Mohon tunggu...
Politik

Kesalahan di Masa Pemerintahan Soekarno

12 April 2015   12:24 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:13 1099
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejarah masa lalu Indonesia telah banyak mengisahkan bagaimana suka duka yang dialami bangsa Indonesia. Hingga akhirnya negara Indonesia merdeka, banyak kalangan orang menilai bahwa salah satu pahlawan bangsa yang sangat berjasa ialah Soekarno. Namun dibalik itu semua, apakah banyak yang mengetahui kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh Soekarno presiden pertama kita? Sepertinya memang tidak banyak yang tahu akan hal tersebut, karena yang terlihat dengan jelas beliau adalah sosok pejuang yang begitu sempurna sehingga sulit untuk orang awam mengetahui kesalahan-kesalahan yang dilakukannya.

Yang perlu ditekankan disini ialah bahwa memang benar sosok Soekarno merupakan salah satu pejuang yang gagah, pemberani, dan gigih dalam mempertahankan bangsa Indonesia serta dalam mencapai kemerdekaan negara Indonesia. Namun, disisi lain Soekarno telah melakukan kesalahan-kesalahan yang berdampak hingga sekarang, padahal jangka waktu masa pemerintahan Soekarno hingga saat ini memasuki masa pemerintahan Jokowi sudah sangat lama, tetapi masalah-masalah yang kerap kali terjadi di negara Indonesia sekarang ini relatif sama dengan yang terjadi dimasa pemerintahan Soekarno dimasa lampau.

Cobalah simak beberapa petikan yang disampaikan Mohammad Hatta dalam pidatonya di Universitas Gadjah Mada pada 27 November 1956, beberapa hari sebelum beliau mengundurkan diri dari jabatan Wakil Presiden. Sebagian pidato ini merupakan pernyataan yang dipikrkan dalam-dalam tentang ketidaksetujuannya yang mendasar dengan presiden Soekarno.

“Apa yang kita alami di Indonesia sehari-hari sekitar kita, merupakan seolah-olah Pancasila itu diamalkan dibibir saja, tidak menjadi pelita didalam hati untuk membangun masyarakat baru. Tiap-tiap golongan berkejar-kejar mencari rezeki. Golongan sendiri dikemukakan, masyarakat dilupakan. Dalam teori kita membela demokrasi sosial, namun dalam praktek dan perbuatan menghidupkan semangat demokrasi liberal. Partai yang pada hakikatnya alat untuk menyusun pendapat umum secara teratur, agar rakyat belajar merasai tanggungjawabnya sebagai pemangku negara dan anggota masyarakat, tetapi justru partai itu dijadikan tujuan dan negara menjadi alatnya.

Juga dalam hal menempatkan pegawai pada jabatan umum didalam dan diluar negeri seringkali keanggotaan partai menjadi ukuran, bukan dasar the right man in the right place. Hingga akhirnya orang masuk partai bukan karena keyakinan, melainkan karena ingin memperolehjaminan. Segala pergerakan dan semboyan nasional diperalatkan mereka, partai-partai politik ditungganginya, untuk mencapai kepentingan mereka sendiri. Maka timbullah anarchi dalam politik dan ekonomi. Kelanjutannya, korupsi dan demoralisasi merajalela.

Demikianlah wajah Indonesia sekarang setelah sekian tahun merdeka. Nyatalah, bahwa bukan Indonesia merdeka yang semacam ini, yang diciptakan oleh pejuang-pejuang dahulu. Dimana-mana sekarang orang merasa tak puas. Pembangunan dirasakan tidak berjalan sebagaimana mestinya, seperti yang dicita-citakan masih jauh saja. Keruntuhan dan kehancuran barang-barang kapital dimana-mana lebih mudah kelihatan, seperti hancurnya jalan-jalan raya, irigasi, pelabuhan, berkembangnya erosi dan lain-lainnya. Pembangunan demokrasi pun terlantar karena percekcokan politik senantiasa. Indonesia yang adil, yang ditunggu-tunggu, masih jauh saja. Pelaksanaan otonomi daerah dengan urusan keuangan sendiri beserta perhubungan keuangan yang tepat dengan pemerintahan pusat sampai sekarang belum juga terjadi, sungguhpun sudah sebelas tahun tugas yang maha penting ini tercantum didalam Undang-undang Dasar.

Dikatakan pula bahwa pemimpin-pemimpin yang paling terkemuka didalam partai tidak duduk didalam Kabinet. Untuk menjadi anggota pemerintah ditunjuk orang yang tidak terlalu terkemuka, malahan adakalanya tokoh kelas dua atau kelas tiga, dengan tidak mempunyai pengetahuan istimewa tentang isi jabatan yang ditugaskan kepadanya. Inilah kenyataan yang kita alami sekarang, sebagai akibat dari paham yang salah tentang menafsirkan jalannya revolusi dan masa revolusioner dan akibar daripada sistem kepartaian, yang menggali pemerintah dari kekuasaan yang seharusnya ditangannya”.

Dari uraian pidato diatas, jelaslah bahwa saat Soekarno memerintah, negara Indonesia sudah dalam keadaan yang tidak baik. Dan masalah-masalah yang ditimbulkan pada masa Soekarno telah berakar dalam kehidupan bangsa Indonesia hingga saat ini. Masalah-masalah pada masa demokrasi parlementer hampir semua sama dengan masalah yang hingga kini tengah diperangi bangsa Indonesia. Baik dari segi politik beserta partai-partai politiknya maupun dari segi yang lain, misalnya mengenai infrastruktur dan suprastruktur dalam pemerintahan. Lalu hingga saat ini, sejauh apakah peran para pemimpin negara kita dalam memerangi masalah-masalah diatas, mengingat bahwa masalah yang telah lama berakar tersebut begitu meracuni, bahkan bisa saja mematikan bangsa Indonesia jika dibiarkan begitu saja tanpa adanya tindakan yang pasti dari pemerintah khususnya dan masyarakat bangsa Indonesia sendiri pada umumnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun