Nge-Slow bareng Ustadz Weemar Aditya
Kenapa manusia diciptakan oleh Allah? Apakah karena Allah membutuhkan manusia?
Pertanyaan itu sering muncul dalam benak kita bukan?
Coba kita bandingkan dengan diri kita yang membuat sebuah karya entah karena membutuhkannya atau menginginkannya. Contoh, kita ingin membuat kue serabi. Apakah karena kita membutuhkannya? Bisa jadi iya. Kita membutuhkannya, untuk dimakan. Lalu apakah jika kita tidak membuat kue serabi itu, lantas akan memberi pengaruh besar dalam hidup kita? Sama sekali tidak kan? Kue serabi yang kita buat hanya karena kita ingin memakannya dan mencoba sesuatu yang baru. Jadi lebih tepatnya kita hanya ingin saja walaupun tidak begitu membutuhkannya.
Sama halnya dengan pertanyaan kenapa Allah menciptakan manusia? Apakah karena butuh atau hanya ingin mencoba sesuatu yang baru? Hal ini selaras dengan QS Hud ayat 107
"Sesungguhnya Tuhanmu Maha Melakukan Apa Yang Ia Kehendaki."
Jadi dalam hal ini jelas bukan karena Allah membutuhkan manusia atau tidak? Tetapi Allah mau menciptakan manusia dengan tujuan-tujuan tertentu. Salah satunya adalah dengan menjadi khalifah di muka bumi ini. Manusia dipersilakan untuk mengeksplor segala sesuatu yang berjalan di muka bumi ini. Sehingga Allah juga memberi kebebasan pada manusia untuk memilih jalan hidup masing-masing. Bahkan Allah juga memberi kebebasan untuk menentukan akidah yang manusia yakini masing-masing.
Hal ini disampaikan oleh Allah kepada Nabi Muhammad SAW dalam QS. Al Kahfi ayat 29:
"Dan katakanlah (Muhammad), "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; barangsiapa menghendaki (beriman) hendaklah dia beriman, dan barangsiapa menghendaki (kafir) biarlah dia kafir."
Jadi manusia memiliki pilihan sendiri untuk menjadi Islam ataupun kafir. Hal itu tidak memberi kerugian ataupun keuntungan kepada Allah. Yang jelas Allah sudah menetapkan kaidah-kaidah dalam tuntunan berkehidupan melalui wahyu terbesarnya kepada Rosulullah yaitu Al-Quran.
Lebih jauh lagi, ketika Allah memerintahkan manusia untuk menjalankan rukun Islam, khususnya Rukun Islam yang ke empat yakni mengeluarkan zakat, Allah sama sekali tidak mengambil bagian. Seluruh zakat tersebut kembali lagi kepada sesama manusia yang membutuhkan.
Selanjutnya Allahpun menciptakan manusia juga untuk menyembah kepada-Nya, memuji atas kebesaranNya. Coba kita renungkan lagi, tentang pujian-pujian yang selama ini kita ucapkan "Allahu Akbar" artinya Allah Maha Besar. Apakah dengan kita tidak memuji Allah akan mengurangi kebesaran-Nya? Sama sekali tidak. Dipuji ataupun tidak, Allah tetaplah Yang Maha Terpuji.
 Hal ini dibuktikan dengan Kalimat Allahu Akbar yang struktur kalimatnya tidak menggunakan fiil (kata kerja) yang dibatasi oleh keterangan waktu, entah sekarang, nanti, ataupun masa depan, tetapi menggunakan isim yang tidak terikat oleh waktu. Jadi lifetime, Allah itu Maha Besar. Tiada awal dan Tiada Akhir.
Pada akhirnya justru manusialah yang tidak bisa hidup tanpa Allah. Hidup kita tanpa Allah ambyarrr sudah. Atau jikapun berkehendak Allah tidak akan menjadikan kita hadir di dunia ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H