Perkembangan Kognitif Anak Sekolah Dasar
 Ciri-ciri perkembangan anak pada kelas awal SD terletak pada rentang usia dini, sebuah fase pendek namun krusial dalam kehidupan mereka. Periode ini menandai tahap penting dalam perkembangan anak, yang memerlukan perhatian maksimal untuk memastikan potensi mereka tumbuh secara optimal. Oleh karena itu, pada masa ini, penting untuk merangsang semua bakat dan kemampuan anak agar dapat berkembang secara penuh.
Masa anak-anak (midle childhood) pada rentang usia SD, yaitu antara 6-12 tahun, dikenal sebagai periode kehidupan di mana anak-anak memasuki fase kematangan. Pada periode ini, anak-anak memiliki keinginan kuat untuk mempelajari keterampilan baru yang diajarkan oleh guru di sekolah. Salah satu tanda awal dari peralihan ke periode bersekolah adalah perubahan sikap anak terhadap keluarga mereka; tidak lagi bersifat egosentris, melainkan lebih objektif dan empiris terhadap dunia luar.
Perkembangan kognitif pada anak usia sd meliputi beberapa aspek penting diantaranya pengurutan yaitu kemampuan untuk Menyusun objek berdasarkan ukuran, bentuk, atau ciri-ciri lainnya, klasifikasi yaitu kemampuan menidentifikasi benda berdasarkan karakteristik tertentu, decentering yaitu kemampuan mempertimbangkan beberapa aspek untuk memecahkan masalah yang tidak hanya focus pada satu aspek saja, reversibility yaitu kemampuan untuk memahami jumlah atau benda dapat diubah dan kemudian dapat Kembali ke keadaan awal, konservasi yaitu pemahaman kuantitas, Panjang, tidak terkait dengan pengaturan objek tertentu, penghasilan sifat egosentrisme yaitu kemampuan untuk melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain, tidak terlalu egosentris dalam pandangan dan pemikiran.
Perkembangan Sosioemosional Anak Usia SD
Ciri khas dari perkembangan sosioemosional pada anak usia sd yaitu peningkatan intensitas hubungan sosial anak dengan teman sebaya, sementara ketergantungan anak terhadap keluarga mengalami penurunan. Teman sebaya memiliki peran signifikan dalam perkembangan sosialemosional anak, karena melalui interaksi dengan mereka, anak dapat belajar dan memperoleh informasi tentang dunia anak di luar lingkungan keluarga. Pada perkembangan sosioemosional pada anak usia sd ini, anak mulai membentuk konsep diri sebagai anggota kelompok sosial di luar keluarga. Selain itu, hubungan sosial anak dengan orang dewasa di luar keluarga juga memiliki dampak penting dalam pembentukan kepercayaan diri anak.
Melalui interaksi sosial, anak-anak pada usia sekolah dasar mulai mengembangkan rasa bangga terhadap prestasi dan keterampilan mereka. Dorongan dan pujian dari orang tua dan guru berperan penting dalam membentuk perasaan kompetensi dan kepercayaan diri anak. Anak-anak yang mendapatkan dukungan akan cenderung merasa yakin terhadap kemampuan mereka untuk meraih kesuksesan.
Di sisi lain, mereka yang kurang mendapat dorongan dari orangtua dan guru mungkin meragukan kemampuan mereka. Anak-anak yang menerima dorongan dan penguatan positif melalui eksplorasi pribadi pada tahap ini akan muncul dengan perasaan kuat akan identitas diri, kemerdekaan, dan kontrol. Namun, bagi mereka yang kurang yakin dan tidak mendapatkan dukungan, mungkin akan merasa tidak aman dan bingung mengenai diri mereka sendiri dan masa depan.
Problematika Belajar AnakÂ
Pemahaman dan keterampilan pemecahan masalah dapat diajarkan kepada siswa, dan semakin sering mereka dihadapkan pada berbagai masalah, semakin terampil mereka dalam mengatasi tantangan tersebut. Strategi untuk memecahkan masalah juga dapat diajarkan sebelum siswa terlibat dalam pembelajaran pemecahan masalah secara menyeluruh. Sebagai pendekatan pembelajaran, "exemplar problem" yang diperkenalkan oleh Kallick dan Brewer (1997) untuk mengajarkan keterampilan pemecahan masalah kepada siswa kelas K-2 di California.
"Exemplar problem" terdiri dari serangkaian lembar soal atau masalah matematika tanpa petunjuk (uncued word problem). Setiap lembar berisi satu masalah matematika yang diberikan secara berkesinambungan, dan distribusinya tidak melebihi dua kali dalam seminggu untuk siswa sekolah dasar. Penerapan exemplar problem telah membuktikan kesuksesannya di California, di mana banyak guru berhasil mengajarkan keterampilan pemecahan masalah kepada siswa menggunakan pendekatan ini.
Mengajarkan keterampilan pemecahan masalah tidaklah mudah, terutama dalam menilai kemampuan siswa dalam hal tersebut. Oleh karena itu, peneliti menyarankan strategi pembelajaran yang melibatkan penggunaan exemplar problem dan rubrik sebagai alat penilaian. Meskipun demikian, peneliti menemukan beberapa kekurangan dalam strategi ini. Pertama, strategi ini tidak menyertakan tahap pendahuluan dan pembekalan secara eksplisit, Kedua, strategi ini kurang menjelaskan aturan pembentukan kelompok secara jelas, seperti apakah kelompok harus homogen atau heterogen, dan tidak memberikan panduan yang jelas mengenai peran siswa dalam kelompok, Ketiga, tidak ada deskripsi yang jelas mengenai catatan yang harus dibuat guru ketika siswa sedang bekerja, Terakhir, strategi ini tidak menyertakan tahap penutup yang dapat memperkuat pemahaman siswa setelah pembelajaran.
Model pembelajaran dan Asesmen Bagi Anak SD dalam Tahap Perkembangan
Pembelajaran dan asesmen bagi anak SD perlu disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif, sosial, dan emosional mereka, seperti model pembelajaran berbasis permainan yang dimana Model ini mencakup penggunaan permainan edukatif, simulasi, dan aktivitas kreatif untuk meningkatkan pemahaman konsep, model pemebelajaran kooperatif model ini mendorong kolaborasi dan kerja sama antara siswa. Mereka belajar bersama dalam kelompok, mengembangkan keterampilan sosial, dan saling membantu satu sama lain, model pembelajaran berbasis proyek untk membantu anak-anak menghubungkan konsep-konsep teoritis dengan situasi dunia nyata. Proyek ini dapat melibatkan riset, presentasi, dan penerapan keterampilan.
Penilaian atau asesmen adalah rangkaian prosedur yang dilakukan secara terencana dan berkelanjutan untuk mengumpulkan data mengenai perkembangan belajar siswa, dengan tujuan membuat keputusan berdasarkan kriteria dan pertimbangan tertentu. Terdapat dua bentuk utama dari penilaian hasil belajar peserta didik, yaitu penilaian formatif dan penilaian sumatif. Penilaian formatif dilakukan secara berkelanjutan selama proses pembelajaran untuk memberikan umpan balik dan membantu peningkatan kinerja siswa. Sementara itu, penilaian sumatif dilakukan pada akhir suatu periode pembelajaran untuk mengevaluasi pencapaian akhir siswa.
Refrensi
Khaulani, D. (2020). Fase Dan Tugas Perkembangan Anak Sd. Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar, 7(1), 51--59.
Mujiburrahman, D. (2023). Asesmen Pembelajaran Sekolah Dasar Dalam Kurikulum Merdeka. Pena Anda: Jurnal Pendidikan Sekolah Dasar, 1(1), 39--48. https://doi.org/10.33830/penaanda.v1i1.5019
Sabani, F. (2019). Perkembangan Anak - Anak Selama Masa Sekolah Dasar (6 - 7 Tahun). Didakta: Jurnal Kependidikan, 8(2), 89--100.
Sugiarti, T. (2013). Pengembangan Model Pembelajaran Matematika Berbasis Authentic Assessment Melalui Exemplar Problem untuk Mrningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Sekolah Dasar. Integration of Climate Protection and Cultural Heritage: Aspects in Policy and Development Plans. Free and Hanseatic City of Hamburg, 26(4), 1--37.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H