Menjaga Keharmonisan dalam Keberagaman: Pendidikan PKn sebagai Kunci Kerukunan Sosial
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan mata pelajaran yang diajarkan di bangku sekolah. Yasila, & Najicha (2022) mendefinisikan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) ialah ilmu kajian yang pasti diajarkan bagi seluruh masyarakat Indonesia yang menjalani pendidikan dari jenjang Sekolah Dasar (SD) sampai jenjang perguruan tinggi.Â
Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) memiliki peranan yang sangat penting dalam dunia pendidikan. Sejak memasuki bangku sekolah dasar peserta didik sudah mendapatkan mata pelajaran ini. Tujuannya adalah agar peserta didik mulai sejak usia dini tertanamkan sikap nasionalisme, terutama sikap dalam menjaga keharmonis antar masyarakat. Selain itu, Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) juga sangatlah penting dalam menjaga keberagaman masyarakat.
Menjadi hal yang sudah diketahui oleh khalayak umum bahwa Indonesia merupakan negara dengan banyak keberagaman. Mulai dari keberagaman suku, budaya, ras, agama, kebudayaan, adat, dan masih banyak lagi. Wulandari, et al, (2024), berpendapat bahwa melalui Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), dasarnya peserta didik diajak untuk bisa masuk ke dunia yang terdiri dari keberagaman agama, ras, latar belakang, dan budaya. Keberagaman ini dapat memicu adanya perselisihan. Bukan hanya antara orang dewasa, namun perselisihan ini juga bisa terjadi pada peserta didik di sekolah. Perselisihan antarpeserta didik di sekolah sering kali disebabkan karena adanya perbedaan sikap, pendapat, atau juga latar belakang peserta didik.Â
Latar belakang peserta didik tentu berbeda dan tidak sama. Contoh sederhananya saja pada perbedaan latar belakang status sosial. Terdapat peserta didik yang berasal dari keluarga mampu dan ada pula peserta didik yang berasal dari keluarga yang serba kekurangan. Peserta didik yang berlatar belakang kurang mampu akan cenderung mendapatkan perlakuan sosial yang berbeda. Saat di sekolah peserta didik dengan ekonomi yang mencukupi lebih banyak memiliki teman, sedangkan peserta didik yang kurang mampu perekonomiannya cenderung dikucilkan dan hanya sedikit yang mau berteman dengannya. Hal ini tidak bisa dibiarkan berlarut hingga ke generasi yang akan datang. Perlu adanya solusi yang sesuai.Â
Melalui Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) peserta didik diajarkan mengenai nilai Bhineka Tunggal Ika. Bhineka Tunggal Ika mengajarkan bahwa walaupun di Indonesia memiliki banyak sekali perbedaan karena keberagaman yang ada tidak akan membuat warga negaranya terpecah belah. Selaras dengan maknanya Berbeda namun tetap satu jua. Semboyan dari bangsa Indonesia ini merupakan sebuah alat untuk menyatukan masyarakat yang beragam dan menjdi dasar guna mewujudkan persatuan dan kesatuan karena negara Indonesia ini membutuhkan suatu sarana yang bisa digunakan sebagai alat pemersatu keberagaman sehingga bisa menghindari konflik (Mansyur, et al, 2023).
Selain itu, Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) juga memberi pengetahuan mengenai hak dan kewajiban warga negara, serta mengenai pengembangan sifat dan nilai sosial yang diperlukan guna mencipta rasa kebersamaan. Pada konteks pembahasan ini, Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) memiliki fungsi sebagai alat guna membangun keserasian hubungan sosial di antara kemajemukan tengah-tengah rakyat Indonesia. Pertama dan paling penting, Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) memberi pengajaran mengenai konsep-konsep dasar yang mendukung kerukunan, seperti saling menghormati, toleransi, dan gotong royong.Â
Nilai-nilai yang diajarkan dalam Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dapat diterapkan guna menciptakan lingkungan sekolah yang inklusif dan harmonis. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mengajarkan peserta didik cara menghargai terhadap perbedaan, menegakkan keadilan dan kesetaraan, serta pendidikan karakter pada peserta didik.
Sikap menghargai terhadap perbedaan dapat diajarkan kepada peserta didik melalui kegiatan diskusi maupun proyek kelompok yang di dalamnya ada keterlibatan semua peserta didik. Saat peserta didik berdiskusi, mereka otomatis akan menyuarakan pendapat masing-masing yang pada akhirnya akan menyatukan semua opini untuk menuju satu kesepakan. Diskusi akan membuka ruang untuk mendengarkan pendapat yang tidak sama, sehingga dari situ dapat memahami satu sama lain. Melalui diskusi, setiap anggota/peserta didik akan jujur dan terbuka sehingga bisa mencegah konflik yang besar. Selain itu, dengan berdiskusi tentunya dapat terbangun hubungan yang kuat dengan peserta didik lain meskipun terdapat suatu perbedaan.
Menengakkan keadilan dan kesetaraan dapat dilakukan dengan menegakkan peraturan sekolah dengan konsisten dengan tanpa diskriminasi. Di sekolah semua peserta didik harus diperlakukan sama dan adil tanpa memandang latar belakang peserta didik. Untuk mengeratkan hubungan antarpeserta didik yang berasal dari beragam latar belakang, sekolah dapat menerapkan dengan melalui program mentoring antara peserta didik senior yang membantu peserta didik junior dari berbagai latar belakang. Hal ini bertujuan agar semua peserta didik memperoleh dukungan yang setara.
Selain dua metode di atas, lingkungan sekolah yang inklusif dan harmonis juga dapat tercapai dengan penanaman nilai-nilai moral. Hal ini dapat dilakukan dengan mengintegrasikan pendidikan karakter dalam kurikulum Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) untuk membentuk sikap saling menghormati, empati, dan tanggung jawab sosial. Nilai moral akan membantu peserta didik untuk memahami benar dan salah, sehingga mereka bisa saling menghormati dengan sesama peserta didik maupun dengan orang lain. Dengan penanaman nilai moral ini juga sekolah bisa menjadi tempat yang kondusif dan nyaman bagi semua peserta didik.