Persoalan tentang mental merupakan masalah penting yang masih perlu untuk lebih diperhatikan lagi. Dari sekian banyaknya manusia yang memiliki sifat dan karakter yang berbeda-beda tentu menghasilkan pola pikir yang berbeda-beda pula. Perbedaan pendapat dan pandangan terhadap suatu hal pun menjadi makanan sehari-hari. Mungkin kita sering mendengarkan pendapat orang lain tentang diri kita yang harusnya seperti ini, seperti itu, begini, dan begitu, hingga akhirnya jadi bingung sendiri harus mengikuti pendapat yang seperti apa. Apakah kamu pernah merasa seperti itu? Kalau iya, apakah kamu ingin mengikuti semua pendapat orang lain agar dapat membahagiakan mereka dan memenuhi semua ekspetasi mereka?
Hal penting yang perlu kamu ketahui adalah kamu tidak bisa membahagiakan semua orang. Berusaha hidup di bawah tuntutan pendapat dan pandangan orang lain juga akan membuat dirimu lelah dan berujung membuatmu menjadi kurang bahagia. Perlahan kamu akan kehilangan jati diri tentang apa dan siapa kamu hingga akhirnya kendali terhadap diri sendiri pun hilang. Ungkapan bahwa "Hidup mengikuti pendapat orang lain itu tidak ada habisnya" memang benar adanya. Si A berpendapat seperti ini, si B berpendapat seperti itu, begitu pula C, D, dan seterusnya, hingga akhirnya kita menjadi merasa selalu kurang. Padahal manusia memang tidak ada yang sempurna kan?
Untuk kamu yang memiliki kesamaan seperti masalah diatas, saya merekomendasikan salah satu buku self improvement yang menjadi best seller nomor satu yang juga mendapat penghargaan kategori eBook terbaik di Korea Selatan. Buku ini berjudul "Hidup Apa Adanya" yang ditulis oleh Kim Suhyun. Buku ini terjual lebih dari 800.000 eksemplar di Korea Selatan, 700.000 eksemplar di Jepang, dan juga telah dicetak ulang lebih dari 200 kali. Oh iya, for your information, Kim Suhyun juga menulis buku lain yang tak kalah menarik. Masih dalam tema yang sama yaitu self improvement, buku lainnya yaitu berjudul "Nyaman Tanpa Beban".
Buku "Hidup Apa Adanya" berisi 296 halaman yang terbagi menjadi 6 bagian to-do list, yaitu:
- Agar bisa hidup dengan menghormati diri sendiri
- Agar bisa hidup menjadi diriku sendiri
- Agar tidak tenggelam dalam rasa cemas
- Agar bisa hidup bersama dengan yang lainnya
- Untuk dunia yang lebih baik
- Untuk kehidupan yang lebih berarti dan juga lebih baik.
Buku ini berisi banyak pengajaran hidup yang dapat diambil di dalamnya sehingga dapat membuka pikiran dan perspektif baru tentang kehidupan yang kita jalani. Hal ini juga sudah terlihat dari goal buku "Hidup Apa Adanya" yaitu untuk tidak merasa dengki terhadap diri ini yang biasa-biasa saja agar dapat hidup apa adanya, tanpa memikirkan orang lain. Buku ini sangat menarik untuk dibaca karena diselipi dengan kisah nyata, ilustrasi full color yang menarik, dan juga bahasa yang mudah untuk dipahami.
Beberapa inti tulisan yang saya sukai dari buku ini yaitu:
- Bahwa karena adanya rasa penasaran, kita menjadi ingin lebih banyak melihat kehidupan orang lain. Kemudian kita pun jadi lebih mudah membandingkan diri kita dengan mereka. Akhirnya, dari rasa penasaran tersebut, kita harus membayarnya dengan rasa sengsara dan rasa sengsara itu tidak akan membuat kita memperoleh apapun. Oleh karena itu, kita tidak perlu menjadi penonton hidup orang lain karena hidup milik kita sendiri lah yang lebih penting. Jadi, kita tidak perlu menghabiskan tenaga dan pikiran untuk menyengsarakan hidup kita sendiri (Hal. 07).
- Sikap rendah diri memanglah sikap baik untuk menghormati orang lain, tetapi hal tersebut seharusnya tidak menjadikan diri kita menciut terhadap pandangan orang lain. Tidaklah menjadi sesuatu yang baik apabila kita tidak bisa menyatakan perasaan kita sendiri demi mengkhawatirkan perasaan orang lain (Hal. 45).
- "Kita membenci orang lain bukan karena ketidaksempurnaan yang dimilikinya, tetapi kita hanya tenggelam dalam keangkuhan dan berpura-pura bahwa kita itu lebih sempurna." (Hal. 102).
- "Agar bisa memecahkan masalah yang sebenarnya, yang diperlukan adalah dalamnya pikiran, bukan banyaknya pikiran." (Hal. 133).
- "Hidup yang kamu alami sebenarnya lebih damai dibandingkan apa yang kamu pikirkan." (Hal. 130). Duh poin ini terasa sedikit nyelekit ya bagi orang yang sering overthinking (termasuk saya) hahaha. Apalagi overthinking untuk hal yang sebenarnya bukan apa-apa atau biasa saja. Terkadang malah pikiran kita sendiri yang terlalu melebih-lebihkan sesuatunya sehingga energi kita menjadi terkuras habis untuk memikirkan hal yang tidak-tidak dan belum tentu terjadi.Â
Sebenarnya masih banyak lagi kutipan yang ada di dalamnya dan isinya pun lebih banyak dari itu yang tentunya nampol abis. Menurut saya, buku ini benar-benar membuka pikiran saya untuk menjalani hidup dengan apa adanya. Serangkaian kisah yang ada di dalamnya dituliskan dengan apik dan menarik sehingga buku ini terasa hangat apalagi jika situasinya sangat relate dengan para pembacanya. Rasanya seperti mendapat tamparan untuk lebih peduli dan menyayangi diri sendiri.
Memang, untuk berubah menjadi yang lebih baik itu terasa sangat sulit, tetapi jika ada niat untuk berubah maka ada saja jalan. Oleh karena itu, buku ini hadir untuk membantu para pembacanya agar bisa merubah pikiran yang awalnya terkekang dengan pendapat orang lain, menjadi lebih santai dalam menjalani hidup dan lebih peduli terhadap diri sendiri. Seperti kalimat dalam buku ini, "Menjadi diri sendiri dan menerima keadaan sesuai dengan porsi yang sesungguhnya akan membuat kita mensyukuri segala hal yang ada di dalam hidup ini, sekecil apapun itu".
Maka dari itu, mulai sekarang yuk lebih peduli terhadap diri sendiri. Cobalah untuk membuktikan kalau kamu juga bisa hidup apa adanya dengan versimu sendiri!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H