Apa yang ada dibenak kita jika mendengar kata perempuan? Mungkin ada yang berpikiran perempuan sebagai kunci yang akan menentukan bagaimana kehidupan yang ada di dunia kedepannya. Bisa dikatakan bahwa perempuan bisa menjadi agen perubahan dunia. Hal ini merujuk pada peran perempuan yang menjadi pendidik pertama bagi keturunannya. Namun, apa jadinya jika seorang perempuan tidak mendapat pendidikan yang cukup sebagai agen of change? Kita bisa melihat kenyataanya di India dimana banyak anak -- anak perempuan yang putus sekolah hanya karena masalah sanitasi apalagi dalam masalah yang terkesan sepele yakni toilet. Hal ini kemudian bisa mengurangi kualitasnya sebagai individu yang bahkan bisa berimbas pada perekonomian Negara tersebut.
Manusia seringkali dibedakan menurut ciri-ciri mereka. Untuk itu, gender digunakan dalam melihat diri mereka disamping sex yang merupakan pembawaan mereka sejak lahir. Gender sendiri bisa diartikan sebagai dogma yang telah dibangun dalam kultur masyarakat yang menata hubungan antara laki-laki dan perempuan yang tercipta dalam semua tingkatan organisasi sosial. Menurut WHO, sebagai konstruksi sosial, gender bervariasi dari masyarakat ke masyarakat dan dapat berubah seiring waktu. Penggunaan gender dalam konstruksi sosial saat ini, bisa menimbulkan permasalahan pelik yang selanjutnya dapat berkaitan dengan keamanan manusia itu sendiri.
Kembali kepada contoh konkrit diatas dimana di India masih terdapat masalah mengenai sanitasi dan perkara toilet yang menyusahkan pihak perempuan. Dilansir dari laman web The World, sekitar 70 persen rumah tangga di India pada tahun 2016 Â tidak memiliki akses ke toilet, baik di daerah pedesaan maupun daerah kumuh perkotaan. Sekitar 60 persen dari 1,2 miliar penduduk negara itu masih buang air besar di tempat terbuka. Dan konsekuensinya bagi wanita sangat besar.
Dengan ini maka kita bisa melihat bagaimana kaum wanita khususnya tidak mendapatkan kebebasannya dalam mendapatkan akses ke toilet yang layak sebagaimana menimbang kebutuhan yang dimilikinya. Hal ini kemudian dapat menimbulkan ketidaksetaraan gender yang dialami oleh wanita.
Menurut Nurhaeni (2009) dalam kutipan Fitrianti (2012) ketidaksetaraan gender adalah perlakuan diskriminatif/berbeda yang diterima perempuan atau laki-laki. Perlakuan ini diberikan bukan berdasarkan atas kompetensi, aspirasi dan keinginannya sehingga merugikan salah satu jenis kelamin.
Berdasarkan laporan WEF (World Economic Forum) pada bulan maret lalu, India menempati ranking 140 negara dengan kesetaraan gender diantara 156 negara yang terlampir. Laporan ini mengukur kesenjangan gender dalam beberapa bidang di suatu Negara seperti partisipasi dan peluang ekonomi, pencapaian pendidikan, kesehatan dan kelangsungan hidup, dan pemberdayaan politik. Dengan posisi tersebut, India tergolong sangat rendah dalam hal kesetaraan gender diantara 156 negara yang terbukti dengan merosotnya posisinya sebanyak 28 tempat.
Di seluruh India, ketidaksetaraan gender menghasilkan peluang yang tidak setara, dan meskipun berdampak pada kehidupan kedua jenis kelamin, secara statistik anak perempuanlah yang paling dirugikan. India adalah satu-satunya negara besar di mana lebih banyak anak perempuan meninggal daripada anak laki-laki . Anak perempuan juga lebih mungkin putus sekolah (UNICEF).
Seperti kisah seorang remaja 13 tahun bernama Archana yang seketika diberhentikan sekolah oleh ibunya di wilayah kumuh perkotaan Mandawali, Delhi timur. Hal ini tentu saja bukan tanpa alasan. Melansir laman theguardian, sebuah laporan oleh Forum Hak atas Pendidikan menunjukkan 40 persen sekolah di India masih kekurangan toilet umum yang berfungsi.Â
Lebih lanjut 40 persen kekurangan fasilitas toilet terpisah untuk anak perempuan. Tanpa toilet yang berfungsi di sekolah, banyak anak perempuan terpaksa menggunakan ruang terbuka di dekatnya. Risiko pelecehan itu nyata, dan laporan serangan seksual semakin sering terjadi. Saat anak perempuan mendekati pubertas, kurangnya toilet sekolah dan ketakutan terkait keamanan menyebabkan banyak ibu mengeluarkan anak perempuan mereka dari sistem pendidikan.
Tidak hanya itu, di banyak bagian India, UNICEF telah menemukan fakta adanya pengucilan yang nyata bagi anak perempuan ketika mereka sedang menstruasi. Ada kepercayaan umum bahwa darah yang dikeluarkan selama menstruasi tidak murni, dan akibatnya aktivitas sehari-hari dibatasi. Tabu menstruasi juga berarti banyak anak perempuan tidak belajar tentang menstruasi atau kebersihan menstruasi di rumah atau di sekolah. Selain tidak sehat dan tidak adil, pembatasan ini memperkuat ketidakadilan dan pengucilan gender -- semakin melemahkan perempuan dan anak perempuan.
Permasalahan tersebut mungkin adalah hal biasa yang mereka alami dalam kesehariannya. Bagaimana tidak, melansir laman web WEF, mereka harus bangun pagi-pagi atau menunggu sampai malam agar mereka bisa bersembunyi di tempat terbuka dan buang air besar. Hal ini tentu mempertaruhkan nyawa mereka di pinggir jalan yang gelap meskipun mereka pergi berkelompok untuk melindungi diri mereka. Selain ancaman datang dari ular, kalajengking, dan satwa liar lainnya, juga terdapat potensi kekerasan seksual dan pemerkosaan. Wanita sering kali paling rentan ketika mereka meninggalkan rumah mereka untuk menjawab panggilan alam. Hal ini dibuktikan dengan adanya kasus dua gadis, 14 tahun dan 15 tahun, ditemukan diperkosa dan digantung secara berkelompok setelah mereka pergi buang air kecil dalam kegelapan di negara bagian Uttar Pradesh pada 2014.
Dengan memandang kasus -- kasus tersebut, penyediaan toilet yang layak perlu diadakan. Namun permasalahan utama bukan ada pada penyediaan toilet saja. Penyediaan toilet sudah lama digalakkan oleh pemerintah, yang menjadi kendala ialah masyarakat yang bahkan tidak menggunakan toilet dengan baik. Hal ini merujuk pada budaya yang ada pada masyarakat yang bahkan ada yang menganggap mempunyai toilet sendiri dirumah menunjukkan ketidaksucian tempat tinggal.Â
Selain itu, sanitasi juga harus terus dilakukan oleh pemerintah dengan penyediaan akses ke air yang bersih disamping pembangunan dan pengenalan penggunaan toilet. Dikarenakan percuma saja toilet tersedia namun masyarakat tidak diberikan sosialisasi dan akses ke  air yang bersih. Akan menjadi percuma uang yang digunakan untuk pembangunan toilet. Selain itu, dengan ketersediaan air bersih yang memadai dapat menjadi jaminan keselamatan mereka dari berbagai penyakit akibat tercemarnya air yang seharusnya berhak mereka dapatkan dengan mudah.
Tindakan tersebut akan sangat membantu perempuan dalam kehidupannya. Perempuan tidak akan merasa terancam lagi jika mereka mendapat panggilan alam. Menimbang keamanan adalah hal yang sangat penting. Disamping keamanan yang ada dalam suatu daerah maupun Negara, maka kemanan akan individu atau manusianya itu sendiri sangatlah penting.Â
ReferensiÂ
Singh, Pratibha. How female toilet builders are taking on menstrual hygiene management in India: A programme to end open defecation in Jharkhand ends up transforming gender roles. https://www.unicef.org/stories/how-female-toilet-builders-are-taking-menstrual-hygiene-management-india diakses pada 03 Juni 2021.
Sell, Susie. 2013. The unsanitary truth about gender inequality in India. https://www.theguardian.com/global-development-professionals-network/2013/jun/06/unsanitary-truth-gender-india diakses pada 03 Juni 2021.
Chatterjee, Rhitu. 2016. In India, access to toilets remains a huge problem --- worst of all for women and girls https://www.pri.org/stories/2016-05-12/india-access-toilets-remains-huge-problem-worst-all-women-and-girls diakses pada 03 Juni 2021.
UNICEF. Gender equality. https://www.unicef.org/india/what-we-do/gender-equality diakses pada 04 Juni 2021.
Raju, Vijay. Â 2016. To achieve gender equality in India, build more toilets. https://www.weforum.org/agenda/2016/10/to-achieve-gender-equality-build-more-toilets/ diakses pada 04 Juni 2021.
Fitrianti, Rahmi dan Habibullah. 2012. KETIDAKSETARAAN GENDER DALAM PENDIDIKAN; Studi Pada Perempuan di Kecamatan Majalaya Kabupaten Karawang. Sosiokonsepsia Vol. 17, No. 01. Hal 88. Â https://puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/bbd6c378095e1ce3e45398f3789b5bc6.pdf diakses pada 04 Juni 2021.
WHO. Gender and Health. https://www.who.int/health-topics/gender#tab=tab_1 diakses pada 03 Juni 2021.
WEF. Global Gender Gap Report 2021. https://www.weforum.org/reports/global-gender-gap-report-2021 diakses pada 03 Juni 2021.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H