Pendidikan merupakan hal paling bertanggung jawab dalam peradaban manusia. Ia merupakan satu jalan utama yang mesti ditempuh guna membangun kualitas sumber daya manusia, bahkan kemajuan bangsa di suatu negara adalah tersedianya manusia-manusia berkualitas yang memiliki pendidikan. Kita lihat sekarang banyaknya program program pendidikan, bertujuan menjadikan mudahnya seseorang dalam memilih tempat untuk belajar, baik pendidikan umum maupun yang berbasis agama, metode pembelajaran pun juga berbeda-beda, tambahan kegiatan, dan ekstrakurikuler yang menarik (Puspita, 2020). Hal ini tentu menjadi nilai jual tersendiri bagi masyarakat untuk mendapatkan pendidikan secara umum atau secara khusus dalam bidang agama.Â
Era digital merupakan kondisi dimana setiap orang dapat mengakses berbagai informasi dalam jaringan (daring). Berbagai informasi di era ini tersedia secara bebas di dunia maya yang memudahkan siapa saja untuk mengaksesnya tanpa batas ruang dan waktu. Dunia menjadi tidak ada sekat sama sekali setelah ditemukannya sistem digital. Digitalisasi dalam berbagai elemen kehidupan ini memudahkan siapapun untuk mencari informasi dan ilmu pengetahuan dengan cepat tanpa harus pergi ke luar rumah.Â
Pendidik seyogyanya mampu melakukan inovasi desain pembelajaran dengan memanfaatkan dunia digital. Kemunculan barang itu yang telah menguasai hampir seluruh dimensi kehidupan anak muda tidak dapat dielakkan lagi. Menjauhkan anak-anak dari bersinggungan dengan dunia maya bukan pilihan yang terbaik tetapi membiarkan mereka terlalu bergantung dengan segala hal yang berhubungan dengan dunia informasi digital tanpa kontrol dan pengarahan merupakan keputusan yang berisiko tinggi. Langkah terbaik adalah memanfaatkannya untuk perkembangan pendidikan mereka dengan menyusun strategi konten dan model pembelajaran berbasis digital dengan visi besar untuk mewujudkan generasi muslim yang menjangkau ke-hasanah-an hidup.Â
Ancaman serius dalam pendidikan Islam adalah tidak signifikannya fungsi guru sebagai kelompok desiminasi ilmu pengetahun, pengembang atau mengasah keterampilan dan penanaman nilai ketika siswa mampu menemukan apa yang dibutuhkan di luar kelas secara mandiri tanpa memerlukan bimbingan expert (ahli). Menyikapi kenyataan ini, pendidikan Islam harus direkayasa sedemikian menggunakan fitur digital yang tersedia selama 24 jam. Dengan teknik ini, pendidikan dapat mengurangi peluang peserta didik mendapat hal yang dibutuhkan tetapi kualitasnya belum tervalidasi. Contohnya sederhananya adalah saat ini di internet banyak sekali tersedia materi tentang jihad misalnya dari berbagai penulis yang background akademik dan kepakarannya dalam tanda tanya. Jika peserta didik kebetulan mengambil materi yang valid sesuai rujukan-rujukan yang diakui oleh para intelektual tidak perlu dipersoalkan, tetapi jika materi yang didapatkan tidak sesuai dengan rujukan yang digunakan oleh umat islam yang tinggal di Negara ini, potensi penyimpangan perilaku dan pemahaman kemungkinan sangat besar terjadi. Akibatnya sangat fatal seperti ter konstruksinya pola pikir jihad ala ISIS setelah membaca artikel propaganda yang disebarkan dalam jaringan. Langkah taktis untuk mengatasinya adalah materi-materi pendidikan Islam harus digitalisasi yang memungkinkan diakses oleh peserta didik.Â
Melihat perkembangan zaman sekarang, sepertinya kita berada pada era digital semua aktivitas kegiatan dalam perkembangannya menjadi sangat lebih canggih melalui sebuah perangkat teknologi Digital. Era digital merupakan suatu masa yang telah mengalami perkembangan sebelumnya dari segala aspek kehidupan. Hal ini terus bergerak tanpa bisa dihentikan. Disebabkan masyarakat sendiri yang menuntut dan menginginkan segala sesuatu agar lebih mudah dan praktis (Muslimah, 2016).
Berbagai sumber ilmu pengetahuan disediakan secara gratis dalam dunia digital dari berbagai sumber baik dalam negeri maupun luar negeri. Hal ini salah satu perubahan siknifikan dari munculnya dunia digital. Sebelumnya, pelajar tidak semudah sekarang untuk mendapatkan buku-buku berkualitas dunia. Untuk mendapatkannya kita harus mengeluarkan biaya yang tidak sedikit dan membutuhkan waktu yang cukup.Â
Teknologi telah memenuhi ruang kehidupan manusia terutama yang berada pada fase digital native. Mereka dilahirkan dan membuka mata langsung disambut oleh berbagai jenis teknologi informasi yang booming dan berkembang sangat dinamis. Akhirnya, technology menjadi bagian hidup setiap orang dalam segala aktivitasnya, meskipun pada dasarnya bukan bagian dari kebutuhan primer namun keberadaanya setara dengan kebutuhan pokok manusia native dalam arti mereka tidak dapat terlepas dari ketergantungan pada alat digital. Fakta ini menuntut pendidik untuk merespon dengan cepat dengan melakukan berbagai terobosan-terobosan program sebagai upaya adjustment dengan baru yaitu era digital. Pendidikan Islam seyogyanya diterapkan dengan pendekatan yang selaras dengan mode dan kecenderungan pelajar zaman ini.Â
Proses digitalisasi hendaknya dikelola dengan baik dengan kerja sama dengan digital user yang ahli agar posisi artikel daring tersebut berada paling atas setiap ada orang mencari tulisan dengan kata kunci pendidikan islam atau sejenisnya di Google engine. Pendidikan konvensional dalam artian tatap muka tetap dibutuhkan untuk elaborasi dan validasi (tashih) terhadap apa yang telah dipelajari peserta didik melalui media online. Membaca materi-materi secara mandiri dalam usia pertumbuhan belajar tidak cukup karena berpotensi salah memahami maksud yang terdapat dalam bacaan tersebut. Hal itu memerlukan bimbingan pendidik untuk meluruskan atau untuk membenarkan.Â
Kemudahan dalam pelayanan berbasis web, berbagai situs jejaring sosial sangat memberi dorongan bagi para penggunanya untuk melampirkan biodata diri yang bersifat privat, akibatnya muncul ketertarikan dengan melihat profil masing-masing dari daftar pengguna aktif, menambahkan atau menerima perteman untuk bergabung dalam situs situs sosial tersebut. Hubungan dari satu perangkat dengan yang lain dari media internet dengan aplikasi jejaring sosial sangat menjadi patokan dasar dalam sebuah komunikasi digital. Seperti situs-situs aplikasi" Line, BBM, MySpace, Facebook, Twitter Whatsapp dan masih banyak yang lainya. Melalui media tersebutlah Teknologi digital bisa kita sebut suatu penemuan yang sangat memudahkan untuk memindahkan informasi baik perorangan atau kelompok dengan sebuah perangkat digital dari jarak dekat atau dari antar belahan dunia (Aritra et al., 2018)
 Akibatnya tanpa kita sadari pada era kini (era digital) perangkat digital smartphone atau laptop sudah menjadi bagian atau bahkan gaya hidup manusia, seseorang sangat sulit untuk terlepas dari aktivitas yang serba digital. cara interaksi masyarakat sudah sangat berubah pesat dengan adanya kecanggihan teknologi digital. Kemudahan tersebut semua orang bisa menikmati informasi dan melihat perkembangan, penemuan dan keunikan kehidupan manusia dari belahan dunia masa kini. Akan tetapi, perlu diingat dampak kurang baik juga muncul. Tindak kejahatan terfasilitasi, akses tontonan bugil atau pornografi mudah di temukan, kecanduan permainan online menyebabkan kerusakan mental pada anak-anak sejak dini, atau bahkan pelanggaran hak cipta begitu mudah dilakukan. Sehingga, pokok masalah yang dibahas dalam sebuah tulisan yang singkat ini adalah bagaimana tantangan pendidikan Islam di tengah arus perkembangan digital dewasa ini. Adapun Sub masalahnya adalah: perkembangan teknologi digital; tantangan pendidikan Islam menghadapi arus perkembangan digital saat ini; dan peluang.
Pendidikan Islam dalam Pendidikan Islam dirancang dan dijalankan untuk memasukkan nilai spiritualitas pada diri peserta didik sampai dipahami secara holistic dan diamalkan secara paripurna dan juga melatihnya untuk terampil mengelola sumber daya alam secara berkesinambungan dan memperhatikan sisi pelestariannya untuk kepentingan jangka panjang (sustainable development). Pendidikan agama dalam arti sempit yang hanya mencakup aspek doktrin dan yang berkaitan dengan nilai spiritual belum cukup menjadi jawaban bagi kebutuhan masyarakat karena jika kebutuhan primer belum terpenuhi mereka sudah menjalankan kewajiban agama. Pendidikan islam berusaha untuk menyiapkan manusia yang memiliki keterampilan fisik yang dapat menopang tuganya sebagai khalifah di permukaan bumi. Selain itu, aspek ruhani manusia merupakan sektor penting yang diperhatikan dalam pendidikan islam.
Guru sejatinya berperan mengantarkan murid untuk mencapai hidup yang hasanah di dunia dan akhirat. Allah SWT membimbing umat manusia agar berusaha untuk mencapainya dengan cara berdoa secara aktif dalam bentuk permohonan lisan danhati yang di dukung dengan tindakan maksimal. Selain itu, pemohon juga harus gigih berusaha untuk mewujudkan apa yang diinginkan dengan visi dan program kerja serta target yang jelas. Esensi hidup hasanah bagi umat Islam mencakup tiga unsur yang saling berkaitan. Pertama, menguasai harta, jabatan dan jaringan di dunia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H