Mohon tunggu...
Lailatul Fitriyah
Lailatul Fitriyah Mohon Tunggu... -

jika anda gagal,bangkitlah kembali dan jangan menyerah

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Indonesia (Beda), Indonesia (Bersatu) !

4 Oktober 2014   17:14 Diperbarui: 17 Juni 2015   22:24 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indonesia merupakan negara yang kaya akan budayanya. Dari ujung Sabang sana sampai Merauke, berbagai suku dan budaya terpampang jelas bila kita menelusuri satu per satu. Tak dapat dipungkiri bahwa negara kita tercinta ini terbentuk dari berbagai suku, ras dan tradisi yang berbeda-beda tetapi menjadi satu dan bersatu dibungkus rapi oleh asas Bhineka Tunggal Ika, berbeda-beda tetapi tetap satu atau bersatu dalam sebuah perbedaan.

Dalam sebuah perbedaan, baik dari segi bahasa, pemikiran, tingkah laku dan lain sebagainya pasti ada yang namanya sebuah persamaan. Boleh jadi dalam aspek pendidikan. Benar sekali, bahwa pendidikan di Indonesia disama ratakan per tingkatan, ada SD, SMP dan SMA dari Sabang sampai Merauke disamakan pembelajarannya. Tapi lihatlah ada juga saudara-saudara kita di Papua, Maluku, NTT dan NTB masih banyak yang belum mengenyam pendidikan sekalipun, bisa jadi karena keterbatasan pengajar/guru, biaya untuk pembuatan sekolah atau anak-anak di sana tidak memiliki semangat untuk belajar. Itulah sebagian contoh kecil dari sebuah perbedaan yang tak seimbang dari tanah air kita tercinta ini.

Indonesia ini semakin maju dan tumbuh menjadi negara yang berteknologi. Dimana-mana kehidupan bangsa Indonesia sekarang ini dibantu oleh perkembangan teknologi. Perabotan rumah tangga misalnya, dulu orang Indonesia kalau ingin menyetrika menggunakan setrika arang, berbeda sekali dengan zaman sekarang ini, menyetrika harus memakai setrika listrik biar cepat dan hasilnya memuaskan. Lalu bagaimana dengan saudara-saudara kita yang di daerahnya belum terlalui listrik ? Jika tidak ada litrik maka cara menyetrikanya harus memakai setrika arang yang disebut-sebut sebagai budaya kuno kita.

Semua warga negara Indonesia pasti paham perbedaan mendasar dari ujung Sabang sampai Merauke, yaitu perbedaan warna kulit. Jika membicarakan sebuah perbedaan warna kulit alangkah baiknya jika kita tidak mencerca/rasis dengan orang yang memiliki warna kulit lebih gelap dari kita. Misalnya, suku dayak mayoritas masyarakatnya memiliki warna kulit yang putih-putih, sedangkan suku asmat di Papua mayoritas memiliki warna kulit yang gelap. Bisa jadi jika kedua suku ini bertemu dan bertatap muka akan terjadi cekcok saling mencerca satu sama lain jika keduanya tidak memahami arti sebuah perbedaan.

Maka dari itu, perbedaan adalah hal yang mandasar dan pertama kali ditekankan dalam ranah budaya kita. Jika seseorang dapat memaklumi dan saling memahami perbedaan dengan sesamanya maka terjadilah kerukunan antar keduanya. Perbedaan bukanlah suatu hal yang hina dan harus dihindari, tapi perbedaan akan memberikan pelajaran dan pengalaman bagi kita bahwasannya disekeliling kita semuanya tidak memiliki kesamaan dengan kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun