Nama  : Lailatus Sholihah
Nim   : 43220010184
Kelas  : Teori Akuntansi (CU-116)
Dosen Pembimbing : Apollo, Prof, Dr, M.Si.Ak, CIFM, CIABV, CIBG
UNIVERSITAS MERCUBUANA
TUGAS BESAR 2 TEORI AKUNTANSI PENDEKATAN SEMIOTIKA
- Pendekatan Semiotika Menurut Roland Barthes
Semiotika atau semiologi yang dikemukakan oleh Roland Barthes adalah pemikiran ilmu tentang tanda. Roland Barthes lahir pada tanggal 12 November 1915 dan meninggal pada pada 26 Maret 1980 adalah seorang tokoh utama dalam kajian Bahasa sastra, budaya, dan media, baik sebagai penemu maupun pembimbing.Â
Tanda yang dimaksud dalam semiotika tersebut ialah alat praktik manusia yang dibuat secara khusus untuk tujuan komunikasi dan memiliki arti luas juga seperti dapat memenuhi fungsi lain selain tujuan komunikasi murni atau asli. Semiotika adalah suatu ilmu yang mempelajari tanda makna dalam kehidupan manusia.Â
Pada awalnya manusia harus memiliki kemampuan untuk menemukan makna pada setiap masalah sosial yang terjadi di sekitarnya atau sekelilingnya.Â
Dalam semiotika, komunikasi memiliki inti yaitu sebagai dipandang untuk mediasi atau pertukaran tanda-tanda secara intersubjektif. Komunikasi dapat menjelaskan dan mengembangkan penggunaan bahasa dalam sistem-sistem tanda lainnya dan bentuk pertukaran (mediasi) antar perspektif yang bervariasi.Â
Semiotika merupakan suatu cabang ilmu yang mempelajari suatu tanda dan proses yang memiliki hubungan dengan tanda seperti sistem tanda dan proses yang bertindak sebagai penggunaan suatu tanda.Â
Tanda adalah seperangkat yang dapat digunakan dalam upaya usaha mencari jalan di seluruh belahan di dunia ini, di tengah-tengah manusia dan bersamaan dengan manusia.Â
Dalam istilah Barthes ialah pada dasarnya bermaksud mempelajari bagaimana sisi kemanusiaan (humanity) memaknai berbagai macam hal-hal (things) dan memaknai sesuatu (to sinify) dalam hal ini kita tidak dapat campuradukkan semua hal dengan komunikasi tersebut (to communicate).Â
Dalam hal ini tidak lagi berbicara tentang tanda, tetapi tentang makna dalam suatu tanda tersebut apa. Tanda terdiri dari dua yaitu, penanda dan petanda.Â
Penanda adalah tingkat ekspresi atau makna dari tanda tersebut, dan petanda adalah tingkat isi atau makna dari sebuah tanda tersebut. Linguistik (atau linguistik) adalah studi yang mempelajari tanda-tanda yang dibuat secara cuma-cuma untuk tujuan komunikasi. Barthes dinilai sangat kritis dalam buku semiotika dan sangat berkontribusi terhadap semiotika yang tergolong memiliki permasalahan.Â
Subjek karya ini akan menjadi dakwaan utama yang dibuat oleh Krampen dan lain-lain terhadap Barthes: Hubungan antara linguistik dan semiotika yang didefinisikan oleh Saussure diputar-balikkan oleh Barthes.Â
Dengan demikian beliau akan mereduksi semiotika menjadi linguistik; Misalnya pada monografnya tahun 1970 "L'empire des signes" Roland Barthes memberikan kesan yang ia dapatkan selama tinggal di Tokyo/Jepang.Â
Tenggelam dalam budaya asing dengan akar Buddhis terdalam ia melaporkan tentang "tanda-tanda kosong" tersebut. Sebuah "tanda-tanda kosong" akan mendekati peristiwa atau kejadian Satori Zen yaitu dari pengalaman transitif tanpa subjek atau atribut. Saussure melihat tanda sebagai permulaan antara bentuk (citra oleh seseorang, bisa berupa gambar ataupun teks) dan makna (arti yang dapat dipahami oleh seseorang terhadap suatu tanda tersebut).Â
Saussure mengunakan istilah penanda (signifier) dan petanda (signified). Sebagai contoh kata "Meja merupakan penanda dari konseptual (petanda) benda yang memiliki kayu yang berbahan dasar yang dapat digunakan untuk belajar, makan dan lain sebagainya. Oleh karena itu, suatu tanda adalah aspek penting yang harus kita ketahui dengan maksud dapat kita maknai dan dapat dipahami.Â
Menurut Barthes, 2001:180 penanda ialah suatu komponen Bahasa yang penting yang harus kita dengarkan untuk dibaca dan ditulis sedangkan petanda adalah suatu pikiran dan konsep dan bermaksud sebagai spiritual Bahasa. Hubungan Saussurian antara linguistik dan semiotika, menurut Krampens-krampens, telah umpan balik oleh Barthes. Barthes termasuk di antara mereka semua yang mengikuti tokoh Saussure yang menerapkan prinsip-prinsip linguistiknya pada sistem tanda non-linguistik.Â
Barthes melakukan suatu percobaan semiologi secara umum agar dapat menemukan aturan semiotika (aturan yang bertindak untuk semua sistem tanda) tetapi tidak harus atau tidak wajib. Dalam karyan "Elements of Semiology", Barthes mengambil atau adopsi konsep Saussur tentang langue, parole, langage, signifier, signified, and syntagmatic dan hubungan asosiasi yang dapat digunakan sistem kata untuk hubungan asosiasinya. Beliau awalnya menggenerealisir konsep linguistik ke suatu sistem tanda non-linguistik.Â
Oleh demikian, memindahkannya ke konsep semiologis umum. Namun, Barthes dengan tegas menekankan karakter percobaan dari usaha upaya ini untuk "mengusulkan sebuah terminologi dan untuk menelitinya yang berharap mungkin akan cocok untuk menghasilkan suatu tatanan tersebut.
 Dalam strukturnya Barthes dapat menyimpulkan struktur sistem tanda komunikatif non-utama (misalnya baju atau pakaian) dari struktur sistem tanda terutama komunikatif atau linguistik. Krampen mengkhawatirkan karena kurangnya diferensiasi atau suatu perbedaan.Â
Oleh karena itu, Barthes melakukan tugas untuk mencari perbedaan struktural antara sistem tanda yang berbeda sejak awal mula. Dengan demikian, Barthes diduga tidak memiliki perbedaan antara semiologi penandaan dan semiologi tanda. Tanda tersebut digunakan untuk alat praktik manusia yang dibuat khusus dan untuk tujuan berkomunikasi, seperti tanda linguistik yang sudah kita ketahui.
- Arti Penting Pemikiran Semiotika Roland Barthes
Roland Gerard Barthes (lahir pada 12 November 1915 dan meninggal pada 26 March 1980), menulis buku dengan tema "The Death of the Author" tahun 1967. Beberapa Asumsi Semiotika Roland Barthes:
[a] Kebudayaan sebagimana Sistem Bahasa, sebagaimana membaca teks
[b] Kehidupan Manusia adalah Tanda-tanda atau Simbol dan
[c] Makna dan Teks lahir tidak Netral secara Politik, mempertahankan Status Quo dan tidak mampu memahami dunia apa adanya; maka lahirlah "MITOS", Roland Barthes menyajikan model teoritis secara MITOS. Pernyataan pertamanya adalah pernytaan yaitu mitos. Namun, mitos bukan sembarang pernyataan melainkan bahasa yang membutuhkan kondisi khusus untuk menjadi mitos tersebut. Tesis dasar Barthes adalah segala sesuatu dapat menjadi mitos yang memiliki batasan formal, tetapi tidak memiliki batasan substantive. Tidak ada satupun yang bukan buatan manusia yang secara alamiah dapat mampu menjadi sebuah mitos. Berikutnya, mitos tidak terbatas pada bahasa literal tetapi setiap sistem semiologis dapat membawa pernyataan mitos. Menurut Barthes, semiologi berhak mendapat perlakuan gambar dan bahasa dengan cara yang sama karena alasan yang sangat sederhana yaitu beliau tidak mengatakan apapun tentang keduanya selain keduanya adalah tanda.
- Semiotika Dalam Akuntansi
Akuntansi dapat juga kita katakana sebagai bahasa, karena akuntansi memiliki karakteristik leksikal maupun gramatikal (Belkaoui 1980:363). Dapat diartikan sebagai karakteristik tersebut ialah sebagai akuntansi yang memiliki symbol-simbol bahasa atau tatanan yang tepat untuk simbolik yang menunjukkan pada suatu makna atau realitas tertentu. Dari kedua karakteristik tersebut dapat dikatakan sebagai suatu komponen dari sebuah bahasa.Â
Hal ini dapat dimaksudkan dengan pernyataan Belkoui (1989: 282) yang mengatakan bahwa "Kami mengidentifikasi dua komponen bahasa, simbol atau karakteristik leksikal dan aturan tata bahasa". Mengingat efek komunikatif merupakan sasaran penyampaian informasi dari penyedia informasi kepada pengguna informasi, maka mengungkapkan bahasa haruslah tepat sehingga maknanya dapat diinterpretasikan sebagaimana dengan makna yang dimaksud.Â
Bahasa dalam akuntansi menggunakan istilah tanda atau simbol ataupun dokumen seperti dalam laporan laba rugi dan laporan posisi keuangan (Errol, 1971: 53). Salah satu tanda adalah laba (Macintosh et al, 2000: 38). Laba pada profesi yang berbeda memiliki makna yang berbeda, misalnya laba bagi guru memiliki makna yang berbeda dengan laba bagi seorang akuntan (Sari, 2010).Â
Hal ini dikarenakan setiap individu memiliki perasaan, pengalaman atau pengetahuan dan latar belakang yang berbeda sehingga menghasilkan persepsi yang berbeda-beda. Dalam tulisan kritis filosofisnya, Macintosh et al. (2000) mengemukakan bahwa saat ini akuntansi berhadapan langsung dengan transaksi-transaksi ekonomi yang semakin kompleks atau rumit, termasuk dalam penggunaan nilai moneter sebagai unit pengukuran dari suatu transaksi tersebut.Â
Dalam keadaan tersebut, simbol laba (income) dan modal (capital) tidak memiliki denotasi pada objek dan peristiwa yang nyata. Dalam kajian Macintosh et al., simbol laba akuntansi hanya merupakan tidak memiliki dasar realitas murni (pure simulacra), yang berarti bahwa referen atau denotasi laba akuntansi adalah pada ehidurpan sendirinya dan yang dapat berputar pada dirinya sendiri membentuk dunia hiperrealitas.Â
Macintosh et al. (2000) juga memiliki pendapat bahwa tidak hanya terbatas atau tidak ada pada simbol laba tetapi banyak simbol akuntansi yang tidak memiliki penjelasan lebih lanjut secara jelas dan benar pada objek pada peristiwa atau kejadian yang benar-benar ada buktinya, sehingga akuntansi tidak secara menyeluruh menjalankan fungsinya sesuai logika representasi, pertanggungjawaban, atau penyajian informasi ekonomi secara transparan dan menyeluruh.
 Berbeda dengan Macintosh et al. (2000), tetapi masih dengan subtansi yang sama, Mattessich (2003, 452) mengemukakan bahwa semua simbol akuntansi - kata dan angka - selalu memiliki relasi dengan realitas denotasinya, namun realitas denotasinya memiliki berada pada tingkatan yang berbeda-beda.Â
Khususnya untuk simbol laba (income) misalnya, Mattessich menyatakan bahwa realitas denotasi atas simbol laba tersebut tidak berada pada tingkatan realitas ragawi, tetapi berada pada tingkatan "realitas sosial" (social reality) yang artinya, realitas tersebut menjadi "tersedia" karena kesepakatan yang terjadi dalam komunitas akuntansi tersebut ada ataupun tersedia.Â
Berbagai pendapat yang berbeda tentang relasi antara simbol laba dengan realitas denotasinya sebagaimana diungkapkan melalui kajian kritis filosofis dari Macintosh et al. (2000) dan Mattessich (2003) tersebut, memberitahukan adanya peluang yang akan terjadi perbedaan antara interpretasi laba akuntansi dalam sebuah ruang berkomunikasi.Â
Perbedaan interpretasi laba akuntansi ini akan mempengaruhi efektivitas komunikasi informasi laba itu sendiri, karena realitas yang sebenarnya ialah ingin direpresentasikan oleh simbol laba ternyata akan diinterpretasikan secara berbeda oleh berbagai pihak yang terlibat dalam komunikasi. Jika hal ini terjadi, maka efek pengaruhnya yang diinginkan dalam pengkomunikasian laba akuntansi tidak tercapai karena respon terhadap informasi menjadi bias atau tidak tentu.
1. Semiotika Laba Pada Tataran Sintatik
Pada tataran sintaktik secara struktur, konsep laba secara jelas dioperasionalkan atau dijalankan dalam tahapan transaksi akuntansi sebagai hasil yang dikaitkan atau penandingan (matching) antara penghasilan dan beban. Para informan secara umum telah memahami fakta yang dapat menunjukkan bahwa konsep laba pada tataran sintaktik ini.Â
Pemahaman para informan atas laba akuntansi ialah sebagai selisih antara penghasilan dan beban merupakan perwujudan sebagai suatu pernyataan dari kesadaran (consciousness) mereka yang terkait dengan skema-skema dalam proses memperoleh pengetahuan mereka dan konsisten dengan pernyataan Wilber (1997) tentang kesadaran manusia dalam sikap psikologi kognitif tersebut. Saat membaca atau mendengar kata "laba", rangkaian dalam proses memperoleh pengatahuan informan yang terkait dengan "laba" secara aktif dan otomatis dapat menghasilkan sehingga para informan sadar bahwa tidak mungkin mempertimbangkan tentang laba tanpa mempertimbangkan tentang penghasilan dan beban.
2. Semiotika Laba Pada Tataran Pada Semantik
Walaupun para informan secara bersamaan memahami laba sebagai hasil penandingan atau yang dapat dikaitkan antara pendapatan dan beban, tetapi mereka juga memaknai angka atau transaksi laba akuntansi hasil perhitungan struktural tersebut secara bervariasi. Realitas detonasi angka atau transaksi laba akuntansi dalam rangkaian penafsiran para informan dapat dikelompokkan sebagai berikut:
(a) hasil usaha tunai;
(b) kenaikan kemampuan ekonomik perusahaan; dan
(c) label perubahan realitas ekonomik perusahaan.
Hasil Usaha Tunai, Secara tersirat maupun tersurat, pemaknaan angka laba akuntansi sebagai hasil usaha tunai dapat diberikan oleh Franky Hardi (investor individual). Pemaknaan laba sebagai hasil usaha tunai oleh informan tersebut mengisyaratkan bahwa dalam pikirannya, laba adalah hasil usaha bersih yang dapat diperoleh secara langsung dan dapat dinikmati atau dikonsumsi. Pemahaman informan tentang laba tersebut sangat terikat dengan aktivitas praktiknya.Â
Franky Hardi mempraktikkan investasi dalam sekuritas (saham) emiten serta unit yang menyertai reksadana dengan suatu tujuan utama untuk memperoleh pendapatan secara riil atau nyata berupa uang dari suatu dividen yang dapat diberikan oleh emiten dan hasil investasi yang diberikan oleh perusahaan reksadana tersebut.
Kenaikan Kemampuan Ekonomik Perushaan, Manajer keuangan, analis kredit, penasihat investasi, dan investor (kecuali Franky Hardi) memahami bahwa laba akuntansi dapat diukur berdasarkan asas akrual (dalam pembukuan yang menganggap biaya dan pendapatan bukan hanya jumlah yang dibayarkan atau diterima saja), sehingga mereka menyadari bahwa angka laba akuntansi tidak selalu riil atau nyata berwujud uang tunai tetapi dapat berwujud non-tunai seperti kredit.Â
Oleh karena itu, mereka juga mengutarakan pendapata laba akuntansi sebagai tambahan kemampuan ekonomik perusahaan, yang sifatnya bisa bervariasi atau bermacam-macam jenisnya. Penafsiran laba sebagai kenaikan kemampuan ekonomik perusahaan tersebut mengisyaratkan bahwa dalam tanggapan informan, laba adalah hasil usaha bersih yang tidak dapat secara langsung dinikmati atau dikonsumsi.Â
Dalam hal ini, Cipta Raharja (investor) mempertegas bahwa, Kenaikan kemampuan ekonomik perusahaan memang tidak sungguh-sungguh riil atau nyata sebelum perusahaan memperlihatkan kemampuan tersebut dalam bentuk pembayaran dividen kepada pemegang saham. Sedangkan laba yang belum dibagikan sebagai dividen, tetap menggambarkan keadaan kemampuan ekonomik yang tidak nyata tersebut.
Label Perubahan Realitas Ekonomik Perusahaan, Akuntan manajemen, akuntan publik dan akuntan pendidik mengutarakan pendapat laba akuntansi sebagai perubahan realitas ekonomik perusahaan, yang pada dasarnya bermakna serupa dengan perubahan kemampuan ekonomik perusahaan seperti yang diutarakan pendapat oleh kelompok informan lainnya tersebut di atas. Sebagai perubahan realitas ekonomik perusahaan, laba akuntansi tidak selalu menggambarkan sesuatu aliran kas masuk neto yang diperoleh perusahaan dari aktivitas bisnis dalam suatu periode pelaporan akuntansi.Â
Angka laba akuntansi yang dilaporkan pada periode sekarang dapat menggambarkan sesuatu aliran kas masuk neto yang masih akan terjadi di masa yang akan datang atau masa depan, maupun perwakilan arus aliran kas masuk neto yang sudah terjadi pada masa lampau. Oleh karena itu, dalam rangkaian tanggapan seorang akuntan, laba akuntansi lebih dapat dan tepat diartikan sebagai "label" dari perubahan realitas ekonomik perusahaan yang terukur dan struktur dalam satuan unit uang.Â
Penafsiran laba sebagai label perubahan realitas ekonomik perusahaan tersebut mengisyaratkan bahwa dalam tanggapan akuntan, laba bukanlah hasil usaha bersih yang secara riil atau nyata dapat langsung dinikmati atau dikonsumsi. Penafsiran laba akuntansi sebagai label perubahan realitas ekonomik perusahaan merupakan perwujudan sebagai suatu pernyataan dari pemahaman akuntan bahwa pendapatan dan beban dapat diukur berdasarkan pendekatan neraca (balance sheet approach), bukan pendekatan laba-rugi (income statement approach).Â
Oleh karena itu, akuntan menyatakan bahwa tanggapan atas laba akuntansi harus dilakukan dalam pengawasan akuntansi, karena akuntansi memiliki kesepakatan atau aturan tertentu yang mungkin beragam dengan pengawasan lainnya.
3. Semiotika Laba Pada Tataran Pragmatik
Penafsiran atau penjelasan informan atas laba akuntansi pada tataran sintaktik maupun semantik merupakan salah satu faktor yang melandasi tanggapan mereka tentang kebermanfaatan informasi laba pada tataran pragmatik. Dalam bingkai pengalaman, kepentingan dan kebutuhan kegiatan praktiknya para informan, kebermanfaatan informasi laba akuntansi adalah:
(a) alat bantu untuk memahami realitas ekonomik;
(b) dasar pengambilan keputusan keuangan; dan
(c) indikator likuiditas perusahaan.
A. Apa yang dimaksud dengan teori laporan keuangan sebagai tanda atau ilmu semiotika?
Telah disebutkan di awal bahwa sesuai dengan dasar tanda, penjelasan dari informan atas laba akuntansi merupakan "tanda baru", "teks baru" atau "kode baru" yang dapat muncul dalam konteks tertentu dan menggambarkan sesuatu realitas tertentu pula. Pada tingkatan ini, realitas baru yang merupakan petanda (signified) dari penjelasan informan atas laba akuntansi yang telah dijelaskan. Akuntansi berkepentingan dengan proses menyediakan dan penyampaian informasi sebagai syarat salah satu komunikasi bisnis sehingga akuntansi disebut sebagai bahasa bisnis (the language of business).Â
Bahasa merupakan bagian utama atau pokok dalam hal berkomunikasi. Pesan dan makna yang ada dipikiran pengirim dapat disimbolkan atau ditandai dengan bentuk ungkapan bahasa yang tepat supaya makna tersebut dapat ditafsirkan serupa seperti yang dimaksudkan dan tidak terjadi kesalahpahaman dalam artiannya. Semiotika merupakan bagian hasil mengkaji yang membahas teori umum tentang tanda-tanda (signs) dan simbol-simbol dalam bagian linguistik. Linguistik merupakan salah satu bagian hasil mengkaji ilmu bahasa yang membahas fonetik, gramatika, morfologi, dan makna kata atau ungkapan bahasa.Â
Akuntansi keuangan yang dikenal luas sekarang ini mulai mengembangkan dasar premis bahwa investor dan kreditor adalah pihak yang menjadi sasaran pusat informasi. Efek komunikasi yang ingin dicapai adalah agar pihak yang ditunjukkan tersebut bersedia mengumpulkan atau menanam saham ke dalam kegiatan ekonomik yang dibutuhkan masyarakat melalui perantara perusahaan. Karena perilaku investor dan kreditor menjadi sasaran pengubah sesuatu, pesan (message) yang ingin disampaikan mengenai perusahaan adalah misalnya likuiditas, solvabilitas, dan profitabilitas.Â
Dapat beranggapan pesan tesebut merupakan saran dalam pengambilan keputusan investor dan kreditor untuk perusahaannya. Teori akuntansi semiotika berfokus pada pembahasan pada masalah penyimbolan dunia nyata atau realitas (kegiatan perusahaan) ke dalam tanda bahasa akuntansi (elemen-elemen dalam statemen keuangan) sehingga seseorang akan mendapatkan hal dapat dibayangkan kegiatan fisis perusahaan tanpa harus secara langsung membuktikan kegiatan tersebut. Teori ini berusaha untuk menjawab apakah elemen-elemen statemen keuangan benar-benar menggambarkan suatu keadaan dimana yang memang dimaksudkan dan untuk menyakinkan bahwa makna yang terkandung dalam simbol pelaporan tidak dapat disalahartikan oleh pemakai atau pengguna.Â
Teori ini berusaha untuk mencarikan dan merumuskan makna-makna komplek dalam pelaporan keuangan. Oleh karena itu, teori ini banyak membahas pendefisinian atau pengertian makna elemen (objek), pengidentifikasian atribut atau karakteristik elemen sebagai pendefisinian, dan penentuan jumlah rupiah (pengukuran) elemen sebagai salah satu atributnya.
B. Kenapa laporan keuangan sebagai tanda atas ilmu semiotika
Laporan keuangan mempunyai peranan yang sangat penting bagi terjadinya suatu komunikasi antara pihak manajemen dengan pihak lain yang memiliki kepentingan yang serupa seperti investor, penerbit saham (issuer), dan penjamin emisi. Laporan keuangan dapat dilihat sebagai sarana untuk mempertanggungjawabkan semua hal yang bersangkutan untuk melakukan manajer atas sumber daya pemilik (Belkaoui, 1993).Â
Dengan demikian, laporan keuangan merupakan media untuk mengukur kinerja suatu perusahaan yang diinginkan untuk dapat menyediakan informasi yang dapat berguna atau bermanfaat bagi pihak yang memiliki kepentingan atau berkepentingan dalam mengevaluasi keberhasilan perusahaan.Â
David (2002) mengatakan bahwa pada dalam pengembangannya, pelaporan keuangan yang disifatkan dalam annual report tidak hanya menyajikan informasi kuantitatif tetapi juga menyajikan informasi lain seperti teks, foto, tabel, grafik dan narrative text. Narrative text di dalam pelaporan keuangan perusahaan antara lain meliputi pidato atau kata sambutan yang disampaikan oleh direktur dan komisaris serta analisis manajemen. Pelaporan keuangan perusahaan merupakan sarana yang digunakan untuk melakukan komunikasi pertanggungjawaban manajemen kepada pemilik sumber daya (Belkaoui, 1993). Menurut SFAC No 1 (FASB, 1978) tujuan dari laporan keuangan adalah dapat menyediakan:
1. Informasi yang berguna dalam pengambilan suatu keputusan investasi atau hal besar lainnya;
2. Informasi yang berguna dalam pengambilan keputusan kredit untuk seperti apa kedepannya;
3. Informasi dalam menilai arus kas di masa masa yang akan datang;
4. Informasi mengenai sumber daya perusahaan, memberi klaim terhadap sumber daya dan perubahan yang terjadi pada sumber daya tersebut.
Pelaporan keuangan bukan semata-mata berisi informasi yang bersifat kuantitatif saja (laporan keuangan yang telah diaudit), melainkan berisi juga informasi lain yang dapat berkaitan dengan informasi yang dapat disajikan dalam sistem akuntansi yang digunakan atau dipakai. Wolk et al (2004) mengatakan bahwa pelaporan keuangan perusahaan meliputi laporan keuangan yang telah diaudit yang sesuai dengan segala prinsip akuntansi yang secara umum dan media pelaporan lain yang digunakan untuk menyampaikan informasi bagi para pihak yang berkepentingan dan menggunakan.
C. Bagaimana laporan keuangan sebagai tanda atau ilmu semiotika
Tuntutan informasi dalam suatu bagian untuk pengambilan keputusan membuat lingkup kinerja di dalam pelaporan keuangan semakin berkembang. Perkembangan tersebut dikembangkan ke dalam model pelaporan baru yang disebut dengan integrated reporting atau annual report yang telah terintegrasi.Â
Sehingga pelaporan keuangan dapat dikatakan sebagai sebuah bahasa bisnis (business language). Jika membahas mengenai komunikasi, tidak dapat dihindarkan dari bahasa. Dengan demikian juga pada pelaporan keuangan pada annual report yang di dalamnya terdapat narrative text.Â
Narrative text yang ditemukan di dalam annual report mengandung aspek semiotika. Semiotika merupakan bagian hasil mengkaji yang membahas teori umum tentang tanda-tanda (signs) dan simbol-simbol dalam bagian linguistik (Suwardjono, 2005). Semiotika dalam bagiannya terbagi menjadi tiga tataran yaitu semantik, sintaktik dan pragmatik.Â
Teori akuntansi sintaktik merupakan teori yang meninjau untuk membahas masalah-masalah yang terkait dengan bagaimana aktivitas perusahaan yang telah disimbolkan secara semantik dalam bentuk elemen-elemen keuangan dapat diwujudkan dalam bentuk statemen keuangan. Simbol yang kita pahami atau yang dimaksud adalah seperti aset, utang, pendapatan dan lainnya. Pada teori akuntansi pragmatik, fokus pembahasan berorientasi pada pengaruh informasi terhadap perubahan pengguana pada pemakai laporan. Dengan maksud lain, teori ini membahas mengenai reaksi yang muncul dari pihak yang menjadi sasaran informasi akuntansi.
Daftar Pustaka:
Prof Apollo. (2022). Semiotika Roland Barthes. Modul Kuliah Teori AKuntansi. Jakarta: FEB- Universitas Mercu Buana
Prof Apollo. (2022). Semiotika Roland Barthes. Diakses pada 22 Mei 2022 https://www.kompasiana.com/balawadayu/61e0350080a65a018e11a372/semiotika-roland-barthes
Triyuwono, Iwan, Gugus Arianto dan Unti Ludigdo. (2010). Semiotika Laba Akuntansi: Studi Kritikal-Posmodernis Derridean. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia. Vol.7, no. 1 hal 38-60.
Oktaviani, Rusliyawati dan Elok Heniwati. (2017). Analisis Annual Report PT Timah Tbk: Studi Interpretive Dalam Perspektif Semiotika dan Retorika. Jurnal Ekonomi, Bisnis dan Kewirausahaan. Vol.6, no. 2 hal 139-160.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H