Mohon tunggu...
Lailatul Syadiyah
Lailatul Syadiyah Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer. Tertarik pada dunia religi, marketing manajemen, bussines, productivity, motivation, story telling, dan all about learning English.

Start from happiness

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menemukan Kebahagiaan Baru (Kajian Isra Mi'raj bersama Weemar Aditya)

27 Juni 2021   07:30 Diperbarui: 27 Juni 2021   07:30 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Rosulullah yang telah berada di puncak kesedihan tersebut memohon petunjuk kepada Allah hingga Allah memberi hadiah berupa perjalanan singkat di malam hari dari Masidil Haram ke Masjidil Aqsa, dan menuju Sidratul Muntaha dengan menggunakan kendaraan Buroq. Perjalanan itu sampai saat ini masih kita peringati setiap tahunnya, yakni Isra' Mi'raj.

Ustadz Weemar Aditya nostalgia dengan pengalaman beliau ketika mengunjungi Masjidil Aqsa ada suatu tiang yang berbau harum, dikisahkan tiang itu adalah tempat Rosulullah mengikatkan Buroq di Masjidil Aqsa.

Rosulullah ditunjukkan ke beberapa tempat, seperti ke Neraka ditunjukkan keadaan orang-orang kelak yang mekakukan banyak dosa. Rosulullah melihat ada orang yang perutnya besar, sebesar rumah, maka dia adalah orang-orang yang memperdagangkan uang dengan tidak legal, kemudian di dalam perutnya ada ular yang melilit. Bisa dibayangkan betapa ngerinya.

Kemudian Allah mengajak Rosul ke Sidrotul Muntaha dan disanalah Allah berdialog secara langsung dengan Rosul. Allah menyapa Rasul secara langsung dengan lafadz: "Assalamuaika ayyuhannabiyu wa rahmatullahi wa barakatuh."

Rosul kemudian menjawab, "Assalamu'alaina wa 'ala 'ibadillahissholihin."

Allah hanya menyapa terhadap beliau saja, namun Rosulullah membawa nama seluruh umat beliau untuk menghadap. Betapa mulianya akhlak beliau. Masih mengingat umatnya di saat Allah sesungguhnya hanya menspesialkan beliau.

Lalu ucapan selamat datang itu sampai saat ini masih kita ucapkan yaitu terletak di bacaan duduk  Tasyahud Awal dan Tasyahud Akhir.

Dalam bab ini tidak akan dibahas secara detail perjalanan beliau, tetapi lebih mengkaji pada hadiah termanis yang diberikan oleh Allah kepada Rosul di saat sedang terpuruk. Hadiah itu adalah berupa Sholat. Hal ini telah mengindikasikan bahwa Shalat itu adalah penyembuh segala kesedihan, jika kita khusyu' menjalankannya.

Perintah sholat ini hadir ketika Rosul sedang banyak tekanan hidup, banyak kedzaliman datang kepada beliau. Allah memberi ketenangan kepada Rosul dengan memberi perintah Sholat yang pada awalnya 50 rokaat hingga terjadi tawar menawar sampai hasil akhirnya adalah lima rokaat.

Ustadz Weemar Aditya menghimbau jika ingin mengalami sholat sama seperti saat di posisi Rasulullah, maka harus berporos pada 3 hal penting yaitu, do'a, sabar, dan sholat.  Ista'inu bisobri washolah.  Maka, teman-teman harus berdakwah dengan menggabungkan antara doa, sabar, dan sholat pada setiap aktifitas sehari-hari.

Senajata terbesar itu kenyataannya ada di setiap waktu. Apalagi badai yang kita hadapi saat ini tak sebesar badai ketika di zaman Rosulullah. Jadi, tak sepatutnya kita meratapi kesedihan kita hingga larut jika kita masih bisa Sholat, Berdoa, dan tentunya berserah diri dengan kesabaran. Bahkan kita juga harus sadar, Allah memberi obat kesedihan terlebih dahulu, sebelum kita benar-benar merasa sedih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun