Mohon tunggu...
Lailatuz Zahro
Lailatuz Zahro Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN Gusdur Pekalongan

Introvert

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Self Harm: Tren Melukai Diri yang Patut Diwaspadai

9 Desember 2023   12:58 Diperbarui: 9 Desember 2023   13:34 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Dalam beberapa waktu ini berita Indonesia dipenuhi dengan kasus anak-anak yang melukai diri karena mengikuti tren barcode Korea. Barcode Korea muncul di sosial media dan menjadi boomerang bagi kita semua. Terutama orang tua yang terkadang tidak begitu peduli dengan kondisi anaknya dan sekarang justru ada konten yang berbahaya bagi anak mereka. Tren ini merupakan tren melukai diri sendiri dengan berbagai alasan baik alasan psikologi, keluarga, pertemanan, bahkan urusan pendidikan dan percintaan.

Seseorang yang memiliki perilaku menyakiti diri sejatinya tidak bertujuan untuk mengakhiri hidup. Hanya saja hal itu menjadi salah satu bentuk teriakan permintaan tolong karena sebelumnya suara mereka tidak pernah didengar. Tidak hanya itu seseorang yang melukai diri biasanya identik dengan keinginan untuk lebih diperhatikan lagi. Bahkan lebih jauh perilaku ini mengindikasikan bahwa seseorang merasa rendah diri atas nilai dan kapasitas yang dimiliki, sehingga mereka melukai diri dengan maksud untuk menghukum dirinya atas ketidakberdayaan mereka.

Dikutip dari jurnal Self-Harm or Self-Injuring Behavior by Adolescents oleh Thesalonika dan Apsari (2021) self-harm atau self-injury merupakan perilaku menyakiti diri sendiri untuk mengatasi rasa sakit emosional tanpa bertujuan untuk bunuh diri. Non-Suicidal Self-Injury (NSSI) merupakan perilaku menyakiti diri dengan sengaja sehingga menyebabkan bekas luka, pendarahan, dan rasa sakit pada bagian tubuh tertentu, hanya saja perilaku tersebut tidak berupaya untuk mengakhiri hidup.

Pelaku self-harm biasanya menggoreskan benda tajam ke pergelangan tangan atau menyayat tangan mereka sendiri. Hal ini selaras dengan yang dikatakan Larsen (2004), bahwa self-harm atau self-injury dilakukan dengan sengaja tanpa berniat untuk bunuh diri, hanya sebagai usaha untuk melepaskan beban batin dengan cara menyayat diri (self-cutting) dengan benda tajam agar memberikan luka fisik atas tekanan batin yang dimilikinya.

Faktor yang Memengaruhi Self Harm

Kesepian

Kesepian menjadi salah satu faktor yang mendorong seseorang melukai diri. Hal ini bisa dikarenakan pelaku merasa rendah diri karena memiliki kekurangan dalam komunikasi sehingga kesulitan untuk berinteraksi dengan orang lain. Akhirnya yang terjadi pelaku memilih untuk menjauh dari keramaian publik dan self-harm bisa terjadi saat seseorang sudah jenuh dengan keadaan yang tidak memberi energi positif pada diri.

Kesulitan Beradaptasi dengan Masalah yang Ada

Bagi anak muda yang terbiasa hidup dalam kemewahan dan kenyaman serta lingkungan yang baik dan di waktu lain tiba-tiba pengalaman buruk menimpa ini akan membuat orang tersebut kesulitan beradaptasi dengan apa yang ada. Apalagi sebelumnya pelaku self-harm tersebut tidak mendapat edukasi terkait persiapan terhadap hal-hal di luar kendali mereka. Karena kesulitan tersebut seseorang berpotensi besar melukai dirinya sebagai usaha untuk melepas beban pikiran dan menarik perhatian lagi.

Hubungan dengan Orang Tua yang Tidak Baik

Hubungan orang tua dan anak yang buruk menjadi penyebab seorang anak sering melukai dirinya karena merasa itu satu-satunya cara untuk melepaskan perasaan yang tidak bagus. Hubungan buruk tersebut bisa jadi menyebabkan anak-anak merasa frustrasi terhadap keadaan. Dimana orang tua terlalu banyak menuntut ke anak tanpa mempertimbangkan dari pihak anaknya bagaimana.

Dampak Negatif Self Harum

Dari faktor yang ada tersebut, self-harm  juga berdampak pada pelaku Baik secara fisik maupun psikologis. Berikut dampak self-harm bagi seseorang: 


Memberi Bekas Luka Fisik

Pada awalnya melukai diri dilakukan memang untuk menghilangkan beban pikiran atau perasaan yang tidak baik, akan tetapi hal ini terjadi sementara saja karena tindakan tersebut tidak mengatasi masalah yang ada. Bahkan self-harm yang melibatkan benda tajam dapat memberi bekas luka pada fisik yang dilukai. Sehingga justru menambah beban pikiran bagi pelaku karena malu atau merasa rendah diri atas bekas luka yang dimiliki pada tubuh mereka. Selain itu pelibatan benda tajam juga dapat merusak jaringan fisik dan memengaruhi kesehatan fisik lebih lanjut.

Emosi yang Belebihan

Semakin seseorang melukai diri bekas luka pun semakin banyak dan akan terlihat mengerikan bahkan oleh diri sendiri. Perasaan seperti malu, sedih, membenci diri karena bagian tubuhnya tidak lagi seindah dulu dapat memperparah keadaan psikologis pelaku self-harm. Sehingga pelaku lebih sering mengurung diri di rumah dan mengurangi interaksi dengan orang lain. Hal tersebut mengakibatkan seseorang akan lebih merasa rendah diri karena merasa kehidupannya berbeda dengan orang lain dan akhirnya memengaruhi kesehatan mental orang tersebut.

Kesehatan Mental yang Menurun

Zainal Aqib (2021) mendefinisikan kesehatan mental sebagai pengetahuan dan tindakan memaksimalkan potensi dan bakat yang dimiliki sehingga mendorong seseorang untuk hidup lebih bahagia. Seseorang yang mampu membahagiakan dirinya sendiri dia pun mampu membahagiakan orang lain. Sehingga gangguan-gangguan dan penyakit jiwa dapat dihindari.

Melihat bagaimana maraknya tren barcode Korea di sosial media yang akhirnya ditiru oleh anak-anak. Hal ini menjadi tanggung jawab orang dewasa untuk lebih waspada terhadap apa yang mereka konsumsi dari sosial media. Selain itu seharusnya itu mengingatkan kita sebagai orang dewasa agar lebih memerhatikan kondisi dan perasaan mereka. Dengarkan cerita mereka tanpa bantahan dan penilaian yang negatif. Karena meski mereka masih anak-anak tapi tetap memiliki perasaan yang layaknya orang dewasa ingin dimengerti.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun