Mohon tunggu...
lailia nur hamidah
lailia nur hamidah Mohon Tunggu... Lainnya - Penyuluh Agama Islam pada Kementerian Agama Kabupaten Banyuwangi

Content writer, sastra, education, religi, stories

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pahala Ibadah Sehari Penuh

18 September 2023   09:07 Diperbarui: 18 September 2023   12:24 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

          Dilema tentang peribadatan bagi umat muslim seringkali menimbulkan kegelisahan tersendiri. Ibadah yang menjadi kewajiban bagi diri muslim, Di sisi lain bekerja untuk menghidupi keluarga, menyelesaikan pekerjaan rumah tangga bagi IRT yang hampir tidak ada habisnya, menemani balita yang cenderung melelahkan, dan aktivitas lain yang sekilas seperti tak ada nilai ibadahnya ternyata bisa dijadikan ladang ibadah. Ketentuan ini disampaikan Imam Nawawi dalam kitab karangannya yang berjudul Arbain Nawawi pada hadist pertama.

: :
.


Dari Amirul Mukminin Abu Hafsh 'Umar bin Khaththab radhiyallahu 'anhu berkata: aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Sesungguhnya amal itu tergantung dengan niatnya dan setiap orang akan mendapatkan sesuai dengan niatnya. Maka, barangsiapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, dan barangsiapa yang hijrahnya kepada dunia yang ingin diraih atau wanita yang ingin dinikahi maka hijrahnya kepada apa yang dia berhijrah kepadanya."

Diriwayatkan oleh dua imam ahli hadits: Abu Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin al-Mughirah bin Bardizbah al-Bukhari dan Abul Husain Muslim bin Hajjaj bin Muslim al-Qushairi an-Naisaburi di kedua kitab Shahihnya yang merupakan dua kitab paling shahih yang pernah disusun. Shahih al-Bukhari (no. 1, 54, 2529, 3898, 5070, 6689, 6953), Shahih Muslim (no. 1907).

            Pada hadist tersebut dijelaskan hijrahnya seseorang jika diniati ibadah ,maka akan bernilai ibadah. Sedangkan hijrah jika diniati sekedar mencari harta duniawi atau mengejar wanita yang ingin dinikahi, maka hanya mendapatkan sesuai dengan niatnya.

            Niat merupakan tujuan yang dibersamakan dengan pekerjaannya. Mau bagaimana, mau jadi apa pekerjaan saya nanti bergantung bagaimana niatnya. Sedangkan keberadaan niat ini tujuannya untuk mebedakan antara ibadah dan selain ibadah. Sebagai contoh, shalat jika diniati shalat akan jadi ibadah, namun jika tidak diniati shalat maka hanya akan menjadi gerakan olahraga.

            Demikian pula dengan setiap aktivitas yang kita lakukan selama sehari semalam. 24 jam tentu kita sudah melakukan banyak sekali aktivitas baik yang bersifat ibadah maupun yang bukan. Namun semua itu jika sejak awal diniatkan untuk ibadah kepada Allah, maka akan bernilai ibadah yang kelak menjadi bekal kita di akhirat. Niat yang paling baik dikerjakan di awal. Dengan demikian penting sekali bagi kita untuk terlebih dahulu meniatkan segala aktivitas yang dilaksanakan dalam sehari itu untuk beribadah kepada Allah. Untuk itu alangkah baiknya jika sebangun dari tidur kita niatkan apapun yang kita lakukan dalam sehari itu untuk beribadah kepada Allah swt.

            Bekerja untuk menafkahi keluarga merupakan sebuah kewajiban. Sekalipun sekilas seperti hanya aktivitas duniawi, jika diniatkan dalam rangka menjalankan kewajiban untuk menyambung hidup, supaya dapat beribadah kepada Allah maka akan bernilai ibadah. Menyelesaikan pekerjaan rumah tangga jika diniatkan ibadah kepada Allah, maka lelahnya juga akan bernilai ibadah. Makan jika diniatkan untuk mengisi tenaga supaya ada kekuatan untuk dapat beribadah kepada Allah, maka tidak hanya dapat kenyangnya, tapi juga dapat ibadahnya.

            Ibadah sehari penuh dengan strategi niat memang tak banyak diketahui orang. Bahkan tak jarang ditemui orang yang hanya melaksanakan ibadah saja, i'tikaf di masjid sampai berhari-hari. Dakwah kesana kemari sampai meninggalkan bekerja, meninggalkan keluarga dengan tujuan ibadah ini dirasa kurang tepat. Karena sebagai umat wasath kita harus seimbang dalam manjalankan pekerjaan ukhrowi dan duniawi. Kita perlu mempersiapkan bekal akhirat, tapi kita juga harus mencukupi kebutuhan duniawi untuk dapat menggapai tujuan akhirat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun