Mohon tunggu...
Laili Muttamimah
Laili Muttamimah Mohon Tunggu... -

Love to capture everything I see, draw everything I dream, and write everything I feel.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Biru pada Januari

7 Desember 2014   21:41 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:51 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Syiana mendengus, “Well, sepertinya lo menikmati hidup lo di sana.”

Laki-laki itu mengangguk, “Gue mendapatkan apa yang gue mau di sana.”

Jawaban itu seolah membentuk lubang dalam hati Syiana. Perempuan itu hanya tersenyum tipis sambil menatap hujan yang turun tanpa henti. Hujan yang menderu biru seolah melukiskan kekecewaan yang dirasakannya saat ini.

Pesanan laki-laki itu datang, ia berterimakasih pada sang pramusaji, dan menghirup aroma kopinya. Dalam setiap detik yang berjalan, Syiana hanya memandang laki-laki itu dalam kebisuan. Potongan rambut laki-laki itu telah berubah, tidak lagi gondrong seperti semasa sekolah dulu. Kumis tipis di atas bibirnya pun telah dicukur habis, begitu pun rambut halus di sekitar jambangnya. Sembilan tahun yang lalu, mereka duduk di tempat yang sama. Dengan pesanan yang sama, namun dalam situasi dan perasaan yang berbeda. Sembilan tahun bukanlah waktu yang cepat untuk menata kembali perasaan seperti sedia kala. Sembilan tahun sejak kata-kata pengakuan itu terucap, Syiana merasa dunianya seolah runtuh saat itu juga. Sembilan tahun tanpa laki-laki itu di hadapannya bukanlah hal yang mudah untuk berjalan tanpa memikirkan apa-apa. Ada kenangan yang mengaitkan mereka, ada perasaan yang membuat perasaan mereka seolah bertaut. Kini, ketika sosoknya tampak nyata di hadapan Syiana, emosi yang seharusnya memuncak itu justru tertahan dengan kebisuan yang mengendap.

“Lo masih minum kopi hitam? Pantesan kulit lo nggak putih-putih dari dulu,” ujar laki-laki itu.

“Dan lo masih minum apapun yang berbau green tea? Gue berani bertaruh lo bakal berubah jadi Hulk beberapa tahun lagi.”

Laki-laki itu tertawa, “So, everything’s gonna be better, right?”

Syiana hanya diam, menatap laki-laki itu dalam-dalam. “Ada perlu apa lo ajak gue ketemuan? Selain karena lo ada show di Jakarta dua hari ke depan.”

Gosh, lo sahabat gue sejak SMA. Kenapa lo musti heran kalau gue ajak lo ketemuan? Lo ingat, dulu kita selalu ke mana-mana bareng, kayak orang pacaran, dan itu sudah biasa, kan?”

Nggak biasa setelah lo pergi, Har. Syiana menelan bulat-bulat ucapan itu, lalu menundukkan kepala. Ia menggenggam cangkirnya kuat-kuat, menahan cerita lama yang seolah siap berputar dalam benaknya.

“Oh ya, Na, gue dengar film terbaru lo dapat rating tinggi, ya? Berani bertaruh, film itu nggak bakal terkenal tanpa scriptwriter hebat kayak lo. Lo memang jago nulis dari dulu,” puji laki-laki itu, lalu menyeruput kopinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun