Kuliah Kerja Nyata atau KKN merupakan salah satu mata kuliah yang ditempuh mahasiswa di beberapa fakultas sebagai syarat SKS yang dibutuhkan untuk lulus. KKN adalah bentuk kegiatan pengabdian kepada masyarakat oleh mahasiswa dengan pendekatan lintas keilmuan dan sektoral pada waktu dan daerah tertentu di Indonesia, dengan bertempat di daerah setingkat desa.Â
Setiap perguruan tinggi pasti mewajibkan mahasiswa untuk melakukan KKN. Tahun ini pelaksanaan KKN sedikit berbeda dengan pelaksaan KKN dari tahun – tahun sebelumnya dikarenakan pandemi COVID19 yang mewabah dan sudah menjangkiti sekitar 125.753 menurut Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID19 per tanggal 10 Agustus 2020.Â
Untuk mencegah penyebaran COVID19 Universitas Jember memutuskan untuk melaksanakan KKN Back To Village atau KKN Pulang Kampung dengan tema yang berkaitan dengan COVID19. Salah satu tema adalah Program Inovasi Teknologi / Informasi dalam Penanganan COVID19 yang dipilih penulis.
Lahir dan dibesarkan di desa Mengok, kecamatan Pujer, kabupaten Bondowoso memuat penulis memilih untuk melaksanakan KKN di desa sendiri dengan harapan dapat membantu permasalah yang ada di desa Mengok. Dengan luas wilayah sebesar 465,40 hektar, desa Mengok dibagi menjadi 11 dusun dengan 9 RW dan 11 33 RT.Â
Dusun Pagungan 1, dusun Pagungan 2, dusun Rancang Gawat, dusun Rancang Kencono, dusun Rancang Gati, dusun Taman Kosong, dusun Taman Rejo, dusun Krajan, dusun Mengok 2, dusun Jati Ko’ong, dan dusun Gumuk Gong. Saat ini desa Mengok dipimpin oleh seorang kepala desa Peralihan Antar Waktu (PAW) yang bernama Nur Fajriyah.Â
Dari pengamatan yang dilakukan oleh penulis selama kurang lebih 1 minggu terhitung sejak tanggal 01 Juli 2020 hingga 07 Juli 2020, penulis menemukan bahwa masyarakat Mengok masih memiliki kesadaran yangrendah untuk melakukan cuci tangan.Â
Hal ini dipengaruhi oleh kurangnya fasilitas yang ada di desa, cuci tangan merupakan salah satu langkah yang diperlukan untuk membasmi virus. Karena cuci tangan menggunakan sabun dipercaya dapat menghilangkan inang – inang tempat virus diam dan berkembang biak.Â
Dengan tidak adanya kesadaran untuk melakukan cuci tangan muncullah ide untuk mengedukasi pemuda desa Mengok untuk bersama menjalankan tatanan hidup new normal dan mengajak pemuda untuk andil dalam pembuatan (SISTAMIS) sistem wastafel otomatis sebagai motivasi bagi penduduk agar memiliki sifat senang untuk mencuci tangan.
Dengan program kerja yang telah direncanakan penulis melakukan beberapa kegiatan di desa Mengok diantaranya adalah melaksanakan kelas LAKON (Belajar Komponen Online) sebagai kelas awal untuk membuat SISTAMIS.Â
Pada Kelas ke 1 ini, sasaran yang melakukan pertemuan via video call Whatssap adalah saudara Maria Yohanna Angelia, Dianito Alif Pristianto, Halimatus Sakdiah, Devi Lifia Fibrianti, dan Laeli. Kelima orang ini adalah generasi muda di desa Mengok yang mendapatkan LAKON. LAKON sendiri merupakan kelas yang diadakan oleh kelompok 57 dan dilaksanakan pada hari minggu, tanggal 12 Juli 2020 pada pukul 15.00 WIB secara online.Â
Kegiatan dimulai pada pukul 15.12 dengan menghadirkan saudara Rifqi Afkar A.Md selaku mentor 1 dan Maulana Yusuf A.Md selaku mentor 2. Kelas berlangsung cukup kondusif meskipun dilakukan lewat media sosial. Kelas ini membahas tentang komponen – komponen yang akan digunakan pada alat SISTAMIS, serta membahas fungsi dari masing – masing komponen yang akan digunakan.
Pada pelaksnaan KKN penulis juga sempat membantu desa untuk pembagian BLT-DD. Di desa Mengok sendiri terdapat 281 kepala keluarga yang menerima BLT – DD yang berasal dari 33 RT dari seluruh dusun yang ada di desa Mengok. Dengan rata – rata 8 KKsetiap RT-nya yang menerima bantuan dana sebesar 600 ribu.Â