Mohon tunggu...
Lailatul Habibah
Lailatul Habibah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

termotivasi menulis kerena ketrikatan dengan jurusan saya dipendidikan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Teori Behaviorristik (Teori Tingkah Laku)

20 September 2023   21:48 Diperbarui: 20 September 2023   22:52 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Teori Behaviorristik (Teori Tingkah Laku)

Teori belajar behaviorristik merupakan suatu pendekatan belajar yang menekankan pada perubahan tingkah laku sebagai akibat dari proses belajar. Dalam teori ini, fokus utamanya adalah pada hasil yang terukur dan dapat diamati, serta pengaruh lingkungan dan pengalaman pribadi. Beberapa asumsi penting dari behaviorristik antara lain bahwa perilaku sepenuhnya dipengaruhi oleh aturan-aturan tertentu, dapat diprediksi, dan dapat diubah dengan penguatan atau hukuman. Dalam konteks pendidikan, teori ini digunakan untuk mengajarkan siswa bagaimana merespons rangsangan tertentu.

Namun, ada kelebihan dan kekurangan dalam menerapkan teori perilaku. Salah satu kelebihannya adalah kemampuannya dalam membentuk perilaku yang diinginkan, namun kelemahannya adalah teori ini tidak memperhatikan faktor internal setiap individu seperti motivasi, emosi dan pikiran, juga tidak memperhitungkan perbedaan individu dalam belajar.

Teori Asumsi Behaviorristik

Teori behaviorristik menurut para ahli

  • Menurut Thorndike (1911) ia berpendapat bahwa teori behaviorisme adalah suatu proses interaksi antara stimulus (berupa pikiran, perasaan, atau gerakan) dan respons. Menurut Thrndike perubuahan tingkah laku dapat dapat berwujud sesuatu yang konkret atau dapat diamati dan nonkonkret atau tidak dapat diamati. Prosedur eksperimennya ialah membut agar setiap binatang lepas dari kurungnya sampai ke tempat makanan. Dalam hal ini apabila binatang terkurung, maka binatang itu sering melakukan bermacam-macam kelakuan, seperti menggigit, menggosokkan badannya ke sisi-sisi kotak, dan cepat atau lambat binatang itu tersandung pada palang sehingga kotak terbuka dan binatang itu akan lepas ke tempat makanan.
  • Menurut John B. Watson, seorang pelopor dalam aliran tingkah laku, menekankan bahwa stimulus dan respons dalam pembelajaran harus berupa tingkah laku yang dapat diamati secara konkret. Ia mengabaikan perubahan mental yang mungkin terjadi dalam belajar, menganggapnya tidak relevan dalam menjelaskan apakah pembelajaran telah terjadi atau belum. Ini memungkinkan ilmu tingkah laku sejajar dengan ilmu-ilmu empiris seperti fisika atau biologi. Selain Watson, tiga pakar lain yang berperan dalam aliran tingkah laku adalah Clark Hull, Edwin Guthrie, dan B.F. Skinner. Meskipun semuanya menggunakan variabel Stimulus-Respons dalam teori-teori mereka, mereka memiliki perbedaan dalam pendekatan mereka.
  • Clark Hull mengembangkan teori yang sangat dipengaruhi oleh teori evolusi Darwin, dengan keyakinan bahwa tingkah laku manusia berfungsi untuk memenuhi kebutuhan biologis yang mendasar. Dalam teori Hull, kebutuhan ini dijelaskan sebagai dorongan, seperti lapar, haus, tidur, atau pengurangan rasa nyeri. Stimulus sering kali terkait erat dengan kebutuhan biologis ini, sementara respons dapat bervariasi dalam bentuknya. Meskipun teori ini digunakan dalam berbagai eksperimen laboratorium, terutama setelah Skinner memperkenalkan teorinya, teori Hull kurang populer dalam aplikasi praktis.
  • Edwin Guthrie mengusulkan teori kontiguiti yang melihat belajar sebagai hubungan antara stimulus dan respons. Ia menganggap bahwa hubungan ini adalah kunci dalam belajar dan memerlukan stimulus yang konsisten untuk menjaga hubungan tersebut. Guthrie juga mencatat bahwa respons akan menjadi lebih kuat dan bahkan menjadi kebiasaan jika terkait dengan berbagai stimulus, seperti contoh dalam kebiasaan merokok. Selain itu, Guthrie mengakui peran "hukuman" dalam proses belajar, di mana hukuman yang tepat dapat mengubah kebiasaan seseorang. Meskipun demikian, konsep penguatan yang diperkenalkan oleh Skinner kemudian menjadi lebih dominan dalam teori tingkah laku.
  • Menurut Skinner, deskripsi hubungan antara stimulus dan respons yang diberikan oleh teori Watson adalah terlalu sederhana. Ia menekankan bahwa respons siswa tidak hanya dipengaruhi oleh stimulus tunggal, tetapi juga oleh interaksi kompleks antara berbagai stimulus. Respons ini juga menghasilkan konsekuensi, yang pada akhirnya memengaruhi tingkah laku siswa. Skinner mengatakan bahwa menggunakan perubahan mental sebagai penjelasan untuk tingkah laku hanya membuat semuanya menjadi lebih rumit, karena perlu menjelaskan "alat" tersebut dalam prosesnya. Oleh karena itu, ia berfokus pada pemahaman terhadap respons dan konsekuensinya untuk memahami tingkah laku siswa secara lengkap. Pendekatan Skinner sangat berpengaruh dalam pengembangan teori belajar, dan beberapa program pembelajaran seperti Teaching Machine, Mathetics, serta program lainnya yang menggunakan konsep stimulus, respons, dan penguatan (reinforcement) adalah contoh nyata penerapan teori Skinner dalam praktik pembelajaran.

Pengkondisian Klasik Ivan Pavlov

            Pavlov melakukan eksperimen menggunakan anjing, daging, dan bel untuk mengembangkan teori Classical Conditioning. Dia mengkombinasikan daging sebagai stimulus alami dengan bel sebagai stimulus netral, menghasilkan reaksi air liur anjing ketika hanya mendengar bunyi bel. Ini disebut sebagai respons yang dikondisikan (CR) karena pengulangan hubungan antara daging dan bel. Prosedur eksperimen Pavlov melibatkan anjing kelaparan, dimana bel dibunyikan sebelum memberikan makanan secara berulang. Setelah beberapa kali, bunyi bel saja sudah cukup untuk menyebabkan air liur keluar, yang disebut CR. Dalam konteks pembelajaran, Classical Conditioning memungkinkan stimulus yang dikondisikan menggantikan stimulus alami untuk menghasilkan respons yang diinginkan.

            Dalam pembelajaran, aplikasi teori Classical Conditioning dapat berupa membuat lingkungan belajar lebih menarik, mendorong partisipasi siswa yang pemalu dengan cara melibatkannya dalam membantu siswa lain, membuat rencana jangka pendek untuk mencapai tujuan jangka panjang, atau membantu siswa mengatasi ketakutan berbicara di depan kelas dengan langkah-langkah bertahap.

Pengkondisian Klasik dalam Kehidupan Nyata

Pengondisian klasik merupakan konsep penting dalam psikologi yang dapat ditemui dalam banyak aspek kehidupan sehari-hari, dan memahami konsep ini dapat membantu kita memahami bagaimana respons dan asosiasi dapat terbentuk dalam berbagai situasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun