga anak-anak ini, menjadi sangat berminat untuk menjadi seorang Chef?

Bohong, bila saya menjawab tak menemukan alasannya. Lihat saja di stasiun tv swasta itu. Yang tiap tahun ada pagelaran unjuk kemampuan sebagai seorang Chef. Kegiatannya attractive, dikemas sangat menawan, bahkan bukan hanya penuh peluh tapi juga air mata. Kebanggaan, keharuan terlihat jelas mengaduk-aduk bathin mereka. Semangatnya pantang kendur, penampilannya wow. Tak salah jika 2 siswi saya itu berkata, " Maaf, menjadi seorang Chef itu, keren bu."

Lalu, bisakah diri ini, kita sebagai guru menjadi 'Role Model'. Pun, Instansi, Televisi - atau apalah - yang bisa merebut perhatian mereka ( para siswa ) bagi profesi yang penuh syarat kompleks ini, bukan sebaliknya menjadikan profesi guru sebagai model yang lemah, menyedihkan layaknya yang tersaji di layar televisi pada sebuah iklan GAME.

Sehingga, sebanyak-banyaknya dengan ikhlas mereka berkata : "Menjadi Guru itu Keren sekali."

SEMOGA....

Bangil; Ahad, 19 Mei 2019
16 hari >= menjelang Idul Fitri 1440 H.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun