Mohon tunggu...
Money

Pembiayaan dalam Perbankan Syariah

12 Maret 2019   09:19 Diperbarui: 12 Maret 2019   09:24 1975
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

PEMBIAYAAN DALAM PERBANKAN SYARIAH

Pengertian Bank Syariah adalah suatu lembaga keuangan antara pihak kelebihan dana dan pihak kekurangan dana yang akan membentuk suatu usaha sesuai syariah islam, bisa juga disebut dengan sebuah sistem pelaksanaan yang tanpa menggunakan riba (bunga), maisir (spekulasi), gharar (ketidakjelasan), haram (dilarang), zalim (ketidakadilan).

Kehadiran bank berdasarkan syariah di Negara Indonesia masih terbilang baru, yaitu pada awal tahun 1990-an. Meskipun masyarakat Indonesia merupakan masyarakat muslim terbesar di dunia, tetapi diskusi mengenai bank syariah sebagai basis ekonomi islam sudah di mulai sejak tahun 1980-an. 

Sedangkan tindakan untuk mulai mendirikan Bank Syariah di Indonesia dilaksanakan oleh MUI (Majelis Ulama Indonesia) pada tanggal 18-20 Agustua 1990. Yakni dengan dibentuknya PT Bank Muamalat Indonesia yang sudah tersebar diseluruh provinsi dan beberapa kabupaten di Indonesia, seperti Jakarta, Surabaya, Makassar, Bandung, Yogyakarta, dan kota-kota besar lainnya. 

Bahkan beberapa bank konvensional mulai membuka usaha-usaha syariah, seperti asuransi syariah, bank syariah, pegadaian syariah dan usaha-usaha lainnya. 

Seperti contohnya ialah seperti Bank Umum Muamalat Syariah yang memiliki unit usaha BNI Syariah, Bank Umum Syariah Mandiri yang memiliki unit usaha BRI Syariah, dan juga Bank Syariah Indonesia yang memiliki unit usaha BII Syariah, Bank Bukopin Syariah, Bank IFI Syariah, Bank Danamon Syariah, Bank Jabar Syariah, Bank DKI Syariah, dan HSBC Syariah.

"Berdasarkan PBI No, 13/13/PBI/2011 tentang Penilaian Kualitas Aktiva bagi Bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah yang mana menjelaskan bahwa Pembiayaan adalah suatu penyediaan dana atau bisa disebut juga dengan tagihan." (Wangsawidjaja,2012:79)

Peran Bank Syariah dalam transaksi pembiayaan adalah bertindak sebagai penyedia dana, yang mana setiap nasabah akan menerima debitur (fasilitas) pembiayaan dari bank syariah apa pun itu jenisnya, jika sudah mencapai jangka waktu yang sudah ditentukan oleh pihak bank, maka nasabah wajib mengembalikan pembiayaan tersebut kepada pihak bank syariah.

Dalam fasilitas pembiayaan bank berdasarkan akad mudharabah, yakni sebuah penanaman dana dari pemilik dana kepada pengelola dana untuk kegiatan usaha sesuai syariah dengan tujuan pembagian hasil  usaha sesuai nisbah dengan kesepakatan bersama, yang mana sudah dijelaskan bahwa nisbah bagi hasil yang sudah disepakati tidak dapat diubah selama masa investasi, kecuali atas dasar kesepakatan kedua belah pihak. 

Akad mudharabah terdiri dari dua macam akad, yaitu mudharabah muthlaqah mudharabah yang cakupannya tidak dibatasi oleh jenis usaha, waktu, dan daerah bisnis, sedangkan mudharabah muqayyadah mudharabah ialah yang cakupannya dibatasi oleh jenis usaha, waktu, dan daerah bisnis. Jika dalam pembiayaan akad mudharabah berupa uang maka harus jelas berapa jumlahnya, jika menggunakan akad pembiayaan mudharabah berupa barang maka harus disesuaikan dengan harga pasar dan jelas jumlahnya. Bank bertugas sebagai pemilik modal (sahib al-mal), dan para nasabah yang menerimanya disebut dengan penerima fasilitas dan bertindak sebagai pengelola (mudarib) yakni dengan membagi keuntungan yang sudah sesuai dengan kesepakatan akad mudarabah.

Sedangkan dalam Pembiayaan bank yang berdaarkan akad musyarakah , peran bank dan nasabah ialah sama, yakni saling memberikan dana antar satu sama lain dengan tujuan jika kerja sama itu berbuah keuntungan maka akan dibagi sesuai dengan kesepakatan yang telah disepakati bersama, dan jika kerja sama itu berbuah suatu kerugian maka akan ditanggung secara proposional sesuai dengan dana yang diperoleh masing-masing, pembiayaan akad musyarakah dilakukan dalam bentuk uang atau barang dan tidak menerima dalam bentuk tagihan dan piutang, jika dalam bentuk uang maka harus jelas berapa jumlahnya, dan jika dalam bentuk barang maka harus sesuai dengan harga pasar dan dinyatakan jelas berapa jumlahnyatidak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun