Bertemu dengan murid-murid di satuan pendidikan formal seperti ini adalah impiannya sejak lama. Sayangnya, bayangan murid yang penurut, pendiam, dan mengerjakan apa yang diperintahkan oleh gurunya nyatanya memang hanya jadi bayangan. Kondisi nyata di sekolah tidak seindah itu. Banyak dari mereka yang tidak mengerjakan tugas, bermain gawai, mendengarkan musik, hingga tertidur nyenyak di dalam kelas. Namun, kondisi inilah yang memberikan tantangan tersendiri bagi dirinya selaku guru. Mencari solusi dengan memberikan pembelajaran sesuai dengan keinginan mereka tetapi tujuan pembelajaran tetap dapat tercapai adalah PR besar bagi diirnya. Selain itu, kedekatan emosial antara guru dengan murid ternyata juga memiliki peran tersindiri di dalamnya.
Kegiatan berikutnya yang tidak kalah menarik adalah kegiatan nonakademik. Sehubungan dengan minor yang ditempuhnya, Laisa dan kedua rekannya sesama Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia berkesempatan untuk berbagi ilmu di ekstrakurikuler jurnalistik. Pada ekstrakurikuler inilah, mereka menyalurkan ilmu yang telah didapatkan mulai dari kepenulisan berita, fotografi jurnalistik, hingga bagaimana mengelola media sosial. Bertemu dengan mereka yang memiliki minat lebih dibidang kepenulisan membuat kami juga sangat antusias untuk berbagi pengalaman.
Selain itu, kegiatan adminitrasi yang membuat dirinya belajar banyak terutama penguasaan Microsoft Word dan Excel juga menambah kebermanfaatan dari kegiatan ini. Dirinya yang ditempatkan di ruang 101, yaitu unit kurikulum membuatnya harus berhadapan dengan banyak adimintrasi mulai dari rekapan presensi guru hingga persiapan Ujian baik kelas X ataupun XII.
Pada akhirnya, pengalaman yang diberikan pada kegiatan Asistensi Mengajar ini memberikan banyak kebermanfaatan untuk dirinya dari berbagai bidang. Meskipun banyak duka, seperti libur yang tertunda tidak dapat menyangkal suka dan kebermanfaatan yang telah ia dapatkan. Dirinya percaya bahwa menjadi guru tidak sesederhana yang ia bayangkan selama ini. Menjadi guru di usia muda ini adalah tantangan besar sebab dituntut untuk menjadi ibu sebelum merasakan menjadi istri. Guru diminta untuk memahami psikologi anak dan diminta untuk berbicara tentang mendidik anak kepada orang tua yang telah memiliki anak. Selain itu, guru juga dituntut untuk membentuk karakter murid sebagai calon penerus bangsa. Maka, semoga sehat selalu untuk guru di manapun berada.
Jika pengalaman adalah guru terbaik, maka menjadi guru adalah pengalaman terbaik!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H